Masa Percobaan Magang Jam Kerja yang terlalu panjang

Nomor 13 Tahun 2013 mengenai jam kerja malam apabila terjadi lembur tidak terlaksana, tapi sejauh ini hal itu masih bisa dikomunikasikan dengan pihak pengurus Koperasi, sehingga tidak menimbulkan masalah yang terlalu besar.

4.2.1.5 Masa Percobaan Magang

Bahwa sesuai dengan pasal 60 Undang undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, ,masa percobaan atau magang pekerja telah diatur dan harus dilaksanakan oleh setiap perusahaan atau badan usaha yang mempunyai pekerja dan hal itu juga tercantum di perjanjian kerja antara Koperasi Kredit C.U Rukun Damai di Medan dengan pekerja, tapi di perjanjian kerja tidak diatur berapa upah yang diterima oleh pekerja berserta jam kerjanya. Pada masa magang atau percobaan, pekerja hanya diatur selama 3 tiga bulan dan pada masa itu pekerja diawasi langsung oleh manager. Sementara itu menurut undang-undang, untuk upah sendiri, badan usaha tidak boleh membayar upah dibawah upah minimum yang ditetapkan, namun selama ini upah yang diberikan masih dibawah upah yang ditetapkan. Hal ini tidak terlalu menjadi masalah bagi peneliti, karena peneliti juga membandingkan dengan tradisi pada saat magang, memang upah pekerja belum diterima sepenuhnya, apabila dirata-ratakan, upah pekerja koperasi pada saat magang sama dengan upah pekerja magang yang lain. Peraturan dan perjanjian kerja tidak terlalu sesuai, tapi untuk pelaksanaan di lapangan juga tidak ada keluhan dari pekerja untuk masa magang, maka peneliti menyimpulkan bahwa hal ini bukanlah suatu masalah yang muncul.

4.2.1.6 Jam Kerja yang terlalu panjang

Pada Undang-Undang Tenaga Kerja No.132003 mengatakan bahwa waktu kerja yang harus dipenuhi oleh tenaga kerja adalah 7 jam sehari dan 40 jam seminggu untuk 6 hari kerja serta 8 jam sehari serta 40 jam seminggu untuk 5 hari kerja, artinya ketentuan yang digunakan untuk pekerja yang ada di Koperasi Kredit C.U Rukun Damai adalah 8 jam sehari dan 40 jam seminggu untuk 5 hari kerja, sehingga hal ini menjadi perhatian peneliti pada saat pelaksanaanya, karena pada perjanjian kerja jam kerja telah tertulis di dalam perjanjian kerja, tapi berbeda ketika di lapangan. Pekerja setiap hari masuk dan bekerja sampai jam 6 enam sore dari jam 8 delapan pagi dan berarti hal tersebut termasuk overtime yang seharusnya dihitung lembur oleh perusahaan atau koperasi, namun sesuai dengan keterangan dari pekerja sendiri, mereka sering kerja hingga sampai larut malam karena memang mengejar target akan permasalahan-permasalahan yang ada pada koperasi. Ketika pihak pengurus ditanyakan mengenai hal itu, pengurus hanya mengatakan bahwa hal itu terjadi sangat jarang sekali, itupun karena memang pada saat akhir tahun karena koperasi memang harus tutup buku sehingga pekerja disuruh ikut membantu pembukuan dan membantu menyelesaikan permasalaan yang ada termasuk kredit macet yang selalu terjadi. Para penagih atau yang bisaanya disebut pelacak bisaanya punya jam kerja juga, tapi pada saat menjelang Rapat Akhir Tahun, bisaanya pekerja disuruh melacak semua anggota yang mengalami kredit macet hingga dini hari, tapi hal tersebut tidak dihitung lembur, penagih hanya diberi uang pengganti bensin saja. Batasan waktu lembur sendiri pun telah diatur dalam pasal 78 ayat 1 dan ayat 2 Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yaitu pengusaha atau dalam hal ini pengurus terlebih dahulu telah memperoleh persetujuan dari pekerja apabila ingin menambah waktu kerja dan penambahan waktu kerja sendiri terbatas hanya 3 jam satu hari dan 14 jam dalam seminggu, maka hal itu sudah termasuk lembur. Pekerja memang menyetujui hal tersebut, tapi dengan motif berbeda, setelah ditanyakan, pekerja mengatakan bahwa hal tersebut disuruh oleh atasan dan mereka hanya mematuhi perintah atasan, mengingat pengetahuan pekerja akan hak dan kewajibannya sendiri menurut undang-undang terbatas, maka pekerja pun hanya bisa mengikuti permintaan pengurus. Maka, dalam hal waktu kerja peneliti berdasarkan Undang-Undang Ketenagakerjaan menyimpulkan bahwa pengurus telah menggunakan jasa pekerja terlalu berlebihan dan tidak sesuai aturan.

4.2.1.7 Pembayaran Upah yang tidak sesuai

Dokumen yang terkait

Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja/Buruh Dalam Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (Pkwt) Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan

4 75 129

HUKUM PERLINDUNGAN BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA DI TINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN

2 38 17

PELAKSANAAN PERJANJIAN KERJA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 PADA PT KANDANG KARYA PERKASA Pelaksanaan Perjanjian Kerja Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Pada PT Kandang Karya Perkasa Di Kabupaten Sukoharjo.

0 6 19

PELAKSANAAN PERJANJIAN KERJA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 PADA PT KANDANG KARYA PERKASA Pelaksanaan Perjanjian Kerja Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Pada PT Kandang Karya Perkasa Di Kabupaten Sukoharjo.

0 5 14

PERJANJIAN KERJA DI PT SURAKARTA SENTOSA SEJAHTERA DITINJAU DARI PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NO 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN.

0 2 20

Perjanjian Kerja Dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Menurut Hukum Islam.

0 0 15

PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI CNOOC.SES.LTD DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN.

0 0 2

PERLINDUNGAN HUKUM PEKERJA FACTORY OUTLET DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN JUNCTO UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 1992 TENTANG JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA.

0 1 1

STATUS PEKERJA OUTSOURCING DALAM HAL TERJADINYA PELANGGARAN JANGKA WAKTU PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN.

0 1 55

undang undang nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan

0 0 77