Pertumbuhan dan Struktur Kredit Perbankan

investasi yang cukup dominan; b Sektor perindustrian mengalami penurunan alokasi investasi dari 74,05 menjadi 64,19, dan sektor pertanian dari 7,75 menjadi 4,53; c Investasi untuk sektor jasa mengalami peningkatan dari 13,79 menjadi 19,99; d Alokasi investasi yang kurang dari 4 dan tidak mengalami pertumbuhan yang berarti dialami oleh sektor pertambangan dan sektor lain-lain. Sama seperti kondisi pada penanaman modal dalam negeri, pada total penanaman modal dalam dan luar negeri sektor dengan alokasi investasi yang dominan mengalami laju pertumbuhan yang negatif, sehingga belum cukup mampu untuk mendorong perbaikan iklim investasi nasional.

4.2.2. Pertumbuhan dan Struktur Kredit Perbankan

Bank BNI dalam perkembangannya selama periode 1997-2005 dalam penyaluran kredit kepada sektor ekonomi mengalami pertumbuhan yang menurun sebesar 8,44 per tahun Tabel 7. Keadaan ini mengindikasikan lemahnya penyaluran kredit setelah adanya krisis ekonomi. Tabel 7. Pertumbuhan Total Kredit Bank BNI Menurut Sektor Pembangunan di Indonesia pada tahun 1997-2005 1 1 Sektor Pembangunan: X 1 = Pertanian; X 2 = Pertambangan; X 3 = Perindustrian; X 4 = Perdagangan; X 5 = Jasa-Jasa; X 6 = Lain-Lain Sumber: Laporan Keuangan BNI data diolah kembali Sektor ekonomi yang terdapat dalam penyaluran kredit perbankan mencakup sektor pertanian, pertambangan, perindustrian, perdagangan, jasa, serta sektor lain-lain. Sektor lain-lain yang dalam miliar rupiah Tahun X 1 X 2 X 3 X 4 X 5 X 6 Total 1997 2461.61 341.93 17116.23 6380.57 11950.49 2483.59 30398.83 1998 3836.76 570.00 31181.57 8719.05 14501.00 3902.13 37256.71 1999 3096.81 1234.84 17761.52 3936.94 6144.64 7502.63 19581.20 2000 2736.74 354.71 15458.57 3539.96 6723.12 3156.74 15204.18 2001 3037.96 902.56 16477.65 5038.36 5905.88 4029.59 15095.11 2002 2005.07 160.39 16077.46 5799.71 7014.37 6734.59 14407.22 2003 2023.59 420.93 17836.18 8091.21 10082.78 7953.58 16598.69 2004 2554.52 798.18 21834.33 8194.67 12369.30 12116.65 19487.34 2005 2549.15 670.14 21205.23 11683.43 15137.46 11413.36 19104.45 Pertumbuhan tahun -14,04 -8,84 -12,02 -5,32 -10,86 6,94 -8,44 terdapat dalam alokasi kredit perbankan merupakan sektor konsumsi yang ditunjukkan kepada individu untuk memenuhi kebutuhan konsumsinya. Penurunan pertumbuhan alokasi kredit pada sektor pertanian, pertambangan, perindustrian, dan jasa, nampak lebih tinggi dibandingkan dengan laju penurunan total alokasi kredit Bank BNI, dengan laju penurunan sebesar 14,04, 8,84, 12,02, 10,86. Sektor yang juga mengalami penurunan pertumbuhan adalah perdagangan, namun penurunannya hanya sebesar 5,32 per tahun. Sementara itu, sektor yang mengalami peningkatan pertumbuhan alokasi kredit adalah sektor lain-lain dengan tingkat pertumbuhan sebesar 6,94 per tahun. Hal ini menggambarkan alokasi kredit Bank BNI lebih terfokus pada peningkatan sektor lain- lain, yakni mencakup pemenuhan kebutuhan sektor konsumsi. Tabel 8. Struktur Total Kredit Bank BNI Menurut Sektor Pembangunan di Indonesia pada tahun 1997-2005 Sumber: Laporan Keuangan BNI data diolah kembali Struktur total kredit Bank BNI Tabel 8 terbagi ke dalam dua periode waktu 1997-2000 dan 2001-2005, memberikan beberapa penjelasan mengenai alokasi kredit Bank BNI sebagai berikut : a Dua sektor yang mendominasi alokasi kredit Bank BNI adalah sektor perindustrian dan jasa-jasa; b Alokasi kredit untuk sektor perindustrian dan jasa-jasa mengalami penurunan dalam dua periode analisis, yaitu dari 46,29 menjadi 39,38 untuk sektor perindustrian, dan dari 23,20 menjadi 20,76 untuk sektor jasa- jasa; c Alokasi kredit untuk sektor perdagangan dan sektor lain-lain mengalami peningkatan yang cukup berarti dari 13,24 menjadi 16,03 dan dari 9,15 menjadi 17,35; d Sedangkan untuk sektor Sektor Pertumbuhan 1997-2000 2001-2005 1. Pertanian X 1 6,78 5,22 2. Pertambangan X 2 1,34 1,26 3. Perindustrian X 3 46,29 39,38 4. Perdagangan X 4 13,24 16,03 5. Jasa-Jasa X 5 23,20 20,76 6. Lain-Lain X 6 9,15 17,35 Total 100 100 pertanian dan pertambangan mengalami penurunan alokasi kredit pada periode pemulihan dengan proporsi alokasi kredit yang relatif kecil, yaitu di bawah 7 untuk sektor pertanian dan 2 untuk sektor pertambangan. Untuk membandingkan alokasi kredit Bank BNI dalam sektor ekonomi terhadap bank lain, dilakukan komparasi dengan Bank Mandiri dan Bank BCA. Saat ini dilihat dari total asetnya, Bank Mandiri dan Bank BCA merupakan dua bank besar dengan total aset yang lebih besar daripada Bank BNI. Tabel 9. Struktur Alokasi Kredit Bank Mandiri dan Bank BCA Menurut Sektor Pembangunan di Indonesia pada tahun 2002-2005 Sektor Pembangunan Bank Mandiri Bank BCA 1. Pertanian X 1 10,42 3,19 2. Pertambangan X 2 3,30 1,38 3. Perindustrian X 3 42,58 28,97 4. Perdagangan X 4 13,58 28,53 5. Jasa-Jasa X 5 19,78 21,26 6. Lain-Lain X 6 10,34 16,66 Total 100 100 Sumber: Laporan Keuangan Bank Mandiri dan Bank BCA data diolah kembali Tabel 9 menunjukkan struktur alokasi kredit Bank Mandiri dan Bank BCA periode 2002-2005. Bank BCA memprioritaskan alokasi kreditnya pada sektor perindustrian dan perdagangan dengan persentase sebesar 28,97 dan 28,53. Berikutnya kredit dialokasikan untuk sektor jasa dan sektor lain-lain konsumsi. Sektor yang kecil alokasi kreditnya adalah pada sektor pertanian 3,19 dan sektor pertambangan 1,38. Sedangkan pada Bank Mandiri, alokasi kredit terbesar juga dialokasikan untuk sektor perindustrian sebesar 42,58 dan alokasi kredit kedua terbesar dialokasikan untuk sektor jasa sebesar 19,78. Namun yang menarik dari alokasi kredit Bank Mandiri adalah alokasi kredit untuk sektor pertanian cukup besar dibandingkan dengan Bank BCA dan Bank BNI, yaitu sebesar 10,42. Begitu juga untuk sektor pertambangan, alokasi kreditnya cukup besar jika dibandingkan dengan Bank BCA dan Bank BNI yaitu diatas 3. Alokasi kredit pada Bank Mandiri cukup merata di semua sektor. Proporsi alokasi kredit yang dominan pada sektor perindustrian dan jasa mengalami laju pertumbuhan negatif dalam penyaluran kredit Bank BNI, sedangkan pada sektor lain-lain dengan laju pertumbuhan positif alokasi kreditnya masih relatif kecil. Kondisi ini menggambarkan fungsi intermediasi Bank BNI dalam penyaluran kredit belum menunjukkan adanya peningkatan berarti. Tabel 10. Proporsi Alokasi Kredit Bank BNI terhadap Total Kredit Perbankan Menurut Sektor Pembangunan di Indonesia pada tahun 1997-2005 Sumber: Laporan Tahunan Bank BNI dan Badan Pusat Statistik, Jakarta data diolah kembali Proporsi menunjukkan seberapa besar kontribusi alokasi kredit Bank BNI terhadap total kredit perbankan. Pada dua periode analisis, proporsi alokasi kredit Bank BNI yang dibandingkan dengan total kredit perbankan Tabel 9 memberikan beberapa informasi penting berikut : a Secara umum agregat peran kredit Bank BNI adalah relatif kecil dan mengalami penurunan dari 12,63 menjadi 10,32; b Proporsi alokasi kredit yang cukup menonjol adalah untuk sektor perindustrian, namun mengalami penurunan dari 17,07 menjadi 13,85; c Proporsi alokasi kredit sektor jasa relatif stagnan dan meningkat relatif kecil dari 11,33 menjadi 11,40; d Proporsi alokasi kredit untuk sektor pertanian dan pertambangan relatif sama sekitar 11,0 dan mengalami penurunan menjadi sekitar 9,0; e Sementara itu proporsi alokasi kredit Bank BNI untuk sektor perdagangan adalah yang terkecil, dengan sedikit mengalami peningkatan dari 8,43 menjadi 8,85. Proporsi alokasi kredit Bank Sektor Pertumbuhan 1997-2000 2001-2005 1. Pertanian X 1 10.89 9.20 2. Pertambangan X 2 10.99 8.70 3. Perindustrian X 3 17.07 13.85 4. Perdagangan X 4 8.43 8.85 5. Jasa-Jasa X 5 11.33 11.40 6. Lain-Lain X 6 10.89 6.94 Total 12.63 10.32 BNI menurut sektor ekonomi kecuali untuk sektor perdagangan dan jasa mengalami penurunan. Keadaan ini merefleksikan melemahnya fungsi intermediasi Bank BNI dalam kaitannya dengan penyaluran kredit beberapa tahun terakhir ini 2001-2005. Tabel 11. Pertumbuhan Total Kredit Perbankan Menurut Sektor Pembangunan di Indonesia pada tahun1997-2005 1 1 Sektor Pembangunan: X 1 = Pertanian; X 2 = Pertambangan; X 3 = Perindustrian; X 4 = Perdagangan; X 5 = Jasa-Jasa; X 6 = Lain-Lain Sumber: Badan Pusat Statistik, Jakarta data diolah kembali Total kredit perbankan yang disalurkan ditunjukkan pada posisi kredit perbankan menurut sektor pembangunan pada Tabel 10. Kredit yang disalurkan akan memberikan pengaruh pada total investasi, sehingga hal tersebut akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi nasional. Ke arah mana kredit perbankan disalurkan akan tergambarkan melalui pertumbuhan dan struktur total kredit perbankan. Rata-rata pertumbuhan total kredit perbankan periode 1997-2005 mengalami penurunan 4,58 per tahunnya. Dari enam sektor yang dipertimbangkan hanya sektor lain-lain sektor konsumsi yang mengalami pertumbuhan kredit positif, yaitu 14,3 per tahun. Sedangkan sektor ekonomi lainnya pertanian, pertambangan, perindustrian, perdagangan, dan jasa mengalami penurunan pertumbuhan di bawah rataan laju pertumbuhan total kredit perbankan dengan laju penurunan 10,37, 6, 8,26, 5,8, dan 11,89. dalam miliar rupiah Tahun X 1 X 2 X 3 X 4 X 5 X 6 Total 1997 19404.48 3967.16 83342.54 61391.04 84752.99 29331.34 282189.55 1998 23353.14 3510.58 101989.07 57250.48 82654.47 20825.21 289582.94 1999 11734.20 1824.51 41582.69 21363.08 21300.40 13300.60 111105.46 2000 9275.22 3176.87 50783.28 20972.56 21075.76 22647.07 127930.76 2001 8898.32 3173.25 49699.31 20664.51 20925.10 26552.50 131192.53 2002 8513.59 2323.59 46141.97 25152.68 23248.45 33924.36 139304.64 2003 8566.11 1792.62 44833.15 29307.56 32615.97 37478.81 154594.23 2004 10902.85 2603.13 48359.32 37391.82 36321.60 50832.46 186411.18 2005 11183.00 2400.76 51734.25 40889.38 41143.97 62927.62 210278.98 Pertumbuhan tahun -10,37 -6 -8,26 -5,8 -11,89 14,3 -4,58 Kondisi ini mengindikasikan lemahnya kinerja perbankan dalam menyalurkan kreditnya untuk dunia usaha, karena sektor- sektor tersebut masih dianggap berisiko tinggi untuk investasi. Selain itu, melemahnya penyaluran total kredit perbankan dan alokasi kredit Bank BNI disebabkan karena dunia perbankan masih mengalami trauma akibat krisis ekonomi yang terjadi menyebabkan lumpuhnya perbankan dengan adanya peningkatan NPL. Keadaan ini membuat perbankan bersikap sangat berhati-hati dalam penyaluran kreditnya. Selain itu, sektor dunia usaha yang dianggap berisiko tinggi oleh perbankan menyebabkan perbankan beralih pada investasi untuk aset-aset yang berisiko rendah, aman, likuid, dan memberikan return yang menguntungkan, seperti pengalokasian dana pada Sertifikat Bank Indonesia SBI. Hal ini ditunjukkan oleh posisi SBI yang mencapai kisaran Rp 190 triliun sampai dengan Rp 200 triliun pada tahun 2006 dan melonjak menjadi Rp 235 triliun pada awal Februari 2007. Bank BNI sendiri menjadi bank dengan alokasi SBI kedua terbesar diantara bank pemerintah dengan nilai SBI sebesar Rp 12,55 triliun Infobank, 8 Mei 2007. Pertumbuhan yang positif pada sektor lain-lain menunjukkan bahwa perbankan, begitu juga dengan Bank BNI, lebih memilih untuk mengalokasikan dananya pada sektor konsumsi. Hal ini terjadi karena perbankan masih trauma mengalokasikan kreditnya pada segmen korporat yang berisiko besar dan pada sektor-sektor produktif yang sensitif terhadap perubahan nilai tukar. Setelah krisis ekonomi melanda Indonesia, pada kenyataannya sektor konsumsi mengalami perkembangan yang relatif pesat dan juga dinilai memiliki risiko yang relatif lebih kecil. Penyaluran kredit di sektor konsumsi ini juga didukung oleh tipikal masyarakat Indonesia yang cenderung konsumtif. Struktur total kredit perbankan menurut sektor pembangunan Tabel 11 dalam dua periode analisis memberikan beberapa informasi sebagai berikut : a Alokasi kredit perbankan yang paling dominan disalurkan untuk sektor perindustrian, namun mengalami penurunan dari 34,25 menjadi 29,34; b Sektor jasa-jasa menempati tempat kedua dominasi alokasi kredit setelah sektor perindustrian, namun juga mengalami penurunan dari 25,87 menjadi 18,80; c Sedangkan sektor lain-lain mengalami peningkatan alokasi kredit dari 10,62 menjadi 25,8, sehingga sektor ini menggantikan posisi sektor jasa pada periode pemulihan ekonomi sebagai sektor yang mendominasi tempat kedua setelah sektor perindustrian; d Sektor perdagangan mengalami penurunan alokasi kredit dari 19,85 menjadi 18,70; e Alokasi kredit dengan persentase relatif kecil kurang dari 8 ditempati oleh sektor pertanian sedangkan sektor pertambangan kurang dari 2 dengan alokasi kredit yang menurun pada periode pemulihan ekonomi. Peningkatan alokasi kredit untuk sektor lain-lain menunjukkan dominasi kredit perbankan yang diarahkan untuk sektor tersebut. Meskipun risiko sektor perindustrian cukup besar, namun perbankan tetap menyalurkan kredit dengan proporsi terbesar ke sektor ini karena prospeknya yang bagus ke depan dan sektor ini pun menyerap cukup banyak tenaga kerja. Tabel 12. Struktur Total Kredit Perbankan Menurut Sektor Pembangunan di Indonesia pada tahun 1997-2005 Sumber: Badan Pusat Statistik, Jakarta data diolah kembali

4.2.3. Pertumbuhan dan Struktur GDP