Data Jurnal EDUMAT Vol.4 No.7 2013

485 3. Uji Normalitas N-Gain Kemandirian Belajar Siswa Setelah Pembelajaran H : Data N-Gain kemandirian belajar siswa berdistribusi normal H 1 : Data N-Gain kemandirian belajar siswa tidak berdistribusi normal Tabel 4 Uji Normalitas N-Gain Kemandirian Belajar Shapiro-Wilk Statistic Df Sig. gain kemandirian belajar 0.952 72 0.08 Berdasarkan tabel 4, nilai sig 0,05, sehingga haruslah menolak H 0. Hal ini menunjukkan bahwa N-gain kemandirian belajar kedua kelas memiliki data yang berdistribusi tidak normal.

4. Uji

Normalitas N-Gain Kemandirian Belajar Siswa ditinjau secara KAM H : Data N-Gain kemandirian belajar siswa berdistribusi normal ditinjau secara KAM H 1 : Data N-Gain kemandirian belajar siswa tidak berdistribusi normal ditinjau secara KAM Tabel 5 Uji Normalitas N-Gain Kemandirian Belajar Siswa secara KAM KAM Shapiro-Wilk Statistic df Sig Gain kem- eksperi men tinggi 0.84 10 0.04 sedang 0.82 16 0.005 rendah 0.83 10 0.03 Gain kem- konvensi onal tinggi 0.95 10 0.7 sedang 0.94 16 0.32 rendah 0.92 10 0.33 Berdasarkan tabel 5 terlihat bahwa nilai sig gain kemandirian belajar kelompok eksperimen untuk KAM sedang 0,05. Tetapi selain itu nilai sig 0,05. Jadi dapat disimpulkan bahwa N-gain kemandirian belajar siswa ditinjau dari KAM berdistribusi tidak normal. Hipotesis 1 “Terdapat perbedaan peningkatan kemandirian belajar siswa yang menggunakan pendekatan pembelajaran Metacognitive Inner Speech terhadap siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. ” Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa data kemandirian belajar siswa setelah pembelajaran berdistribusi tidak normal. Jadi, untuk menguji hipotesis ini digunakan uji non-parametrik Mann-Whitney U. Untuk menguji hipotesis di atas, dirumuskan hipotesis statistik sebagai berikut: H : tidak terdapat perbedaan peningkatan yang signifikan mengenai kemandirian belajar antara siswa yang memperoleh pendekatan pembelajaran Metacognitive Inner Speech dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. H 1 :terdapat perbedaan peningkatan yang signifikan mengenai kemandirian belajar antara siswa yang memperoleh pendekatan pembelajaran Metacognitive Inner Speech dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional Hipotesis statistik yang diajukan sebagai berikut: H : H 1 : 486 Tabel 6 Uji perbedaan N-Gain kemandirian belajar siswa Asymp. Sig. 2- tailed Kesimpulan 0,0001 Terdapat perbedaan Hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa kemandirian belajar siswa yang memperoleh pembelajaran dengan MIS berbeda dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. Hipotesis 2 “Terdapat perbedaan peningkatan kemandirian belajar siswa antara siswa yang memperoleh pembelajaran Metacognitive Inner Speech dan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensioanl ditinjau dari KAM siswa Baik, Cukup,Kurang”. Untuk menguji hipotesis di atas, dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H : tidak terdapat perbedaan peningkatan kemandirian belajar siswa antara siswa yang memperoleh pembelajaran metacognitive inner speech dan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensioanl ditinjau dari KAM siswa Baik, Cukup,Kurang H 1 : terdapat perbedaan peningkatan kemandirian belajar siswa antara siswa yang memperoleh pembelajaran Metacognitive Inner Speech dan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensioanl ditinjau dari KAM siswa Baik, Cukup, Kurang. Hipotesis statistik yang diajukan sebagai berikut: 1 H : H 1 : minimal ada satu i ≠ 1, 2, 3. H : H 1 : minimal ada satu i = 1, 2, …, 6, j = 1, 2, …, 6. Keterangan: = rerata KAM baik kelas MIS = rerata KAM cukup kelas MIS = rerata KAM kurang kelas MIS = interaksi rerata KAM baik kelas MIS = interaksi rerata KAM cukup kelas MIS = interaksi rerata KAM kurang kelas konvensional Berdasarkan tabel 5 terlihat bahwa data N-gain kemandirian belajar ditinjau secara KAM berdistribusi tidak normal. Sehingga uji yang harus dilakukan yaitu uji Friedman. Tabel 7 Uji Perbedaan Peningkatan Kemandirian Belajar Siswa Berdasarkan KAM Siswa N 72 Chi-Square 123.88 Df 2 Asymp. Sig. 0.0001 Monte Carlo Sig. Sig. 0.0001 95 Confide nce Interval Lower Bound 0.0001 Upper Bound 0.0001 a. Friedman Test Berdasarkan tabel 7 nilai sig = 0,0001. Karena sig lebih kecil dari α, maka H ditolak. Kesimpulannya adalah terdapat perbedaan dalam peningkatan kemandirian belajar siswa dilihat dari KAM siswa. Artinya Pembelajaran MIS dan konvensional menunjukkan perbedaan di kategori KAM siswa pada kemandirian belajar siswa 487 B. Pembahasan Temuan dan pembahasan hasil penelitian ini didasarkan pada faktor-faktor yang dicermati dalam studi ini. Faktor-faktor tersebut meliputi pembelajaran MIS dan kemandirian belajar siswa. 1. Pembelajaran Metacognitive Inner Speech Secara umum pelaksanaan pembelajaran MIS telah berjalan dengan baik. Meskipun untuk pertemuan pertama dan kedua peneliti agak kesulitan karena pembelajaran ini masih merupakan hal yang asing bagi siswa. Beberapa hal yang peneliti temukan dalam pelaksanaan penelitian pembelajaran MIS diuraikan sebagai berikut. Sebelum memulai pembelajaran, peneliti dan guru matematika berdiskusi dan melakukan tinjauan pada pembelajaran yang akan dan telah dilakukan. Pada kesempatan ini peneliti melakukan observasi dan sosialisasi pembelajaran yang akan diterapkan. Observasi dilakukan untuk mengamati kemandirian belajar siswa serta pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru. Sedangkan sosialisasi dilakukan agar siswa tidak merasa asing dan canggung dengan kehadiran peneliti dan dapat bekerjasama dengan menunjukkan perilaku yang sewajarnya. Pembelajaran MIS ini merupakan pembelajaran yang baru bagi siswa, sehingga pada pembelajaran MIS untuk pertemuan pertama dan kedua siswa masih agak bingung dalam memahami tugas yang harus mereka selesaikan. Siswa belum terbiasa dengan memberikan komentar-komentar sebagai bentuk dari inner speech, mereka terbiasa belajar hanya dengan mendengarkan penjelasan guru, latihan soal, kemudian diikuti dengan PR. Memberikan komentar sebagai bentuk dari inner speech agar membiasakan siswa untuk berpikir sadar dan mengetahui kekuatan dan kelemahan diri melalui inner speech memang terasa sulit. Namun, dengan pertanyaan- pertanyaan yang dapat memacu inner speech mereka, siswa mulai terbiasa untuk mengomunikasikan gumaman mereka, meskipun dengan bantuan dari guru agar dapat mencapai konsep yang diinginkan. Dalam hal ini, peneliti juga mengaitkan gumaman mereka dengan jejaring sosial yang saat ini cukup intens mereka ikuti. Peneliti menganalogikan hobi mereka yang sering comment status pada jejaring sosial merupakan salah satu bentuk komentar yang apabila diaplikasikan pada pembelajaran matematika akan memudahkan mereka dalam memahami pelajaran matematika. Kepiawaian guru dalam mengorganisasi kelas juga sangat diperlukan, sehingga siswa dengan kemampuan rendah pun mempunyai kesempatan yang sama untuk menyampaikan komentar mereka. Sekalipun pada awal-awal pertemuan sering ditemukan komentar-komentar mereka yang tidak sesuai dengan materi yang diajarkan. Dalam hal ini kemampuan guru untuk menggiring siswa pada komentar-komentar yang sesuai sangat diperlukan. Oleh sebab itu, pertanyaan inner speech