commit to user
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bahasa Indonesia merupakan salah satu pelajaran yang memiliki peranan penting dalam dunia pendidikan. Dalam pengajaran bahasa indonesia,
terdapat empat keterampilan berbahasa yang terdiri atas: keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan
menulis. Keempat keterampilan tersebut saling bertalian satu sama lain. Henry Guntur Tarigan 1993: 1 menyatakan bahwa dalam memperoleh keterampilan
berbahasa, biasanya kita melalui suatu hubungan urutan yang runtut. Mula- mula pada masa kecil kita belajar menyimak dan berbicara, sesudah itu
membaca dan menulis. Menyimak dan berbicara dipelajari sebelum memasuki jenjang di sekolah, sedangkan membaca dan menulis dipelajari di sekolah.
Keempat keterampilan tersebut pada dasarnya merupakan satu kesatuan atau merupakan catur tunggal.
Selanjutnya pengajaran bahasa indonesia perlu dilakukan sejak dini, yakni mulai tingkat sekolah dasar SD yang nantinya berguna sebagai
landasan untuk jenjang tingkat lanjut dan juga sebagai upaya untuk meningkatkan mutu penggunaan bahasa tersebut. Pembelajaran bahasa
Indonesia ini diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan bahasa Indonesia yang dapat dilihat dari penguasaan
empat keterampilan berbahasa yang meliputi mendengarkan menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Setiap keterampilan tersebut erat pula
berhubungan dengan proses-proses berpikir yang mendasari keterampilan seseorang dalam berbahasa. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya.
Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas pula jalan pikirannya.
Sejak pelaksanaan kurikulum 1994 sudah ditentukan bahwa pembelajaran bahasa Indonesia adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa
dalam berkomunikasi dengan bahasa dan sastra Indonesia secara baik dan
commit to user 2
benar, baik secara lisan maupun tulis. Jelas sekali bahwa siswa diharapkan untuk
menguasai empat
keterampilan berbahasa,
yaitu menyimakmendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Akan tetapi,
yang terjadi sekarang ini siswa kurang dapat mengembangkan keterampilan berbahasa tersebut khususnya dalam kaitannya dengan keterampilan menulis.
Menulis adalah sebuah keterampilan berbahasa yang terpadu antara keterampilan yang satu dengan yang lain seperti keterampilan mendengar,
berbicara, dan membaca, yang ditujukan untuk menghasilkan sesuatu yang disebut tulisan. Sedangkan kemampuan atau keterampilan menulis adalah
kemampuan mengungkapkan gagasan, pendapat dan perasaan kepada pihak lain dengan melalui bahasa tulis. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia,
sering kita temui siswa yang telah menguasai bahasa Indonesia secara tertulis dan bagaimana menuliskannya. Siswa sering kali merasa kesulitan untuk
mengungkapkan ide dan gagasannya secara tertulis. Hal ini dapat disebabkan kurangnya produktivitas siswa dalam menghasilkan suatu karya tertulis.
Berdasarkan hasil temuan di lapangan dan wawancara dengan guru bahasa Indonesia yang bersangkutan, mengindikasikan bahwa keterampilan
menulis deskripsi siswa perlu ditingkatkan. Kegiatan keterampilan menulis deskripsi yang dilakukan siswa saat ini dirasa belum optimal. Hasil yang
dicapai pun kurang memuaskan. Siswa kurang dapat mengekspresikan ide, gagasan, ataupun pendapat dalam bahasa tulis. Bisa juga disebabkan oleh
siswa yang belum terbiasa maupun tidak tertarik dengan kegiatan menulis. Kegiatan menulis sering dianggap sebagai momok dalam pembelajaran bahasa
Indonesia. Padahal berdasarkan kurikulum yang ada siswa diharapkan mempelajari bahasa dan sastra Indonesia berkaitan dengan keterampilan
menulis dan siswa diharapkan mampu mengekspresikan berbagai, pikiran, gagasan, pendapat, dan perasaan dalam berbagai bentuk ragam tulisan baik
sastra maupun nonsastra. Menulis bukan pekerjaan yang sulit melainkan juga tidak mudah.
Untuk memulai menulis, setiap penulis tidak perlu menunggu menjadi seorang penulis yang terampil. Belajar teori menulis itu mudah, tetapi untuk
commit to user 3
mempraktikkannya tidak cukup sekali-dua kali. Frekuensi latihan menulis akan menjadikan seseorang terampil dalam bidang tulis-menulis Khaerudin
Kurniawan: 2006. Dunia tulis-menulis bisa menghantarkan siswa pada jendela pengetahuan dan pemikirannya sendiri. Sejauh mana penalaran dan
pemahaman siswa terhadap suatu permasalahan sehingga dengan cara menuliskannya selain mampu mengetahui kemampuan penalaran juga terdapat
suatu kemampuan penyerapan ilmu pengetahuan secara terus menerus, karena dengan tulisan berarti telah merekam dan melestarikan pemikirannya. Oleh
sebab itu, selain kelebihan tersebut yang dapat dipetik dan dinikmati hasilnya, juga dilatih untuk membiasakan diri menulis segala sesuatu yang menjadi
pengalamannya. Siswa bisa menuliskan pengalaman memandang suatu objek yang indah sehingga selain pengalaman objek visual yang diterjemahkan ke
dalam bahasa kata atau kalimat siswa juga dapat mengungkapkan perasaannya ketika menikmati objek yang indah tersebut.
Dari informasi yang ada diperoleh kesimpulan bahwa pada tes menulis deskripsi hanya ada 51 dari 20 siswa yang mendapat nilai 70 ke atas batas
ketuntasan SD Negeri Begalon I Surakarta sedangkan sebagian besar siswa mendapat nilai di bawah 70, bahkan ada yang mendapat nilai 53. Hal ini
menunjukkan bahwa keterampilan menulis deskripsi siswa kelas V SD Begalon I Surakarta tergolong rendah.
Mengenai masalah rendahnya ketarampilan menulis deskripsi, peneliti bersama guru kelas V mengindentifikasi penyebab kegagalan siswa dalam
pembelajaran menulis adalah adanya kualitas pembelajaran yang masih rendah. Siswa kurang termotivasi mengikuti pembelajaran karena selama ini
pembelajaran berjalan secara monoton tanpa ada variasi tertentu. Ketiadaan variasi dalam pembelajaran membuat pembelajaran menulis terasa
menjemukan bagi sebagian besar siswa. Biasanya, dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya menulis, guru terlalu terpancang pada buku teks
sebagai satu-satunya sumber belajar mengajar. Selain itu, sebagian besar siswa masih belum terbiasa untuk memanfaatkan media tulis sebagai ruang untuk
mengungkapkan ide dan gagasan mereka, dengan kata lain siswa belum
commit to user 4
terbiasa dengan tradisi menulis dalam bentuk tulisan apapun. Hal ini menyebabkan sebagian besar siswa membutuhkan waktu cukup lama untuk
dapat menuangkan ide dan gagasannya apalagi untuk dapat menggambarkan dalam bentuk kata-kata tentang gambaran suatu objek.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas V diperoleh informasi bahwa selama ini guru kesulitan untuk menemukan teknik atau metode yang
tepat untuk mengajarkan materi menulis dengan baik sehingga proses pembelajaran kurang optimal.
Salah satu upaya yang dapat diusahakan oleh guru agar dapat meningkatkan pembelajaran menulis deskripsi adalah dengan mengadakan
strategi variasi dalam pembelajaran. Mulyasa 2006: 78 mengemukakan bahwa variasi dalam pembelajaran bertujuan: 1 meningkatkan perhatian
peserta didik terhadap materi standar yang relevan; 2 memberikan kesempatan bagi perkembangan bakat peserta didik terhadap berbagai hal baru
dalam pembelajaran; 3 memupuk perilaku positif peserta didik terhadap pembelajaran; dan 4 memberi kesempatan kepada peserta didik untuk belajar
sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuannya. Salah satu hal yang bisa dilakukan dalam mengadakan variasi dalam pembelajaran ialah dengan
menerapkan pendekatan. Pendekatan CTL merupakan konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yng diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan, antara pengetahuan yang
dimilikinya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat Depdiknas, 2002 : 1. Siswa perlu diberi kesempatan untuk
menghubungkan kegiatan pembelajaran yang mereka alami dengan konteks kehidupan yang sesungguhnya. Dalam penerapan metode pengejaran
tradisional, siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi pembelajaran. Adapun komponen-komponen yang terdapat dalam CTL, yaitu 1
kontruktivisme Contruktivisme, 2 menemukan Inquiri, 3 bertanya Questioning, 4 masyarakat belajar Learning Community 5 pemodelan
Modelling, 6 refleksi Reflection, dan penilaian yang sebenarnya
commit to user 5
Authentic Assesment. Dengan menerapkan ketujuh komponen tersebut, siswa diajak untuk terlibat langsung mulai dari pemahaman materi, kegiatan diskusi,
pembentukan kelompok belajar, dan lain-lain. Berdasarkan penjelasan mengenai pendekatan Contextual Teaching
and Learning CTL di atas dapat disimpulkan bahwa dengan diterapkannya pendekatan Contextual Teaching and Learning CTL diperkirakan dapat
mengatasi permasalahan yang ada dalam proses pembelajaran menulis deskripsi, dengan alasan: 1 Situasi pembelajaran lebih kondusif, karena
peserta didik dilibatkan secara langsung dalam pembelajaran dan posisi guru lebih bervariasi di depan, di tengah-tengah, dan di belakang. 2 Pendidik
tidak lagi menggunakan metode konvensional, sehingga pembelajaran lebih berpusat pada peserta didik dan peserta didik menjadi lebih aktif. 3 Peserta
didik tidak lagi disuguhi ceramah oleh pendidik yang membuat peserta didik cepat bosan. 4 Pendidik akan lebih kreatif dalam menemukan metode yang
tepat untuk meingkatkan keterampilan menulis deskripsi dan 5 Pendidik akan lebih termotivasi untuk mencari media pembelajaran baru modelling
dari berbagai sumber, karena pendekatan Contextual Teaching and Learning CTL mengarahkan pendidik untuk menggunakan media pembelajaran yang
lebih bervariasi untuk meningkatkan minat dan motivasi peserta didik selama pembelajaran berlangsung.
Sehubungan dengan permasalahan yang dikemukakan di atas, untuk mengetahui apakah dengan pendekatan contextual teaching and learning
dapat meningkatkan keterampilan menulis deskripsi siswa maka penelitian ini dilakukan.
B. Perumusan Masalah