Kembang Susut Keteguhan Rekat

18 Besar nilai pengembangan diperoleh dari perhitungan : 100 - = x Dku Dku Db Pg dengan : Pg = Pengembangan Dku = Dimensi keadaan kering udara cm Db = Dimensi keadaan basah cm Contoh uji yang telah direndam kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 60±3 o C selama 24 jam, kemudian diukur kembali dimensinya. Penentuan nilai penyusutan dilakukan dengan menggunakan persamaan: 100 - = x Dku Do Dku St dengan : St = Penyusutan Dku = Dimensi keadaan kering udara cm Do = Dimensi keadaan kering oven cm

4. Keteguhan Rekat

Prosedur pengujian keteguhan rekat mengikuti SNI 01-5008.7-1999 dan dilakukan dengan menggunakan alat uji UTM merk Instron. Berdasarkan jenis perekat yang digunakan, pengujian keteguhan rekat dilakukan dalam kondisi kering dimana perekat PVAc termasuk perekat tipe interior II, sedangkan pengujian perekat epoxy tidak dipersyaratkan dalam kondisi tertentu sehingga pengujian dilakukan dalam kondisi kering tanpa perlakuan pendahuluan. Nilai keteguhan rekat diperoleh dengan perhitungan : KR = Keteguhan Geser Tarik x f Sedangkan nilai keteguhan geser rekat diperoleh dari persamaan : L x P B KGT = 19 Keterangan : KR = Keteguhan Rekat kgcm 2 f = Koefisien, nilainya tergantung rasio tebal lapisan inti dengan lapisan muka KGT = Kegetuhan Geser Tarik kgcm 2 P = Panjang bidang geser cm L = Lebar bidang geser cm B = Beban tarik kg Tabel 2. Ratio antara tebal lapisan inti dengan lapisan muka No. Rasio antara tebal lapisan inti dan lapisan muka Koefisien f 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 1.5 - 2.0 2.0 - 2.5 2.5 - 3.0 3.0 - 3.5 3.5 - 4.0 4.0 - 4.5 ≥ 4.5 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.7 2.0 Sedangkan untuk menentukan potensi kerusakan panel bambu dihitung dengan persamaan : 100 x LB LK KK = Keterangan : KK = kerusakan kayu LK = luas kerusakan kayu pada bidang geser cm 2 LB = luas bidang geser cm 2 Persyaratan nilai keteguhan rekat kayu lapis tertera pada tabel 2. Tabel 3. Persyaratan keteguhan rekat kayu lapis No. Keteguhan rekat rata-rata kgcm 2 Kerusakan kayu rata-rata 1. 7 Tidak dipersyaratkan 2. 3.5 – 7 50 20

5. Keteguhan Lentur

Statis Pengujian pada keteguhan lentur ini dimaksud untuk mendapatkan nilai kekakuan MOE dan ketahanan MOR panel bambu lapis. Noermalicha 2001 menyatakan tingginya nilai MOE menandakan bahwa bahan tersebut bersifat kaku, dalam pengertian sulit dilenturkan. Sebaliknya, MOR adalah nilai yang bila suatu batang diberi beban lentur maksimal dan akibat dari gaya tersebut batang mengalami patah. Contoh uji yang berukuran 50 mm x 50 mm +24t mm diukur tebal dan lebarnya, kemudian diletakkan pada alat uji dengan beban berada ditengah bentang. Pembebanan dilakukan dengan laju pembebanan tidak melebihi 150 kgcm 2 per menit atau 6 mmmm pada mesin UTM merk Instron. Gambar 6. Posisi contoh uji dan letak beban Keteguhan lentur statis berupa modulus patah MOR dan modulus elastisitas MOE dapat dihitung dengan persamaan : 2 2 2 3 = bh Pml cm kg MOR 3 3 2 4 Ybh Pl cm kg MOE = dengan : MOR =Modulus patah MOE =Modulus elestisitas kekakuan P =Beban sampai batas proporsional kg Pm =Beban maksimal kg Y =Defleksi yang terjadi cm b =Lebar contoh uji cm h =Tebal contoh uji cm l =Panjang bentang cm Keteguhan lentur statis panel bambu lapis contoh adalah rata-rata dari seluruh contoh uji. l Beban h l2 l2 b 25 mm 25 mm 21

E. Analisis Data

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Rancangan Faktorial Acak Lengkap dengan 2 faktor dan ulangan sebanyak 3 kali. Perlakuan dibedakan berdasarkan jenis perekat epoxy dan PVAc yang merupakan faktor- α, dan berdasarkan kombinasi tebal bilah panel bambu kombinasi A dan kombinasi B yang merupakan faktor- β. Model umum rancangannya untuk semua pengujian adalah sebagai berikut : Yijk = µ + αi + βj + αβij + εijk Dengan : i = 1, 2 jenis perekat j = 1, 2 jenis kombinasi lapisan k = 1, 2, 3 banyaknya ulangan Keterangan : Yijk = Nilai respon pengamatan pada ulangan ke-k yang disebabkan oleh taraf ke-i faktor α, taraf ke-j faktor β µ = Nilai rata-rata αi = Pengaruh jenis perekat epoxy dan PVAc βj = Pengaruh kombinasi lapisan bambu kombinasi A dan kombinasi B αβij= Pengaruh interaksi antara jenis perekat ke-i dan jenis kombinasi taraf ke-j εijk = Kesalahan percobaan dari jenis perekat ke-i, jenis kombinasi ke-j, dan ulangan pada taraf ke-k Untuk mengetahui bambu lapis yang memperoleh pengaruh dari perlakuan dibuat analisis keragaman Anova dengan kriteria sebagai berikut : 1. Jika F hitung F tabel, maka Ho diterima atau perlakuan tidak memberikan pengaruh pada selang kepercayaan 2. Jika F hitung F tabel, maka Ho ditolak atau perlakuan memberikan pengaruh pada suatu selang kepercayaan. Untuk mengetahui faktor mana yang berpengaruh pada maka dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji Duncan