Landasan Idiil Landasan Strukturil Landasan Operasional

2.2.2.1 Landasan Idiil

Ideal dalam bahasa Inggris berarti gagasan atau cita-cita. Yang dimaksud landasaan idiil Koperasi adalah dasar atau landasan yang digunakan dalam usaha untuk mencapai cita-cita suatu Koperasi. Maksud dari landasan ini adalah untuk mecapai suatu cita-cita dalam mensejahterakan rakyat yang tidak terlepas dari sila-sila yang ada dalam falsafah bangsa Indonesia yaitu Pancasila itu sendiri. Sehingga kesejahteraan dan keadilan bagi seluruh rakyat bisa terwujud untuk semua masyarakat yang terwujud dalam Koperasi itu sebagai penggerak ekonomi rakyat yang demokratis.

2.2.2.2 Landasan Strukturil

Strukturil dalam bahasa Inggris berarti susunan. Yang dimaksud landasan strukturil Koperasi adalah tempat berpijak Koperasi dalam susunan hidup bermasyarakat. Tata kehidupan suatu Negara diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945. Karena Koperasi merupakan salah satu bentuk susunan ekonomi di masyarakat, maka landasan strukturil Koperasi di Indonesia tidak lain adalah Undang-Undang Dasar 1945. Didalamnya tercantum ketentuan-ketentuan secara garis besar tentang bentuk Negara, susunan Pemerintah, pertahanan, pendidikan, kesejahteraan dan sebagainya. Koperasi merupakan masyarakat. Hal yang menjadi landasan dasar Koperasi dalam Undang-Undang Dasar 1945 adalah pasal 33 ayat 1 yang berbunyi : “ Perekonomian diatur sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan.” Penjelasan pasal tersebut antara lain berbunyi : Dalam pasal 33 tercantum dasar demokrasi ekonomi, produksi dekerjakan oleh semua untuk kepentingan semua di bawah pimpinan atau pemilikan anggota- anggota masyarakat. Kemakmuran masyarakatlah yang dipentingkan, bukan kemakmuran orang-orang. Sebab perekonomian diatur sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan. Wujud badan usaha yang sesuai dengan asas tersebut adalah Koperasi.

2.2.2.3 Landasan Operasional

Landasan Operasional Koperasi di Indonesia adalah : 1.Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 beserta penjelasannya. 2.Ketetapan MPR Nomor IIMPR1988 tentang GBHN. 3.Undang-Undang Nomor 2 tahun 1967 tentang pokok-pokok Perkoperasian. 4.Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Koperasi. Meskipun secara umum penjenisan koperasi di Indonesia telah diatur oleh undang-undang, namun pada kenyataannya yang terjadi di lapangan cukuplah beragam. Karena itu berbagai macam koperasi telah lahir seirama dengan aneka jenis usaha untuk memperbaiki kehidupan. Dalam garis besarnya sekian banyak jenis Koperasi tersebut dapat dibagi menjadi 5 golongan, yaitu : Koperasi Konsumsi, 1.Koperasi Kredit atau Koperasi Simpan Pinjam, 2.Koperasi Jasa, 3.Koperasi Serba Usaha, 4. Koperasi Produksi. Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan penelitian terhadap Koperasi Kredit atau Koperasi Simpan Pinjam.Koperasi Kredit didirikan untuk memberikan kesempatan kepada anggota-anggotanya memperoleh pinjaman dengan mudah dan dengan ongkos bunga yang ringan. Itulah sebabnya koperasi ini disebut Koperasi Kredit. Fungsi pinjaman di Koperasi Kredit juga pada dasarnya sesuai dengan tujuan – tujuan Koperasi pada umumnya, yaitu untuk memenuhi kebutuhan hidup anggotanya. 2.3 Pemahaman Tentang Pekerja dan Perlindungan Hukum Bagi Pekerja Jumlah tenaga kerja yang tersedia di Indonesia tidak seimbang dengan jumlah lapangan kerja yang ada. Hal ini menyebabkan jumlah tenaga kerja jauh lebih banyak dari jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia. Dan hal ini tambah diperparah dengan keadaan pekerja rata-rata tidak memiliki kompetensi khusus untuk melakukan suatu pekerjaan. Banyaknya pekerja yang tidak berkompetensi atau unskilled labour tersebut, membuat keadaan dari para pemilik perusahaan cenderung mempunyai kewenangan dalam menerima maupun mengeluarkan pekerja dari pekerjaannya tanpa memperhatikan unsur-unsur kesejahteraan pekerja itu sendiri. Terlebih lagi keadaan ini membuat pekerja dipandang sebagai objek, mereka lebih dianggap kepada faktor ekstern yang berkedudukan sama dengan pelanggan pemasok atau sebagai pelanggan pembeli yang berfungsi menunjang kelangsungan suatu perusahaan bukan malah sebagai faktor intern yang sebagai bagian yang tak terpisahkan atau sebagai unsur konstitutip yang menjadikan perusahaan itu ada HP Rajagukguk 2000:3. Secara sosiologis, kehidupan dari pekerja tidaklah bebas. Sebagai orang yang tidak terlalu banyak mempunyai bekal hidup yang lain dari apa yang dikerjakannya sekarang, maka lebih ada unsur keterpaksaan yang dirasakan oleh pekerja. Itulah yang membuat pemangku kebijakan perusahaan tersebut dapat menentukan syarat-syarat perjanjian kerja HP. Rajagukguk 2000:6. Mengingat hal ini, perlu ada campur tangan dari pemerintah selaku regulator untuk memberiikan perlindungan hukumnya kepada para pekerja. Adapun perlindungan hukum menurut Philipus, Selalu berkaitan dengan kekuasaan. Ada dua kekuasaan yang selalu jadi perhatian, yakni kekuasaan pemerintah dan kekuasaan ekonomi. Dalam hubungan dengan kekuasaan pemerintah, permasalahan perlindungan hukum bagi pekerja yang diperintah, terhadap pemerintah yang memerintah. Dalam hubungan dengan kekuasaan ekonomi, permasalahn perlindungan hukum adalah perlindungan bagi ekonomi yang lemah terhadap ekonominya yang kuat, misalnya perlindungan bagi buruhpekerja terhadap pengusaha Philipus M.Hadjon 1994:4 Perlindungan hukum bagi buruhpekerja sangat diperlukan mengingat kedudukannya yang lemah. Dalam hal ini desebutkan oleh Zainal Asikin, yaitu : Perlindungan hukum dari kekuasaan majikan terlaksana apabila peraturan perundang-undangan dalam bidang perburuhan yang mengharuskan atau memaksa majikan bertindak seperti dalam perundang- undangan tersebut benar-benar dilaksanakan semua pihak karena keberlakuan hukum tidak dapat diukur secara yuridis saja, tetapi diukur secara sosiologis dan filosofis Zainal Asikin 1993:157. Dari beberapa hal diatas dapat ditarik kesimpulan, bagaimana perlindungan hukum yang harusnya diperoleh oleh pekerja serta apa peran pemerintah dalam hal ini untuk memberiikan perlindungan hukum kepada pekerja.

2.4 Pemahaman Tentang Upah Pekerja dan Hubungannya terhadap

Dokumen yang terkait

Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja/Buruh Dalam Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (Pkwt) Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan

4 75 129

HUKUM PERLINDUNGAN BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA DI TINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN

2 38 17

PELAKSANAAN PERJANJIAN KERJA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 PADA PT KANDANG KARYA PERKASA Pelaksanaan Perjanjian Kerja Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Pada PT Kandang Karya Perkasa Di Kabupaten Sukoharjo.

0 6 19

PELAKSANAAN PERJANJIAN KERJA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 PADA PT KANDANG KARYA PERKASA Pelaksanaan Perjanjian Kerja Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Pada PT Kandang Karya Perkasa Di Kabupaten Sukoharjo.

0 5 14

PERJANJIAN KERJA DI PT SURAKARTA SENTOSA SEJAHTERA DITINJAU DARI PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NO 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN.

0 2 20

Perjanjian Kerja Dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Menurut Hukum Islam.

0 0 15

PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI CNOOC.SES.LTD DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN.

0 0 2

PERLINDUNGAN HUKUM PEKERJA FACTORY OUTLET DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN JUNCTO UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 1992 TENTANG JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA.

0 1 1

STATUS PEKERJA OUTSOURCING DALAM HAL TERJADINYA PELANGGARAN JANGKA WAKTU PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN.

0 1 55

undang undang nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan

0 0 77