Defenisi Pola Asuh Orang Tua Jenis dan Ciri Pola Asuh Orang Tua

5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

1. Pola Asuh Orang Tua

1.1 Defenisi Pola Asuh Orang Tua

Menurut Atmosiswoyo dan Subyakto 2002 dalam Hardywinoto, Tony. S 2002, pola asuh adalah pola pengasuhan anak yang berlaku dalam keluarga, yaitu bagaimana keluarga membentuk perilaku generasi berikut sesuai dengan norma dan nilai yang baik dan sesuai dengan kehidupan masyarakat. Menurut Gunarsa 2000 pola asuh orang tua merupakan pola interaksi antara anak dengan orang tua yang meliputi bukan hanya pemenuhan fisik dan psikologis tetapi juga norma-norma yang berlaku dimasyarakat agar dapat hidup selaras dengan lingkungan.

1.2 Jenis dan Ciri Pola Asuh Orang Tua

Menurut Wong 2008, tipe pola asuh orang tua dibedakan menjadi 3, yaitu: 1. Otoriter atau Diktator Orang tua mencoba untuk mengontrol perilaku dan sikap anak melalui perintah yang tidak boleh dibantah. Mereka menetapkan aturan dan regulasi atau standar perilaku yang dituntut untuk diikuti secara kaku dan tidak boleh dipertanyakan. Mereka menilai dan memberi penghargaan atas kepatuhan absolut, sikap mematuhi kata-kata mereka, dan menghormati prinsip dan kepercayaan keluarga tanpa kegagalan. 6 Mereka menghukum secara paksa setiap perilaku yang berlawanan dengan standar orang tua. Otoritas orang tua dilakukan dengan penjelasan yang sedikit dan keterlibatan anak yang sedikit dalam mengambil keputusan. Hukuman tidak selalu berupa hukuman fisik tetapi mungkin berupa penarikan diri dari rasa cinta dan pengakuan. Latihan yang hati-hati sering kali mengakibatkan perilaku menurut secara kaku pada anak, yang cendrung untuk menjadi sensitif, pemalu, menyadari diri sendiri, cepat lelah dan tunduk. Mereka cendrung menjadi sopan, setia, jujur, dan dapat diandalkan tetapi mudah dikontrol. Perilaku-perilaku ini lebih khas terlihat ketika pengguna kekuasaan diktator orang tua disertai dengan supervisi ketat dan tingkat kasih sayang yang masuk akal. Jika tidak, pengggunaan kekuasaan diktator lebih cendrung untuk dihubungkan dengan perilaku menentang dan antisosial. 2. Permisif atau Laissez-Faire Orang tua memiliki sedikit kontrol atau tidak sama sekali atas tindakan anak- anak mereka. Orang tua yang bermaksud baik ini kadang-kadang bingung antara sikap permisif dan pemberian izin. Mereka menghindari untuk memaksakan standar perilaku mereka dan mengizinkan anak mereka untuk mengatur aktivitas mereka sendiri sebanyak mungkin. Orang tua ini menganggap diri mereka sendiri sebagai sumber untuk anak, bukan merupakan model peran. Jika peraturan memang ada, orang tua menjelaskan alasan yang mendasarinya, mendukung pendapat anak, dan berkonsultasi dengan mereka dalam proses pembuatan keputusan. 7 Mereka memberlakukan kebebasan dalam bertindak, disiplin yang inkonsisten, tidak menetapkan batasan-batasan yang masuk akal, dan tidak mencegah anak yang merusak rutinitas dirumah. Orang tua jarang menghukum anak, karena sebagian besar perilaku dianggap dapat diterima. 3. Otoritatif atau Demokratik Orang tua mengkombinasikan praktik mengasuh anak dari dua gaya yang ekstrim. Mereka mengarahkan perilaku dan sikap anak dengan menekankan alasan peraturan dan secara negatif menguatkan penyimpangan. Mereka menghormati individualitas dari setiap anak dan mengizinkan mereka untuk menyuarakan keberatannya terhadap standar atau peraturan keluarga. Kontrol orang tua kuat dan konsiten tetapi disertai dengan dukungan, pengertian, dan keamanan. Kontrol difokuskan pada masalah, tidak pada penarikan rasa cinta atau takut pada hukuman. Orang tua membantu “pengarahan diri pribadi” suatu kesadaran mengatur perilaku berdasarkan perasaan bersalah atau malu untuk melakukan hal yang salah, bukan karena takut tertangkap atau takut dihukum. Standar realistis orang tua dan harapan yang masuk akal menghasilkan anak dengan harga diri tinggi, dan sangat interaktif dengan anak lain. Menurut Baumrind, 1971 dalam Santrock, 2007 berpendapat ada cara yang terbaik untuk mengasuh anak. Orang tua tidak boleh menghukum atau menjauh. Sebaliknya, orang tua menetapkan aturan bagi anak dan menyayangi mereka. Ada empat bentuk pola asuh orang tua, yaitu: 8 1. Otoritarian Pola asuh otoritarian adalah bentuk pola asuh yang bersifat membatasi dan menghukum, dimana orang tua mendesak anak untuk mengikuti arahan dan menghormati pekerjaan dan upaya mereka. Orang tua yang otoriter menerapkan batas dan kendali yang tegas pada anak dan meminimalisir perdebatan verbal. Contohnya, orang tua yang otoriter mungkin berkata, “Lakukan dengan caraku atau tidak usah.” Orang tua yang otoriter mungkin juga sering memukul anak, mamaksakan aturan secara kaku, tanpa menjelaskannya, dan menunjukkan amarah pada anak. Anak dari orang tua yang otoriter sering kali tidak bahagia, ketakutan, minder ketika membandingkan diri dengan orang lain, tidak mampu memulai aktivitas, dan memiliki kemampuan komunikasi yang lemah. Pola asuh ini biasanya mengakibatkan perilaku anak yang tidak kompeten secara sosial. 2. Otoritatif Pola asuh otoritatif adalah bentuk pola asuh yang bersifat mendorong anak untuk mandiri namun masih menerapkan batas kendali pada tindakan mereka. Tindakan verbal memberi dan menerima dimungkinkan, dan orang tua bersifat hangat dan penyayang terhadap anak. Orang tua yang otoritatif merangkul anak dengan mesra dan berkata, “Kamu tahu kamu tak seharusnya melakukan hal itu. Mari kita bicarakan bagaimana kamu bisa menangani situasi tersebut lebih baik lain kali”. Orang tua yang otoritatif mengharapkan perilaku anak yang dewasa, mandiri, dan sesuai dengan usianya. Pola asuh ini biasanya mengakibatkan perilaku anak yang kompeten secara sosial. 9 Anak yang memiliki orang tua otoritatif sering kali ceria, bisa mengendalikan diri dan mandiri, dan berorientasi pada prestasi. Anak yang memilki orang tua yang otoritatif juga cendrung untuk mempertahankan hubungan yang ramah dengan teman sebaya. 3. Mengabaikan Permisif Pola asuh permisif adalah pola asuh di mana orang tua sangat tidak terlibat dalam kehidupan anak. Pola asuh ini biasanya mengakibatkan inkompetensi sosial anak, terutama kurangnya pengendalian diri. Anak yang memiliki orang tua yang mengabaikan merasa bahwa aspek lain kehidupan orang tua lebih penting dari pada diri mereka. Anak-anak ini cendrung tidak memiliki kemampuan sosial. Banyak diantaranya memiliki pengendalian diri yang buruk dan tidak mandiri. Mereka sering kali memiliki harga diri yang rendah, tidak dewasa, dan mungkin terasing dari keluarga. 4. Menuruti Pola asuh menuruti adalah pola asuh di mana orang tua sangat terlibat dengan anak, namun tidak terlalu menuntut dan mengontrol mereka. Orang tua macam ini membiarkan anak melakukan apa yang ia inginkan. Hasilnya, anak tidak pernah belajar mengendalikan perilakunya sendiri dan selalu berharap mendapatkan keinginannya. Beberapa orang tua sengaja membesarkan anak mereka dengan cara ini, karena mereka percaya bahwa kombinasi antara keterlibatan yang hangat dan sedikit batasan akan menghasilkan anak yang kreatif dan percaya diri. Namun anak yang memiliki orang tua yang selalu menurutinya jarang belajar menghormati orang lain dan mengalami kesulitan untuk mengendalikan 10 perilakunya. Mereka mungkin mendominasi, egosentris, tidak menuruti aturan, dan kesulitan dalam hubungan teman sebaya peer. Keempat klasifikasi pola asuh ini melibatkan kombinasi antara penerimaan dan sikap Responif di satu sisi serta tuntutan dan kendali di sisi lain Maccoby Martin dalam Santrock, 2007. Pola asuh otoritatif cendrung merupakan pola asuh yang paling efektif, berikut alasannya Hart, Newell Olsen, 2003; Steinberg Silk, 2002: a. Orang tua yang otoritatif menerapkan keseimbangan yang tepat antara kendali dan otonomi, sehingga memberi anak kesempatan untuk membentuk kemandirian sembari memberikan standar, batas, dan panduan yang dibutuhkan anak Reuter Conger, 1995 dalam Santrock, 2007. b. Orang tua yang otoritatif lebih cendrung melibatkan anak dakam kegiatan memberi dan menerima secara verbal dan memperbolehkan anak mengutarakan pandangan mereka Kuczynski Lollis, 2002 dalam Santrock, 2007. Jenis diskusi keluarga ini membantu anak memahami hubungan sosial dan apa yang dibutuhkan untuk menjadi orang yang kompeten secara sosial. c. Kehangatan dan keterlibatan orang tua yang otoritatif membuat anak lebih bisa menerima pengaruh orang tua Sim, 2000 dalam Santrock, 2007.

1.3 Penyesuaian Pola Asuh Terhadap Perubahan Perkembangan