Uji Jurnal EDUMAT Vol.4 No.7 2013

487 B. Pembahasan Temuan dan pembahasan hasil penelitian ini didasarkan pada faktor-faktor yang dicermati dalam studi ini. Faktor-faktor tersebut meliputi pembelajaran MIS dan kemandirian belajar siswa. 1. Pembelajaran Metacognitive Inner Speech Secara umum pelaksanaan pembelajaran MIS telah berjalan dengan baik. Meskipun untuk pertemuan pertama dan kedua peneliti agak kesulitan karena pembelajaran ini masih merupakan hal yang asing bagi siswa. Beberapa hal yang peneliti temukan dalam pelaksanaan penelitian pembelajaran MIS diuraikan sebagai berikut. Sebelum memulai pembelajaran, peneliti dan guru matematika berdiskusi dan melakukan tinjauan pada pembelajaran yang akan dan telah dilakukan. Pada kesempatan ini peneliti melakukan observasi dan sosialisasi pembelajaran yang akan diterapkan. Observasi dilakukan untuk mengamati kemandirian belajar siswa serta pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru. Sedangkan sosialisasi dilakukan agar siswa tidak merasa asing dan canggung dengan kehadiran peneliti dan dapat bekerjasama dengan menunjukkan perilaku yang sewajarnya. Pembelajaran MIS ini merupakan pembelajaran yang baru bagi siswa, sehingga pada pembelajaran MIS untuk pertemuan pertama dan kedua siswa masih agak bingung dalam memahami tugas yang harus mereka selesaikan. Siswa belum terbiasa dengan memberikan komentar-komentar sebagai bentuk dari inner speech, mereka terbiasa belajar hanya dengan mendengarkan penjelasan guru, latihan soal, kemudian diikuti dengan PR. Memberikan komentar sebagai bentuk dari inner speech agar membiasakan siswa untuk berpikir sadar dan mengetahui kekuatan dan kelemahan diri melalui inner speech memang terasa sulit. Namun, dengan pertanyaan- pertanyaan yang dapat memacu inner speech mereka, siswa mulai terbiasa untuk mengomunikasikan gumaman mereka, meskipun dengan bantuan dari guru agar dapat mencapai konsep yang diinginkan. Dalam hal ini, peneliti juga mengaitkan gumaman mereka dengan jejaring sosial yang saat ini cukup intens mereka ikuti. Peneliti menganalogikan hobi mereka yang sering comment status pada jejaring sosial merupakan salah satu bentuk komentar yang apabila diaplikasikan pada pembelajaran matematika akan memudahkan mereka dalam memahami pelajaran matematika. Kepiawaian guru dalam mengorganisasi kelas juga sangat diperlukan, sehingga siswa dengan kemampuan rendah pun mempunyai kesempatan yang sama untuk menyampaikan komentar mereka. Sekalipun pada awal-awal pertemuan sering ditemukan komentar-komentar mereka yang tidak sesuai dengan materi yang diajarkan. Dalam hal ini kemampuan guru untuk menggiring siswa pada komentar-komentar yang sesuai sangat diperlukan. Oleh sebab itu, pertanyaan inner speech 488 yang tepat sangat membantu untuk implementasi MIS. 2. Kemandirian Belajar Siswa Berdasarkan skor awal diketahui bahwa siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol mempunyai kemampuan awal kemandirian belajar yang berbeda secara signifikan. Tetapi menurut hasil observasi peneliti dan wawancara dengan guru kelas, kemandirian belajar kedua kelompok tidak berbeda secara signifikan. Perbedaan kemampuan awal didapatkan dari hasil isian skala sikap siswa. Hal tersebut dimungkinkan belum terbiasanya siswa dengan skala yang diberikan guru, sehingga dalam pengisian terjadi kesalahan penafsiran. Oleh sebab itu, untuk pengisian skala selanjutnya yaitu saat pembelajaran MIS telah dilaksanakan, peneliti dibantu obeserver benar-benar memandu siswa dalam menjawab pertanyaan agar tidak terjadi kesalahan seperti pada saat pengisian angket awal. Hasil penelitian menunjukkan kemandirian siswa kelompok eksperimen memperoleh pembelajaran MIS mengalami peningkatan yang signifikan. Hal ini menunjukaan pengaruh yang positif terhadap kemandirian belajar melalui pembelajaran MIS. Data tersebut diperkuat dengan wawancara terhadap guru dan perwakilan KAM siswa kelas eksperimen. Hasilnya menunjukkan respon yang positif. Semua siswa yang diwawancarai responden mengaku lebih dapat mengontrol pengetahuan yang dimiliki, serta lebih yakin dalam belajar maupun mengerjakan soal setelah memperoleh pembelajaran MIS. Wawancara pada guru menunjukkan hasil yang juga positif. Guru menyatakan bahwa siswa yang belajar dengan metode ini terlihat lebih yakin dalam memberi jawaban-jawaban atas pertanyaan dari guru, lebih antusias dan menyukai pembelajaran matematika karena tidak teks book, lebih konsentrasi dalam belajar serta lebih dapat mengontrol pengetahuan yang dimiliki Hasil tersebut relevan dengan hasil penelitian Astuti 2009 dan Fauzi 2011. Kedua hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa terdapat peningkatan kemandirian belajar siswa setelah memperoleh perlakuan dalam pembelajaran. Menurut Astuti 2009 kemandirian belajar siswa pada kelompok yang memperoleh pembelajaran model reciprocal teaching dengan pendekatan metakognitif adalah positif, sedangkan kemandirian belajar siswa pada kelompok yang memperoleh pembelajaran biasa adalah negatif. Sementara itu, menurut Fauzi kemandirian belajar siswa yang memperoleh pembelajaran metakognitif grup dan metakognitif klasikal lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. Berdasarkan kedua penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa kemandirian belajar siswa dapat terbentuk melalui pembelajaran yang memiliki sintaks yang relevan dengan indikator-indikator dari kemandirian belajar. Hal tersebut disebabkan jika pembelajaran yang diterapkan tidak mengacu pada kemandirian belajar, maka akan sulit untuk membentuk kemandirian belajar siswa. Pada pembelajaran MIS, siswa dibiasakan untuk menerapkan strategi belajar yang sesuai dengan mereka berdasarkan gumaman dan pengetahuan yang dimiliki, bukan berdasarkan transfer ilmu dari guru atau menghafal rumus. Selain itu, peneliti juga dibiasakan untuk 489 mengevalusi proses serta mengontrol cara berpikir mereka. Hal tersebut juga merupakan bagian dari indikator kemandirian belajar. Jadi, sudah sepatutnya peningkatan kemandirian belajar kelas eksperimen lebih baik daripada kelas konvensional, karena sintaks dari pembelajaran MIS yang mengarah kepada kemandirian belajar. Pengaruh pembelajaran MIS juga dilihat terhadap peningkatan kemandirian belajar pada siswa yang memiliki KAM baik, cukup, kurang. Penerimaan H mengenai perbedaan peningkatan peningkatan kemandirian belajar siswa hipotesis 2 mengindikasikan bahwa kategori kemampuan siswa berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan kemandirian belajar pada siswa. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran ini tidak merata di semua KAM siswa. Hasil penelitian tersebut relevan dengan hasil penelitian sebelumnya yaitu menurut Fauzi 2011 dan Tandiling 2011. Mereka menyebutkan bahwa kemandirian belajar siswa meningkat secara signifikan setelah memperoleh perlakuan. Kemandirian belajar siswa memang seharusnya difasilitasi dengan pembelajaran yang memiliki sintaks yang relevan dengan indikator pembelajaran itu sendiri. Dalam hal ini pembelajaran MIS seperti diketahui memiliki sintaks pembelajaran yang memacu kemandirian belajar siswa.

4. Kesimpulan, Keterbatasan,

dan Rekomendasi Berdasarkan rumusan masalah serta pembahasan terhadap hasil- hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka diperoleh kesimpulan dan saran dari hasil-hasil penelitian tersebut.

A. Kesimpulan

1. Terdapat perbedaan peningkatan kemandirian belajar antara siswa yang memperoleh pembelajaran MIS dan pembelajaran biasa. Siswa yang memperoleh pembelajaran MIS memiliki peningkatan kemandirian belajar yang lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran biasa. 2. Terdapat perbedaan peningkatan kemandirian belajar antara siswa yang memperoleh pembelajaran MIS dan pembelajaran biasa ditinjau dari KAM siswa.

B. Keterbatasan

Dalam penelitian ini terdapat keterbatasan-keterbatasan yang diharapkan akan membuka peluang bagi peneliti lainnya untuk melakukan penelitian sejenis yang akan berguna bagi perluasan wawasan keilmuan. Keterbatasan- keterbatasan tersebut antara lain sebagai berikut: 1. Perlakuan terhadap subjek penelitian hanya dilakukan dalam waktu sekitar satu bulan. Waktu yang relatif singkat ini tentunya memiliki dampak pada proses pembelajaran dan pelayanan, sehingga hasil yang dicapai belum maksimal. 2. Bahasan matematika yang dikembangkan dalam penelitian ini hanya terdiri dari dua standar kompetensi yaitu mengidentifikasi sifat-sifat segiempat dan menghitung besaran pada segiempat. Masih terbuka peluang untuk melakukan eksperimen pada standar kompetensi yang lainnya. 3. Subjek sampel hanya dilakukan pada satu sekolah, yaitu SMP N 490 di Pesawaran, Lampung. Pada kesempatan lain, para peneliti dapat melakukan penelitian di provinsi lain, atau meneliti sekolah dengan kategori tinggi, sedang dan rendah serta dapat juga meneliti di level SD atau SMA sehingga terlihat lebih jelas efektifitas penggunaan pendekatan ini dilihat dari berbagai kategori

C. Rekomendasi

Berdasarkan hasil-hasil dalam penelitian ini, peneliti mengemukakan beberapa rekomendasi, terdiri dari rekomendasi teoritis dan rekomendasi riset. Rekomendasi Teoritis, yaitu 1. Perlu adanya bimbingan intens diawal pemberian skala kemandirian agar tidak terjadi kesalahan penafsiran pada item pertanyaan. Hal tersebut dilakukan agar jawaban yang diberikan siswa benar-benar terpercaya. 2. Sebaiknya digunakan media yang lebih menarik pada pembelajaran agar siswa lebih tertarik dengan pembelajaran MIS. 3. Memunculkan inner speech siswa dengan cara-cara yang lebih menarik. Misalnya lewat pemutaran video atau aksi drama dari siswa. Rekomendasi Riset, yaitu 1. Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa kemandirian belajar siswa meningkat signifikan setelah menggunakan pendekatan MIS. Akan menjadi tantangan riset, jika pendekatan MIS diterapkan untuk mengukur aspek-aspek afektif lainnya seperti self- awarness, self-knowledge, self- control, self-discrepancies dan self-critisism. 2. Perlu adanya upaya menerapkan strategi kolaboratif antara pendekatan MIS dan debate scientific untuk mengukur berpikir kritis siwa, self-critisism dan self-control siswa Hal tersebut disebabkan karakteristik dari pendekatan MIS dan debate scientific yang cukup relevan yaitu sama-sama menuntut kesadaran dan kontrol siswa terhadap pengetahuan yang ada dalam dirinya. Daftar Pustaka Astuti, R. 2009. Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematika dan Kemandirian Belajar Matematika Siswa Melalui Model Reciprocal Teaching dengan Pendekatan Metakognitif. Tesis pada PPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan. Arikunto, S. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi. Jakarta: PT Bumi Aksara. Bandura, A. 1977. Self-efficacy: The exercise of control. New York: W. H. Freeman Company. Ehrich, E.J. 2006. Vygotskian Inner Speech and Reading Proccess. Australian Journal of Educational Developmental Psychology Vol. 6, pp 12-25. Queensland University of Technology. Fahinu. 2007. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kemandirian Belajar Matematika Pada Mahasiswa Melalui Pembelajaran Generatif. Disertasi Doktor pada PPS UPI: Tidak Dipublikasikan. 491 Fauzi, A. 2011. Peningkatan Koneksi Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pendekatan Metakognitif. Disertasi Doktor pada PPS UPI: Tidak Dipublikasikan. Nindiasari, H. 2004. Pembelajaran Metakognitif Untuk Meningkatkan Pemahaman dan Koneksi Matematika Siswa SMU Ditinjau dari Perkembangan Kognisi Siswa. Tesis pada PPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan. Ruseffendi, E.T. 1991. Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika CBSA. Bandung: Tarsito. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R D. Bandung: Alfabeta. Sumarmo, U. 2004. Kemandirian Belajar: Apa, Mengapa dan Bagaimana Dikembangkan pada Peserta Didik. Makalah Disajikan pada Seminar Pendidikan Matematika di Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA Universitas Yogyakarta tangggal 8 Juli 2004: tidak diterbitkan. Tandiling, Edy. 2011. The Enhancement of Mathematical Communicatin and Self- Regulated Learning of Senior High School Students through PQ4R Strategies Accompanied Refutation Text Reading. Collection of Papers. International Seminar and the fourth National Conference on Mathematics Education. Universitas Negeri Yogyakarta. Zainun, M. 2002. Kemandirian Sebagai Kebutuhan Psikologis Pada Remaja. [Online]. Tersedia: http:www.e-psikologi.comremaja250602.htm. 29 November 2008. Zakin, Andrea. 2007. Metacognition and the Use of Inner Speech in Children’s Thinking: A Tool Teachers Can Use. Journal of Education and Human Development. ISSN 1934-2700.