16
2.3 Pengkajian Temperamen Anak
Sembilan variabel temperamen yang telah diidentifikasikan Chess dan Thomas, 1992 dalam Wong 2003 adalah
1. Tingkat Aktivitas Aktivitas tinggi merujuk pada aktivitas motorik tinggi, seperti lebih
menyukai berlari atau tidak mampu duduk diam. Aktivitas rendah merujuk pada aktivitas motorik rendah, seperti lebih
menyukai membaca atau permainan tenang lain dan mampu untuk tetap duduk untuk periode lama.
2. Ritmisitas Ritmisitas tinggi merujuk pada anak dengan kebiasaan tubuh teratur.
Ritmisitas rendah merujuk pada anak dengan kebiasaan tubuh tidak teratur. 3. Mendekat-menarik diri
Mendekat merujuk pada respon positif yang utama, seperti tersenyum, berkata-kata, dan mendekatstimulus.
Menarik diri merujuk pada respon negatif yang utama, seperti rewel, menagis, dan menjauh atau menolak stimulus.
4. Kemampuan adaptasi Kemapuan adaptasi tinggi menunjukkan kemampuan untuk tetap dalam
ketenangan. Kemampuan adaptasi rendah menunjukkan ketidakmampuan untuk
menyesuaikan dengan mudah.
17
5. Intensitas
Intensitas tinggi merujuk pada reaksi perilaku seperti menagis keras atau
tertawa sebagai respon terhadap stimulus, seperti menerima mainan baru.
Intensitas rendah merujuk pada reaksi perilaku seperti merengek atau
menjatuhkan diri untuk bereaksi terhadap stimulus. 6. Ambang
Ambang rendah menunjukkan intensitas tinggi untuk rangsangan ringan seperti bangun karena suara yang halus.
Ambang tinggi menunjukkan intensitas tinggi sampai sedang pada
rangsangan kuat, seperti kurangnya ketidaknyamanan dengan popok basah.
7. Alam perasaan Alam perasaan positif merujuk pada anak yang secara umum senang dan
kopoeratif.
Alam perasaan negatif merujuk pada anak yang secara umum rewel dan
mengeluh. 8. Perhatian-menetap
Perhatian lama-sangat menetap merujuk pada seorang anak yang dapat memperhatikan untuk periode waktu lama dan terus bekerja pada proyek
atau bermain meskipun ada hambatan, seperti orang tua mengatakan padanya untuk berhanti atau seseorang menghentikan aktivitasnya.
Perhatian singkat-kurang menetap merujuk pada anak yang mempunyai
kesulitan memperhatikan dan mudah menyerah.
18
9. Distrakbilitas Distrakbilitas rendah merujuk pada anak yang tidak mudah dialihkan
perhatiaannya. Distrakbilitas tinggi merujuk padaanak yang mudah dialihkan
perhatiaannya. Sedangkan menurut Sanjaya 2010, ada beberapa pengelompokkan sifat anak,
namun penggolongan sifat anak berdasarkan temperamen adalah yang popular untuk mengenali temperamen anak. Temperamen tersebut yaitu sanguinis, kolerik,
melankolik, dan flegmatik.Untuk mengenali temperamen anak dan pola asuh yang tepat, berikut akan disajikan tabel mengenai temperamen. Dengan melihat tabel
ini, dapat diketahui temperamen anak dan apa yang harus dilakukan untuk menghadapi tipe temperamen anak tersebut.
Tabel 2.1. Tipe Temperamen Anak Temperamen
Ciri-ciri Peran Ayah-Ibu
Sanguinis Senang bergaul, terbuka,
suka berbicara, mudah terpengaruh lingkungan.
Melatih anak agar bisa sabar dan mengendalikan diri dengan berpikir
matang sebelum memutuskan.
Kolerik Mandiri, berpendirian
keras, aktif, merasa “cukup” dengan dirinya
sendiri. Pada masa balita, orang tua dengan
anak tipe kolerik harus waspada.jika lengah, anak akan
sulit menerima hal-hal yang terkait dengan spiritual yang akan bertahan
hingga masa anak usia sekolah. Maka sejak dini, anak harus
dikenalkan dengan aspek spiritual.
Melankolik Peka, pemalu.
Orang tua berharap dapat membesarkan hati anak dan
mengajarnya untuk selalu gembira dan dapat mengambil manfaat dari
setiap peristiwa. Jika anak selalu merasa bersalah, ia akan mudah
terjerumus pada hal-hal yang negatif.
19
Lanjutan Tabel 2.1
Flegmatik Sabar, jarang bisa marah,
senang menunggu orang lain untuk memutuskan,
dan mau melakukan sesuatu asal orang lain
senang. Anak dengan temperamen flgmatik
membutuhkan orang tua yang siap memotivasi anak agar semangat
dan berani tidak menolak ajakan orang lain, walau mungkin ia akan
dijauhi teman.
Orang tua tidak perlu mengubah temperamen anak. Biarlah mereka memilki temperamennya masing-masing. Namun demikian, temperamen harus
dimodifikasi agar lebih dapat adaptif. Anak kolerik yang telah diasuh oleh orang tua yang mengenalkan kehidupan
spiritual pada anak, akan tetap menjadi anak yang aktif dan mandiri. Namun dia tetap sadar bahwa ada hukum, norma dan kepercayaan yang harus dipikirkan.
Anak melankolik tetap saja perasa, namun dengan bimbingan orang tua, ia dapat mengambil hikmah dari setiap peristiwa. Dengan demikian, hatinya akan
terasa ringan serta melangkah maju ke depan, bukan didsari masa lalu yang muram.
Anak sanguinis tetap suka berbicara dan mudah bergaul. Akan tetapi, jika ia selalu dibina agar berpikir matang sebelum bertindak, ia akan tidak mudah
tergoda lingkungan sekitar. Anak flegmatik tetap saja tidak dapat tegas berkata “tidak” dengan ajakan
orang lain. Namun, jika orang tua telah membekali dengan motivasi yang benar, ia dapat menghindar dari ajakan orang lain untuk bertindak bodoh, secara halus.
Beberapa karakteristik temperamen menimbulkan tantangan yang lebih besar bagi orang tua dibandingkan dengan karakteristik yang lain, setidaknya di budaya
barat Rothbart Bates, 2006 dalam Santrock, 2007. Kebanyakan orang tua
20
tidak percaya dengan pentingnya temperamen sampai kelahiran anak kedua mereka. Beberapa masalah yang dihadapi pada anak pertama tidak muncul pada
anak kedua, tetapi ada masalah lain yang muncul. Pengalaman ini menunjukkan bahwa anak-anak tersebut sangat berbeda antara satu sama lain. Dan perbedaan ini
memiliki implikasi penting terhadap interaksi orang tua dan anak Kwak, dkk, 1999; Rothbart Putnam, 2002 dalam Santrock, 2007.
2.4 Strategi Pengasuhan