485 3.
Uji Normalitas
N-Gain Kemandirian
Belajar Siswa
Setelah Pembelajaran
H : Data N-Gain kemandirian
belajar siswa
berdistribusi normal
H
1
: Data N-Gain kemandirian belajar
siswa tidak
berdistribusi normal Tabel 4 Uji Normalitas N-Gain
Kemandirian Belajar
Shapiro-Wilk Statistic
Df Sig.
gain kemandirian
belajar 0.952
72 0.08
Berdasarkan tabel 4, nilai sig 0,05, sehingga haruslah menolak H
0.
Hal ini menunjukkan bahwa N-gain
kemandirian belajar kedua kelas memiliki data yang berdistribusi
tidak normal.
4. Uji
Normalitas N-Gain
Kemandirian Belajar
Siswa ditinjau secara KAM
H : Data
N-Gain kemandirian
belajar siswa
berdistribusi
normal ditinjau secara KAM
H
1
: Data N-Gain
kemandirian belajar siswa tidak berdistribusi
normal ditinjau secara KAM
Tabel 5 Uji Normalitas N-Gain Kemandirian Belajar Siswa secara
KAM
KAM Shapiro-Wilk
Statistic df
Sig Gain
kem- eksperi
men tinggi
0.84 10
0.04 sedang
0.82 16
0.005 rendah
0.83 10
0.03 Gain
kem- konvensi
onal tinggi
0.95 10
0.7 sedang
0.94 16
0.32 rendah
0.92 10
0.33
Berdasarkan tabel 5 terlihat bahwa nilai sig gain kemandirian belajar
kelompok eksperimen untuk KAM sedang 0,05. Tetapi selain itu nilai
sig 0,05. Jadi dapat disimpulkan bahwa N-gain kemandirian belajar
siswa
ditinjau dari
KAM berdistribusi tidak normal.
Hipotesis 1 “Terdapat perbedaan peningkatan
kemandirian belajar siswa yang menggunakan
pendekatan pembelajaran Metacognitive Inner
Speech terhadap
siswa yang
memperoleh pembelajaran
konvensional. ”
Berdasarkan tabel
4 dapat
diketahui bahwa data kemandirian belajar siswa setelah pembelajaran
berdistribusi tidak normal. Jadi, untuk
menguji hipotesis
ini digunakan
uji non-parametrik
Mann-Whitney U. Untuk menguji hipotesis di atas,
dirumuskan hipotesis
statistik sebagai berikut:
H :
tidak terdapat
perbedaan peningkatan
yang signifikan
mengenai kemandirian belajar antara siswa yang memperoleh
pendekatan pembelajaran
Metacognitive Inner
Speech dengan siswa yang memperoleh
pembelajaran konvensional. H
1
:terdapat perbedaan peningkatan yang
signifikan mengenai
kemandirian belajar antara siswa yang
memperoleh pendekatan
pembelajaran Metacognitive Inner Speech
dengan siswa
yang memperoleh
pembelajaran konvensional
Hipotesis statistik yang diajukan sebagai berikut:
H :
H
1
:
486 Tabel 6 Uji perbedaan N-Gain
kemandirian belajar siswa
Asymp. Sig. 2- tailed
Kesimpulan 0,0001
Terdapat perbedaan
Hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak, sehingga dapat disimpulkan
bahwa kemandirian belajar siswa yang
memperoleh pembelajaran
dengan MIS berbeda dengan siswa yang
memperoleh pembelajaran
konvensional.
Hipotesis 2
“Terdapat perbedaan peningkatan kemandirian belajar siswa antara
siswa yang
memperoleh pembelajaran Metacognitive Inner
Speech dan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensioanl ditinjau
dari KAM
siswa Baik,
Cukup,Kurang”. Untuk menguji hipotesis di atas,
dirumuskan hipotesis
sebagai berikut:
H : tidak
terdapat perbedaan
peningkatan kemandirian
belajar siswa antara siswa yang memperoleh
pembelajaran metacognitive inner speech dan
siswa yang
memperoleh pembelajaran
konvensioanl ditinjau dari KAM siswa Baik,
Cukup,Kurang H
1
: terdapat perbedaan peningkatan kemandirian
belajar siswa
antara siswa yang memperoleh pembelajaran
Metacognitive Inner Speech dan siswa yang
memperoleh pembelajaran
konvensioanl ditinjau dari KAM siswa Baik, Cukup, Kurang.
Hipotesis statistik yang diajukan sebagai berikut:
1 H
: H
1
: minimal ada satu i
≠ 1, 2, 3. H
: H
1
: minimal
ada satu
i = 1, 2, …, 6, j = 1, 2,
…, 6. Keterangan:
= rerata KAM baik kelas MIS = rerata KAM cukup kelas MIS
= rerata KAM kurang kelas MIS = interaksi rerata KAM baik
kelas MIS = interaksi rerata KAM cukup
kelas MIS = interaksi rerata KAM kurang
kelas konvensional Berdasarkan tabel 5 terlihat bahwa
data N-gain kemandirian belajar ditinjau secara KAM berdistribusi
tidak normal. Sehingga uji yang harus dilakukan yaitu uji Friedman.
Tabel 7 Uji Perbedaan Peningkatan Kemandirian Belajar Siswa
Berdasarkan KAM Siswa
N 72
Chi-Square 123.88
Df 2
Asymp. Sig. 0.0001
Monte Carlo Sig.
Sig. 0.0001
95 Confide
nce Interval
Lower Bound
0.0001 Upper
Bound 0.0001
a. Friedman Test
Berdasarkan tabel 7 nilai sig = 0,0001. Karena sig lebih kecil dari
α, maka H ditolak. Kesimpulannya
adalah terdapat perbedaan dalam peningkatan kemandirian belajar
siswa dilihat dari KAM siswa. Artinya
Pembelajaran MIS
dan konvensional
menunjukkan perbedaan di kategori KAM siswa
pada kemandirian belajar siswa
487 B.
Pembahasan
Temuan dan pembahasan hasil penelitian
ini didasarkan
pada faktor-faktor yang dicermati dalam
studi ini. Faktor-faktor tersebut meliputi pembelajaran MIS dan
kemandirian belajar siswa.
1.
Pembelajaran Metacognitive Inner Speech
Secara umum
pelaksanaan pembelajaran MIS telah berjalan
dengan baik.
Meskipun untuk
pertemuan pertama dan kedua peneliti
agak kesulitan
karena pembelajaran ini masih merupakan
hal yang asing bagi siswa. Beberapa hal yang peneliti temukan dalam
pelaksanaan penelitian
pembelajaran MIS diuraikan sebagai berikut.
Sebelum memulai pembelajaran,
peneliti dan
guru matematika
berdiskusi dan melakukan tinjauan pada pembelajaran yang akan dan
telah dilakukan. Pada kesempatan ini peneliti melakukan observasi
dan sosialisasi pembelajaran yang akan
diterapkan. Observasi
dilakukan untuk
mengamati kemandirian belajar siswa serta
pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru. Sedangkan sosialisasi
dilakukan agar siswa tidak merasa asing
dan canggung
dengan kehadiran
peneliti dan
dapat bekerjasama dengan menunjukkan
perilaku yang sewajarnya. Pembelajaran MIS ini merupakan
pembelajaran yang baru bagi siswa, sehingga pada pembelajaran MIS
untuk pertemuan pertama dan kedua siswa masih agak bingung
dalam memahami tugas yang harus mereka selesaikan. Siswa belum
terbiasa
dengan memberikan
komentar-komentar sebagai bentuk dari inner speech, mereka terbiasa
belajar hanya
dengan mendengarkan
penjelasan guru,
latihan soal,
kemudian diikuti
dengan PR. Memberikan komentar sebagai bentuk dari inner speech
agar membiasakan siswa untuk berpikir sadar dan mengetahui
kekuatan
dan kelemahan
diri melalui inner speech memang terasa
sulit. Namun, dengan pertanyaan- pertanyaan yang dapat memacu
inner speech mereka, siswa mulai terbiasa untuk mengomunikasikan
gumaman
mereka, meskipun
dengan bantuan dari guru agar dapat
mencapai konsep
yang diinginkan. Dalam hal ini, peneliti
juga mengaitkan gumaman mereka dengan jejaring sosial yang saat ini
cukup intens mereka ikuti. Peneliti menganalogikan hobi mereka yang
sering comment status pada jejaring sosial merupakan salah satu bentuk
komentar
yang apabila
diaplikasikan pada pembelajaran matematika
akan memudahkan
mereka dalam memahami pelajaran matematika.
Kepiawaian guru
dalam mengorganisasi kelas juga sangat
diperlukan, sehingga siswa dengan kemampuan
rendah pun
mempunyai kesempatan yang sama untuk
menyampaikan komentar
mereka. Sekalipun pada awal-awal pertemuan
sering ditemukan
komentar-komentar mereka yang tidak sesuai dengan materi yang
diajarkan. Dalam
hal ini
kemampuan guru untuk menggiring siswa
pada komentar-komentar
yang sesuai sangat diperlukan. Oleh sebab itu, pertanyaan inner speech