BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum Tentang Perjanjian dan Perjanjian Kerja
2.1.1 Perjanjian Secara Umum
Suatu Perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada seorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan
suatu hal Subekti, 2001:1. Dari peristiwa itu, timbullah hubungan antara dua orang tersebut yang dinamakan perikatan, sehingga dalam bentuk
konkritnya perjanjian itu merupakan suatu rangkaian perkataan yang mengandung janji-janji atau kesanggupan yang diucapkan atau ditulis.
Perjanjian menurut Prof Purwahid Patrik yang menyatakan bahwa perjanjian adalah perbuatan yang terjadi sesuai dengan formalitas-formalitas
dari peraturan hokum yangada tergantung dari persesuaian kehendak dua atau lebih orang-orang yang ditujukan untuk timbulnya akibat hukum dari
kepentingan salah satu pihak atas beban pihak lain atau demi kepentingan masing-masing pihak secara timbale balik Patrik, 1988:1-3.
Kesimpulan dari perjanjian itu adalah bahwa perjanjian itu lahir dari kesepakatan kedua belah pihak yang melahirkan beban bagi yang terlibat dan
juga mempunyai akibat hokum yang telah disepakati bersama serta merupakan sumber perikatan yang terpenting. dari apa yang diterangkan dan
15
dapat kita lihat, bahwa perikatan adalah suatu pengertian abstrak, sedangkan perjanjian adalah suatu hal yang kongkrit atau suatu peristiwa.
Perikatan yang lahir dari perjanjian, memang dikehendaki oleh dua orang atau dua pihak yang membuat suatu perjanjian, sedangkan perikatan yang
lahir dari Undang-Undang diadakan oleh Undang-Undang diluar kemauan para pihak yang bersangkutan. Apabila dua orang mengadakan suatu
perjanjian, maka mereka bermaksud supaya antara mereka berlaku suatu perikatan hukum yang nantinya mempunyai akibat dan sanksi secara hukum
berdasarkan Undang-Undang apabila ada terjadi wanprestasi atau pelanggaran. Tali perikatan ini barulah putus kalau janji itu sudah dipenuhi.
Perjanjian tentunya mempunyai syarat sahnya melalui Kitab Undang- Undang Hukum Perdata menurut Pasal 1320, yaitu :
1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya Adalah persetujuan antara kedua belah pihak untuk saling
menyepakati perjanjian yang akan mereka jalani bersama dan menjadi sumber hukum yang sah bagi kedua pihak sehingga seharusnya tidak ada
pemahaman aka nada pihak yang tidak mengerti akan terjadinya perjanjian tersebut.
2. Cakap untuk membuat suatu perjanjian Cakap yang dimaksud adalah orang-orang yang secara hukum
sudah layak dalam melakukan perbuatan dan tindakan hukum termasuk
perjanjian tersebut, yang berarti tidak cacat mental, dalam pengampuan atau belum dewasa.
3. Mengenai suatu hal tertentu Hal tertentu yang ingin saya utarakan adalah objek atau sesuatu yang
diperjanjikan yang merupakan dasar terbentuknya perjanjian itu. Hal tertentu itu juga bisa menimbulkan efek hak dan kewajiban kepada kedua
belah pihak, sehingga apa yang ingin dicapai apabila dijalankan sesuai dengan klausula perjanjian dengan mempertimbangkan resiko sendiri,
maka tidak aka nada masalah. 4. Suatu sebab yang halal
Sebab yang halal tentunya adalah motif atau latar belakang yang membuat kedua belah pihak untuk mengadakan dan menyepakati suatu
perjanjian, sehingga ke depan dan dalam prosesnya perjanjian itu tidak aka nada istilah “Batal demi Hukum”, karena apabila sebab yang tidak halal
hal-hal yang dianggap melenceng dari peraturan dan perundang-undangan yang berlaku maka perjanjian tersebut aka otomatis batal demi hukum
Perjanjian secara umum memuat asas kebebasan berkontrak dan melalui syarat sahnya suatu perjanjian diatas, maka hal tersebut menjadi dasar penulis
meneliti perjanjian kerja di Koperasi Kredit C.U Rukun Damai di Kota Medan serta melihat sejauh apa pelaksanaan perjanjian tersebut.
2.1.2 Tinjauan Perjanjian Kerja