III - 1
BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI
DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah
3.1.1 Kondisi Ekonomi Daerah Provinsi Jawa Tengah
Perekonomian Indonesia Tahun 2012 masih dibayangi oleh krisis ekonomi global terutama yang terjadi di Eropa dan Amerika,
serta situasi dalam negeri terutama adanya rencana pemerintah untuk menaikkan harga Bahan Bakar Minyak BBM, kenaikan Tarif
Dasar Listrik TDL dan pembatasan BBM bersubsidi.
Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia Tahun 2012 hanya mencapai 6,3 lebih rendah daripada target APBN
Tahun 2012 sebesar 6,7 dan dalam APBN-P diperkirakan pertumbuhan ekonomi akan tumbuh sebesar 6,5. Untuk
mempertahankan target pertumbuhan ekonomi tersebut, dilakukan melalui
upaya mendorong
percepatan belanja
yang dapat
menstimulasi pertumbuhan ekonomi, menjaga tingkat daya beli masyarakat dengan menjaga laju inflasi pada tingkat yang rendah,
serta mendorong pertumbuhan investasi dengan menciptakan iklim usaha yang kondusif. Di samping itu dalam rangka meningkatkan
daya saing diupayakan melalui peningkatan daya saing produk ekspor non migas, pengendalian impor produk-produk yang berpotensi
menurunkan pasar produk dalam negeri serta mendorong realisasi pelaksanaan
program percepatan
pembangunan infrastruktur
sebagaimana telah disepakati di dalam Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia MP3EI, serta antisipasi
perkembangan isu demografi, kesempatan kerja dan kesejahteraan rakyat.
Sedangkan kondisi kinerja perekonomian Jawa Tengah dalam kurun waktu lima tahun terakhir 2005-2011, menunjukkan
kecenderungan pertumbuhan yang positif kecuali pada tahun 2009. Pada tahun 2005, pertumbuhan ekonomi sebesar 5,35, meningkat
menjadi 5,8 pada tahun 2010 dan meningkat menjadi 6,0 pada tahun 2011. Laju pertumbuhan ekonomi tahun 2011 tersebut
disumbang oleh sektor Angkutan dan Komunikasi, Perdagangan Hotel dan Restoran, serta Jasa-jasa.
III - 2
Gambar 3.1 Grafik Laju Pertumbuhan Ekonomi Jawa Tengah 2005-2011
Sumber : Badan Pusat Statistik BPS, 2006-2012 diolah
Dilihat dari struktur PDRB sisi produksi menunjukkan bahwa sektor sekunder dan tersier memiliki kontribusi yang hampir sama
terhadap perekonomian Jawa Tengah, yaitu masing-masing sebesar 40,28 dan 39,70. Sementara sektor primer memiliki kontribusi
sebesar 20,02 dari total PDRB Jawa Tengah.
Jumlah penduduk yang relatif besar, akses sumber daya alam yang relatif mudah serta kondisi infrastruktur yang relatif cukup baik,
menyebabkan sektor sekunder dan tersier berkembang cukup pesat. Sektor primer terutama ditopang oleh sub sektor pertanian tanaman
pangan sehingga Jawa Tengah menjadi salah satu lumbung pangan nasional.
Selama 2 tahun terakhir 2010-2011, struktur ekonomi menurut lapangan usaha relatif mengalami peningkatan. Perubahan
peningkatan pada beberapa sektor adalah Industri Pengolahan 33,3, Perdagangan, Hotel dan Restoran 19,7 dan Jasa-jasa
10,6. Sedangkan sektor lainnya mengalami penurunan kecuali pada sektor Listrik, Gas dan Air Bersih serta Pengangkutan dan
Komunikasi masih memiliki kontribusi yang tetap, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3.1 dibawah ini.
III - 3
Tabel 3.1 Struktur dan Laju Pertumbuhan PDRB Jawa Tengah Menurut
Lapangan Usaha Tahun 2010-2012
No Sektor
Struktur Laju Pertumbuhan
2010 2011
2012 2010
2011 2012
1 Pertanian
19,5 19,1
19,3 2,5
1,3 1,85
2 Pertambangan Penggalian
1,0 0,9
1 7,1
4,9 4,42
3 Industri Pengolahan
32,9 33,3
34,1 6,9
6,7 6,98
4 Listrik, Gas Air Bersih
1,0 1,0
0,9 8,4
4,3 4,3
5 Konstruksi
6,1 6,0
5,9 6,9
6,3 6,55
6 Perdagangan, Hotel dan Restauran
19,5 19,7
18,9 6,1
7,5 7,73
7 Angkutan dan Komunikasi
5,9 5,9
5,8 6,7
8,6 8,73
8 Keuangan, Persewaan Jasa Perh.
3,6 3,5
3,6 5,0
6,6 6,6
9 Jasa-jasa
10,5 10,6
10,5 7,4
7,5 7,7
PDRB 100
100 100
5,8 6,0
6,1
Sumber : Badan Pusat Statistik BPS, 2011-2012 Keterangan : angka prediksi
Pada Tahun 2011, laju pertumbuhan PDRB Jawa Tengah sebesar 6, di mana tiga sektor dengan pertumbuhan tertinggi adalah
Sektor Angkutan dan Komunikasi 8,6; Sektor Perdangangan, Hotel dan Restoran PHR 7,5; dan Sektor Jasa-jasa 7,5. Permintaan
domestik yang cukup tinggi, menjadi pendorong pertumbuhan pada sektor-sektor tersebut. Peningkatan sektor angkutan dan komunikasi
dipengaruhi aktivitas perdagangan yang tinggi.
Pertumbuhan sektor PHR dipengaruhi oleh kondisi ekonomi yang relatif stabil yang tercermin dari tingkat inflasi dan nilai tukar
rupiah yang terkendali serta penurunan suku bunga perbankan, dan pertumbuhan sub sektor hotel lebih didorong oleh maraknya
penyelenggaraan Meeting, Incentive, Conference and Exhibition MICE. Pertumbuhan yang cukup tinggi pada sektor jasa terutama
disebabkan oleh mulai tumbuh pesatnya industri jasa di Jawa Tengah, di antaranya dengan penyelenggaraan berbagai even
pameran, hiburan ataupun konferensi, baik yang berskala regional maupun internasional. Pertumbuhan sektor jasa terutama ditopang
oleh Kota Semarang dan Kota Surakarta.
Berdasarkan proporsi komponen jenis penggunaan, konsumsi rumah tangga menjadi penyumbang terbesar dalam PDRB Jawa
Tengah dan porsinya mengalami peningkatan dari 64,2 pada Tahun 2010 menjadi 64,3 pada Tahun 2011.
Besarnya kontribusi konsumsi rumah tangga menunjukkan besarnya potensi pasar domestik. Distribusi dan laju pertumbuhan
PDRB Jawa Tengah ditunjukkan pada Tabel 3.2 dibawah ini.
III - 4
Tabel 3.2. Distribusi dan Laju Pertumbuhan PDRB Jawa Tengah
Menurut Jenis Penggunaan Tahun 2010 – 2012
No Jenis Penggunaan
Distribusi Pertumbuhan
2010 2011
2012 2010
2011 2012
1 Konsumsi Rumah Tangga
64,2 64,3
64,35 6,2
6,6 6,9
2 Konsumsi Lembaga Non Profit
1,4 1,4
1,35 -0,1
2,9 3,2
3 Konsumsi Pemerintah
11,4 11,3
11,2 3,1
7,7 7,9
4 PMTB
18,6 21,6
21,2 8,0
7,6 8,1
5 Perubahan Stok
- -
- 6
Ekspor 4,4
1,5 1,9
11,2 7,2
7,7 7
Impor -
- -
4,0 10,7
10,2 PDRB
100 100
100 5,8
6,0 6,2
Sumber : Badan Pusat Statistik BPS, 2011-2012 Keterangan : angka prediksi
Gambaran lebih terperinci, selain komponen konsumsi rumah tangga yang mengalami kenaikan, pada tahun 2011 hampir semua
komponen PDRB dari sisi penggunaan mengalami penurunan kontribusi terhadap total PDRB dibandingkan tahun sebelumnya.
Kontribusi konsumsi pemerintah mengalami penurunan dari sebesar 11,4 pada tahun 2010 menjadi 11,3 pada tahun 2011. Komponen
Pembentukan Modal Tetap Bruto PMTB turun dari 19,2 pada tahun 2010 menjadi 18,5 pada tahun 2011. Sementara itu
komponen ekspor netto turun dari 4,4 pada tahun 2010 menjadi 1,5 pada tahun 2011.
Pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah pada tahun 2011 yang cukup tinggi dipengaruhi oleh meningkatnya laju pertumbuhan
konsumsi pemerintah sebesar 7,7; PMTB sebesar 7,6; ekspor barang dan jasa sebesar 7,2, serta konsumsi rumah tangga sebesar
6,6. Namun, pertumbuhan ekonomi yang tinggi tersebut diikuti dengan pertumbuhan impor di Jawa Tengah cukup tinggi pada tahun
2011, yaitu mencapai 10,7.
Peningkatan konsumsi
rumah tangga
didorong oleh
peningkatan daya beli yang ditunjukkan dengan meningkatnya pendapatan perkapita dan optimisme masyarakat terhadap kondisi
perekonomian. Perkembangan inflasi yang relatif terkendali dan cenderung menurun serta didukung dengan suku bunga pinjaman
perbankan yang relatif stabil, turut pula mendorong peningkatan daya beli masyarakat. Peningkatan konsumsi pemerintah yang signifikan
pada Tahun 2011 didorong adanya percepatan pelaksanaan pembangunan daerah.
III - 5
Gambar 3.2 Grafik Trend Inflasi Jawa Tengah 2005-2011
Sumber : Badan Pusat Statistik BPS, 2006-2012 diolah
Dari sisi perkembangan harga, tingkat inflasi di Jawa Tengah pada Tahun 2011 sebesar 2,68 yoy, lebih rendah dibandingkan
nasional sebesar 3,79 yoy; dan lebih baik dibandingkan inflasi tahun 2010 sebesar 6,68 yoy. Kondisi yang semakin baik ini
disebabkan oleh ketersediaan barang konsumsi yang cukup, kelancaran distribusi dan menurunnya harga pada beberapa
komoditas kelompok bahan makanan volatile food, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau serta kelompok
transport, komunikasi dan jasa keuangan; penurunan harga emas perhiasan imported inflation, dan stabilnya harga barang-barang
bersifat strategis yang diatur oleh Pemerintah administered prices.
Kegiatan investasi tercermin dari komponen PMTB dalam PDRB sebesar 7,6 yoy. Implementasi dari peningkatan investasi di Jawa
Tengah selain dari belanja modal yang dilakukan oleh pemerintah daerah juga berasal dari investasi yang dilakukan oleh sektor swasta,
yaitu investasi baru maupun penambahan investasi. Dari sisi swasta, pendorong pertumbuhan investasi adalah masih cukup tingginya
permintaan domestik. Krisis perekonomian yang terjadi di wilayah Eropa dan Amerika memicu sentimen negatif dan berpotensi
menimbulkan dampak terhadap berbagai sektor di Indonesia termasuk Jawa Tengah. Kondisi tersebut merupakan peluang positif
bila mampu memenuhi kebutuhan pasar domestik karena menguatnya permintaan dalam negeri, sehingga mampu mengurangi
ketergantungan terhadap ekspor pada saat terjadi krisis ekonomi global.
Laju pertumbuhan ekspor Jawa Tengah pada PDRB Tahun 2011 masih cukup tinggi yaitu 7,2, sedangkan untuk realisasi nilai ekspor
tahun 2011 dibandingkan tahun 2010 mengalami kenaikan sebesar 20,2 untuk non migas dan sebesar 15,8 untuk migas.
Pertumbuhan tersebut menunjukkan bahwa pengaruh krisis ekonomi global belum berdampak signifikan terhadap perekonomian Jawa
Tengah. Hasil kajian Kantor Bank Indonesia Semarang menunjukkan bahwa produk dengan spesifikasi dan memiliki segmen tertentu
premium seperti Tekstil dan Produk Tekstil, bulu mata palsu,
III - 6
minyak atsiri, getah damar dan pinus masih menunjukkan peningkatan.
Di sisi lain, laju pertumbuhan impor Jawa Tengah pada PDRB Tahun 2011 sebesar 10,7, sedangkan untuk realisasi nilai impor
tahun 2011 dibandingkan tahun 2010 mengalami kenaikan sebesar 35,6 untuk migas dan 9,5 untuk non migas. Peningkatan impor
ini disebabkan naiknya permintaan barang konsumsi rumah tangga dan bahan baku industri.
Indeks Nilai Tukar Petani NTP meningkat dari 103,12 pada tahun 2010, menjadi 106,62 pada Tahun 2011, hal ini menunjukkan
semakin meningkatnya kemampuan atau daya beli petani yang ditunjukkan dari perbandingan harga produk pertanian lebih tinggi
dibanding kenaikan indeks harga barang dan jasa yang dibayar petani.
3.1.2 Tantangan dan Prospek Perekonomian Daerah
Kondisi perekonomian di Jawa Tengah sangat dipengaruhi oleh kondisi perekonomian dunia dan kondisi perekonomian nasional.
Kondisi tersebut menjadi tantangan perekonomian daerah yaitu meliputi :
Menurunnya proporsi ekspor terhadap PDRB dan dampak krisis
ekonomi Eropa, yang masih dirasakan sampai 2012; Rencana kenaikkan harga BBM akan berdampak pada kenaikan
biaya produksi, kenaikan harga barang dan jasa, serta menurunnya daya beli masyarakat;
Sektor Industri pengolahan yang memberikan sumbangan terbesar pada PDRB proporsinya semakin besar;
Sektor PHR yang memberikan sumbangan urutan kedua terbesar terhadap PDRB proporsinya semakin meningkat;
Pertumbuhan sektor pertanian lebih kecil dari pertumbuhan rata- rata, sementara sektor pertanian merupakan andalan untuk tetap
mendukung swasembada pangan dan penyerapan tenaga kerja; Dominasi penggunaan PDRB untuk konsumsi rumah tangga
merupakan peluang pasar; Jumlah dan jenis barang impor sebagian besar berupa produk jadi
antara lain pakaian, barang elektronik dan bahan pangan meliputi beras, terigu, susu, buah-buahan, jagung, gandum, kedelai,
daging sapi, kentang, garam, sehingga tidak mampu memberikan nilai tambah;
Sebagian besar ekspor berupa bahan baku dan bahan mentah, seperti batu bara, kakao, kopi, CPO, teh dan nikel sehingga
kurang memberikan nilai tambah. Berdasarkan kecenderungan dan kondisi yang relatif stabil pada
periode sebelumnya, maka prospek perekonomian daerah tahun 2013 yang tergambar dalam PDRB Jawa Tengah pada Tahun 2013
berdasa r
kan Harga Berlaku diprediksikan akan mencapai kurang
III - 7
lebih Rp. 568,416 trilyun. Sektor pertanian sebagai sektor ekonomi utama diperkirakan masih berperan, sementara sektor industri dan
perdagangan, hotel dan restoran PHR juga memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah. Sementara
dari sisi penggunaan, konsumsi rumah tangga diperkirakan masih akan tetap menjadi penopang stabilitas pertumbuhan investasi.
Investasi diperkirakan akan tumbuh dengan baik dan masih terjaga sejalan dengan optimisme masyarakat terhadap kondisi
perekonomian ke
depan. Perkembangan
investasi terutama
dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain kondisi perekonomian yang relatif stabil, dukungan kebijakan pemerintah terhadap investasi,
peningkatan Pelayanan Terpadu Satu Pintu PTSP, perhatian pemerintah yang sejalan dengan program percepatan dan perluasan
pembangunan ekonomi Indonesia di Jawa Tengah, perbaikan infrastruktur yang sudah ada serta kondisi keamanan dan politik
yang terkendali.
Pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah juga diprediksikan tumbuh positif antara lain karena meningkatnya pergerakan sektor riil yang
secara langsung bermanfaat bagi pelaku usaha dan masyarakat. Dukungan infrastruktur dan investasi yang mulai beroperasi di tahun
mendatang antara lain mulai beroperasinya proyek-proyek investasi besar Jawa Tengah seperti Pabrik Semen di Rembang, Pabrik Gula di
Blora, Jalan Tol Semarang
– Bawen, Peningkatan layanan Pelabuhan Tanjung Mas dan Pembangunan Jalur Ganda Kereta Api lintas Solo-
Yogyakarta, Yogyakarta-Kutoarjo, Bandara Ahmad Yani, Waduk Serbaguna Jatibarang, Pembangunan Peningkatan pelabuhan
terminal Kendal, Pengembangan Bandara Dewandaru Karimunjawa, termasuk pembangunan infrastruktur yang mendukung proyek-
proyek tersebut. Hal lain yang dirasa dapat mendorong bergeraknya perekonomian masyarakat adalah penetapan Visit Jawa Tengah 2013
sebagai tahun kunjungan pariwisata, sehingga diharapkan dapat menarik wisatawan dalam dan luar negeri untuk berkunjung.
Memperhatikan kondisi tersebut, meskipun Tahun 2013 Jawa Tengah dibayangi berbagai tantangan baik eksternal dan internal,
namun kecenderungan kondisi stabil perekonomian Jawa Tengah dan dukungan dari bergeraknya berbagai sektor riil yang sudah ada
ataupun akan beroperasi kemudian, diperkirakan mampu menjaga pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah berada dalam kisaran 5,8
– 6,2. Selanjutnya dengan pertumbuhan ekonomi yang konstan serta
terjaganya stabilitas harga barang modal produksi, akan membuka berbagai lapangan kerja yang baru sehingga Tingkat Pengangguran
Terbuka pada Tahun 2013 diperkirakan akan semakin menurun menjadi 5,6 dari jumlah angkatan kerja dan jumlah penduduk
miskin menjadi 11,88.
Kebutuhan investasi untuk dapat mendukung pertumbuhan ekonomi tersebut diprediksi kurang lebih sejumlah Rp. 114,401 T,
III - 8
yang diharapkan dapat dipenuhi dari investasi swasta dan investasi pemerintah.
Inflasi di Jawa Tengah dengan memperhatikan berbagai kondisi
yang berpengaruh, diperkirakan berada dibawah 2 digit, berkisar pada kisaran ± 5 , dengan perkiraan Incremental Capital Output Ratio
ICOR sebesar 3,5. Tekanan inflasi diperkirakan banyak dipengaruhi oleh gejolak harga pada volatile food dan perkembangan harga
komoditas internasional, terutama bahan baku produksi, emas dan minyak mentah yang diperkirakan kembali meningkat seiring dengan
memanasnya situasi geopolitik global di Timur Tengah, dan kemungkinan masih berlanjutnya krisis di Eropa.
Sementara itu kemungkinan inflasi pada kelompok barang administered prices diperkirakan dapat terkendali apabila tidak ada
kenaikan harga barang yang bersifat strategis, kecuali ada kebijakan pemerintah yang sifatnya ekstrim, seperti kenaikan harga BBM dan
Tarif Listrik yang selanjutnya dapat memicu terjadinya inflasi. Sehingga ke depan pemerintah perlu segera mengatur upaya
penghematan pada penggunaan bahan bakar minyak, antara lain dengan melakukan kebijakan terkait dengan efisiensi dan diversifikasi
pengganti bahan bakar minyak.
Ekspor Jawa Tengah pada Tahun 2013 diperkirakan masih tertuju pada pasar ekspor antara lain Amerika, Jepang dan China
dengan komoditas berupa TPT, barang kayu dan olahan kayu, hasil manufaktur pabrik serta hasil pertanian, sedangkan secara nilai
ekspor diprediksikan dapat meningkat apabila tidak terjadi kondisi yang bersifat ekstrim.
Ke depan yang harus diperhatikan adalah upaya untuk membuka pasar ekspor yang baru, disamping mampu memberikan
nilai tambah pada barang ekspor untuk meningkatkan daya saing dalam menghadapi pasar bebas melalui peningkatan kualitas produk
barang yang dihasilkan. Ekspor pada sektor industri dan pertanian selanjutnya lebih difokuskan pada produk olahan, bukan bahan baku
atau bahan mentah.
Impor barang di Jawa Tengah pada Tahun 2013 diperkirakan meningkat, hal tersebut dipengaruhi tingginya permintaan untuk
konsumsi maupun bahan baku industri serta tidak adanya pembatasan impor. Meningkatnya impor berbagai produk pangan
seperti beras, garam, kentang, buah-buahan, jagung, kedelai, daging sapi dan susu perlu diwaspadai, terlebih lagi munculnya produk
pakaian dan tekstil dari China. Hal ini menjadi catatan penting bagi Jawa Tengah untuk dapat mengimbanginya melalui upaya
pengurangan impor dan mengembangkan budaya cinta produk dalam negeri.
Struktur Ekonomi Jawa Tengah Tahun 2013, secara lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 3.3 sebagai berikut :
III - 9
Tabel 3.3 Perkembangan Indikator Makro Ekonomi Jawa Tengah
Tahun 2010 - 2014
No Indikator
2010 2011
2012 2013
2014
1. PDRB :
Atas dasar harga berlaku Trilyun Rp Atas dasar harga konstan Trilyun Rp
444,692 186,995
498,614 198,226
533,515 205,819
568,416 213,412
603,317 221,005
2. Laju Pertumbuhan Ekonomi
5,8 6,0
5,8-6,3 5,8 - 6,2
6 – 6,4
3. Inflasi
6,8 2,68
5 – 6
±5 ±5
4. PDRBKapita atas dasar harga berlaku
Juta Rp PDRBKapita atas dasar harga konstan
Juta Rp 13,733
5,775 15,399
6,122 16,476
6,356 17,554
6,591 18,632
6,825 5.
Kebutuhan investasi Trilyun Rp. 72,279
89,170 110,805
114,401 116,190
6. Tingkat Pengangguran Terbuka TPT
6,21 5,93
5,8 5,6
5,4 7.
Kemiskinan 16,56
Maret 16,21
Sept 13,44
MDGs 11,88
MDGs 10,32
MDGs 8.
Nilai Tukar Petani NTP 103,12
106,62 107,84
108,67 109,7
Sumber : BPS Jawa Tengah diolah Ket
: angka Target angka Prediksi
Target RKPD 2012
Prediksi angka Pertumbuhan Ekonomi Jawa Tengah dan Kontribusi dari masing-masing sektor pada Tahun 2013, dapat dilihat
pada Tabel 3.4 berikut :
Tabel 3.4 Prediksi Pertumbuhan Ekonomi dan Kontribusi Sektor Tahun
2013 Berdasarkan Harga Berlaku
No Sektor
Pertumbuhan Kontribusi
1. Pertanian
3,34 18,94
2. Pertambangan dan Penggalian
3,94 0,95
3. Industri Pengolahan
7,26 33,39
4. Listrik, Gas dan Air Minum
3,10 1,01
5. Konstruksi
5,84 6,02
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran
7,96 19,60
7. Pengangkutan dan Komunikasi
8,06 5,90
8. Keuangan, Persewaan dan Jasa
Perusahaan 6,60
3,54 9.
Jasa – jasa
7,90 10,66
TOTAL PDRB 6,00
100
Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah diolah
3.2 Arah Kebijakan Keuangan Daerah