Pengembangan Bahan Ajar IPA Terpadu berbasis Literasi Sains

2.1.3 Pengembangan Bahan Ajar IPA Terpadu berbasis Literasi Sains

Menurut Carin Sund 1970, IPA didefinisikan sebagai pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum universal, dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen. Menurut kamus Power IPA dalam Yulianti Wiyanto 2009, IPA didefinisikan : systemic and formulated knowledge dealing with material phenomena and based mainly on observation and induction. Ini menunjukkan bahwa IPA merupakan ilmu sistematis tentang gejala-gejala kebendaan yang terutama didasarkan pada pengamatan induksi dan dirumuskan. IPA didefinisikan sebagai suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir, dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, dan jujur Trianto, 2013: 136. Dari beberapa definisi IPA yang telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang gejala alam yang sistematis dan teratur berisi kumpulan data hasil observasi dan eksperimen. Merujuk pada pengertian IPA, maka hakikat IPA meliputi empat unsur Trianto, 2007: 100, sebagai berikut : 1 Sikap Sains merupakan rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar dan IPA bersifat open ended. 2 Proses Sains merupakan prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah, yang meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan, evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan. 3 Produk Sains berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori. 4 Aplikasi Sains merupakan penerapan metode ilmiah dan konsep sains dalam kehidupan sehari – hari. IPA tidak hanya merupakan kumpulan pengetahuan tentang benda atau makhluk hidup, tetapi merupakan cara kerja, cara berpikir, dan cara memecahkan masalah. Sains merupakan produk dan proses yang tak terpisahkan. Sebagai produk, sains merupakan kumpulan pengetahuan. Sebagai proses berupa langkah – langkah yang harus ditempuh untuk memperoleh pengetahuan tersebut atau mencari penjelasan tentang gejala – gejala alam tersebut. Belajar sains tidak hanya sekedar belajar informasi sains tentang fakta, konsep, prinsip, dan hukum dalam bentuk pengetahuan deklaratif, tetapi juga belajar bagaimana cara sains dan teknologi bekerja dalam bentuk pengetahuan prosedural termasuk kebiasaan bekerja ilmiah Yulianti Wiyanto, 2009: 3. Oleh karena itu, untuk menghadapi abad globalisasi yang ditandai dengan berkembangnya teknologi yang sangat pesat termasuk berkembangnya sains, maka dalam membelajarkan sains harus dengan pembelajaran yang mengantarkan siswa untuk melek teknologi dan sains, mampu berpikir secara kritis, logis, dan kreatif serta dapat mengemukakan pendapat secara benar. Model pembelajaran terpadu merupakan salah satu model pembelajaran yang dianjurkan untuk diaplikasikan pada jenjang pendidikan SMP MTs sebagai suatu cara untuk meningkatkan kemampuan sains siswa. Model pembelajaran terpadu ini memadukan beberapa pokok bahasan. Model pembelajaran terpadu yang digunakan adalah model pembelajaran terpadu tipe connected. Menurut Fogarty 1991, model terhubung connected merupakan model integrasi interbidang studi. Model ini mengintegrasikan satu konsep, keterampilan, atau kemampuan yang ditumbuhkembangkan dalam suatu pokok bahasan atau sub pokok bahasan yang dikaitkan dengan konsep, keterampilan, atau kemampuan pada pokok bahasan atau sub pokok bahasan lain dalam satu bidang studi. Keterangan : F = Fisika K = Kimia B = Biologi Gambar 2.1 Diagram Peta Connected 2 1 3 4 F F B K K B IPA Terpadu merupakan gabungan antar bidang kajian IPA, yaitu Fisika, Biologi, dan Kimia yang disajikan secara utuh. Materi yang dipadukan minimal mencakup dua bidang yaitu Fisika-Biologi, Biologi-Kimia, dan Fisika-Kimia. Materi yang dipadukan bisa juga mencakup materi dari ketiga bidang yaitu Fisika- Kimia-Biologi menjadi satu materi yang terpadu, namun dalam penyusunannya harus berdasarkan tema yang telah diitentukan. Tema yang dibuat merupakan tema tentang suatu wacana dari berbagai sudut pandang yang mudah dipahami dan dikenal oleh siswa. Pembelajaran IPA Terpadu merupakan pembelajaran yang memadukan beberapa pokok bahasan dari berbagai bidang kajian fisika, kimia, biologi pada mata pelajaran IPA dalam satu bahasan, sehingga melalui pembelajaran IPA terpadu ini beberapa konsep yang relevan untuk dijadikan tema tidak perlu dibahas berulang kali dalam mata pelajaran yang berbeda dan berdampak pada penggunaan waktu untuk pembahasannya lebih efisien dan pencapaian tujuan pembelajaran juga diharapkan akan lebih efektif Hotimah, 2008. Menurut Puskur sebagaimana dikutip oleh Trianto 2013: 155 menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran IPA terpadu, sebagai berikut : 1 Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran. 2 Meningkatkan minat dan motivasi. 3 Beberapa kompetensi dasar dapat dicapai sekaligus. Oleh karena materi fisika dalam penelitian ini lebih besar persentasenya, maka untuk materi biologi dan kimia hanya dibahas dalam persentase yang lebih kecil. Hal ini sesuai dengan model pembelajaran terpadu yang digunakan yaitu model pembelajaran terpadu tipe connected. Salah satu kondisi yang harus dipenuhi dalam pembelajaran IPA yaitu buku teks yang relevan, signifikan, dan mutakhir Hasruddin, 2011. Bahan ajar memiliki peran penting dalam pembelajaran termasuk pembelajaran IPA terpadu. Dalam rangka meningkatkan kemampuan literasi sains siswa, maka bahan ajar yang akan dikembangkan adalah bahan ajar IPA Terpadu berbasis Literasi Sains. Selain itu, bahan ajar tersebut menggunakan tema khusus untuk mengkaji materi antar mata pelajaran IPA, sehingga pengembangan ini dikenal dengan pengembangan bahan ajar IPA Terpadu berbasis Literasi Sains.

2.1.4 Aplikasi Konsep Energi dalam Kehidupan