PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA SISWA KELAS V SD NEGERI BEGALON I LAWEYAN SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2009 2010

(1)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI

MELALUI PENDEKATAN

CONTEXTUAL TEACHING AND

LEARNING

(CTL) PADA SISWA KELAS V SD NEGERI

BEGALON I LAWEYAN SURAKARTA

TAHUN PELAJARAN 2010

SKRIPSI

Oleh : TRI SUSANTO NIM : X7108773

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010


(2)

commit to user

ii

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI

MELALUI PENDEKATAN

CONTEXTUAL TEACHING AND

LEARNING (CTL)

PADA SISWA KELAS V SD NEGERI

BEGALON I LAWEYAN SURAKARTA

TAHUN PELAJARAN 2009 / 2010

Oleh : TRI SUSANTO NIM : X7108773

SKRIPSI

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010


(3)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul :

Peningkatan Keterampilan Menulis Deskripsi Melalaui Pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) Pada Siswa Kelas V SD Negeri Begalon I Laweyan Surakarta Tahun 2010

Oleh

Nama : Tri Susanto

NIM : X7108773

Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Pada Hari : Jum’at

Tanggal : 06 Agustus 2010

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Jenny I.S Poerwanti, M.Pd Drs. M. Shaifuddin, M.Pd, M.Sn NIP. 19630125 19870 3 2 001 NIP. 19530428 19880 3 1 001


(4)

commit to user

iv

PENGESAHAN

Skripsi dengan judul :

Peningkatan Keterampilan Menulis Deskripsi Melalaui Pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) Pada Siswa Kelas V SD Negeri Begalon I Laweyan Surakarta Tahun 2010

Oleh

Nama : Tri Susanto

NIM : X7108773

Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada Hari : Jum’at

Tanggal : 06 Agustus 2010

Tim Penguji

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Drs. Sukarno, M.Pd ………

Sekretaris : Drs. Usada, M.Pd ………

Anggota I : Dra. Jenny I.S Poerwanti, M.Pd ………

Anggota II : Drs. M. Shaifuddin, M.Pd, M.Sn ………

Di sahkan oleh :

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Dekan

Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd NIP. 19600727 198702 1 001


(5)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

ABSTRAK

Tri Susanto. PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA SISWA KELAS V SD NEGERI BEGALON I LAWEYAN SURAKARTA TAHUN 2010. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Agustus 2010.

Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah : (1) untuk meningkatkan kualitas pembelajaran menulis deskripsi pada siswa kelas V SD Negeri Begalon I Laweyan Surakarta Tahun 2010. (2) untuk meningkatkan keterampilan menulis deskripsi pada siswa kelas V SD Negeri Begalon I Laweyan Surakarta Tahun 2010 melalui pendekatan kontekstual.

Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan menggunakan tiga siklus. Tiap siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Sebagai subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Begalon I Kecamatan Laweyan Kota Surakarta. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi/pengamatan, Teknik in-dept Ineterview (wawancara mendalam), kajian dokumen, angket, Tes/Unjuk Kerja. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis kritis. Teknik tersebut mencakup kegiatan untuk mengungkapkan kelemahan dan kelebihan kinerja siswa dan guru dalam proses belajar-mengajar yang terjadi di dalam kelas berlangsung. Berdasarkan hasil penelitiaan dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan keterampilan menulis deskripsi setelah dilakukan tindakan kelas melalui pendekatan kontekstual.

Berdasarkan kesimpulan di atas yang dapat direkomendasi bahwa pembelajaran Bahasa Indonesia melalui pendekatan kontekstual dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan keterampilan menulis deskripsi pada siswa kelas V SD Negeri Begalon I Laweyan Surakarta tahun 2010.


(6)

commit to user

vi

ABSTRACT

Tri Susanto. DESCRIPTION WRITING SKILLS IMPROVEMENT THROUGH TEACHING AND LEARNING APPROACH Contextual (CTL) IN CLASS V SD NEGERI BEGALON I LAWEYAN SURAKARTA YEAR 2010. Thesis, Surakarta: Faculty of Teacher Training and Education. Eleven March Surakarta University, August 2010.

The purpose of this classroom action research are: (1) to improve lesson quality in the descriptions of class V SD Negeri Begalon I Laweyan Surakarta in 2010. (2) to improve students' writing skills in the descriptions of class V SD Negeri Begalon I Laweyan Surakarta in 2010 through a contextual approach.

Research is a form of class action by using three cycles. Each cycle consists of four stages, namely planning, execution, observation, and reflection. As the subject of this study was class V SD Negeri Begalon I Laweyan Surakarta. Data collection technique used observation, in-dept Interview (depth interviews), document review, questionnaire, tests / Performance. Analysis using techniques of critical analysis. Techniques include activities to reveal weaknesses and strengths of students and teacher performance in teaching-learning process that occurs within the class lasts. Based on the results of the research can be concluded that there is increasing on writing skills after the class action through a contextual approach. This can be demonstrated with increasing writing skills before and after the description of actions undertaken.

Based on the conclusion that can be made, can be submitted as a recommendation that the Indonesian learning through contextual approach can enhance students' writing skills in the descriptions of class V SD Negeri Begalon I Laweyan Surakarta in 2010.


(7)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

MOTTO

Kendati sabar pertama kali rasanya pahit, sungguh pada akhirnya aku menemui

buahnya yang manis.

(Muhammad Bin Ja’far)

Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan pula

(Ar-Rohman : 60)


(8)

commit to user

viii

PERSEMBAHAN

Karya ini dipersembahkan kepada :

Ayah Lamno dan Ibu Rukini tercinta yang membesarkan dengan penuh kasih sayang yang dan selalu mendoakan, memberikan bimbingan dengan tulus ikhlas serta mendukung disetiap langkahku.

 Pendamping hidupku Iva Sari EkaNuri

 Sahabat-sahabat yang aku sayangi, terima kasih atas dukungannya dan motivasi yang selalu kalian berikan.

 Rekan-rekan Mahasiswa S1 PGSD UNS dan Almamaterku.


(9)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan hidayahnya skripsi ini akhirnya dapat diselesaikan.

Skripsi yang berjudul PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS

DESKRIPSI MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) (Pada siswa kelas V SD Negeri Begalon I Laweyan Surakarta) TAHUN 2010. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Agustus 2010 ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari bahwa penelitian tindakan kelas ini tidak akan berhasiltanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak yang telah berpartisipasi dalam menyusun skripsi ini. Untuk ini dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setulus-tulusnya kepada semua pihak, khususnya kepada :

1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Drs. R. Indianto, M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Drs. Kartono, M.Pd selaku Ketua Program Studi PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Dra. Jenny I.S Poerwanti, M.Pd selaku Pembimbing I yang mengarahkan dan membimbing dengan sabar sehingga selesainya skripsi ini.

5. Drs. M. Shaifuddin, M.Pd, M.Sn selaku Pembimbing II yang mengarahkan dan membimbing sehingga selesainya skripsi ini.

6. Dra. Sri Lestari selaku Kepala Sekolah SD Negeri Begalon I yang telah memberikan izin dan tempat penelitian kepada penulis.

7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah memberikan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini.


(10)

commit to user

Dalam menyusun skripsi ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan karena keterbatasan pengetahuan yang ada. Oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Harapan panulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat kepada penulis khususnya dan para pembaca umumnya.

Surakarta, Agustus 2010 Penulis


(11)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN ... ii

PENGESAHAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACK ... v

MOTTO ... vii

PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Landasan Teori ... 8

I. Hakikat Keterampilan Menulis Deskripsi ... 8

1. Pengertian Menulis ... 8

2. Tahap-tahap Penulisan ... 9

3. Pembelajaran Menulis ... 11

4. Jenis Tulisan ... 14

5. Tulisan Deskripsi ... 17

II. Pendekatan Contextual Teaching and Learning ... 19

B. Penelitian yang Relevan ... 24

C. Kerangka Berpikir ... 24

D. Hipotesis Tindakan ... 27

BAB III METODE PENELITIAN ... 28

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 28 xi


(12)

commit to user

B. Subjek Penelitian ... 28

C. Sumber Data ... 29

D. Teknik Pengumpulan Data ... 29

E. Validitas Data ... 31

F. Teknik Analisis Data ... 32

G. Indikator Kinerja ... 32

H. Prosedur Penelitian ... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 59

A. Hasil Penelitian ... 59

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 64

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 68

A. Kesimpulan ... 68

B. Implikasi ... 68

C. Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 71 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(13)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 01 Daftar nilai menulis deskripsi kondisi awal ... 75

Lampiran 02 Daftar nilai menulis deskripsi siklus I ... 76

Lampiran 03 Daftar nilai menulis deskripsi siklus II ... 77

Lampiran 04 Daftar nilai menulis deskripsi siklus III ... 78

Lampiran 05 Lembar pengamatan aktivitas guru siklus I pertemuan I ... 79

Lampiran 06 Lembar pengamatan aktivitas guru siklus I pertemuan II ... 80

Lampiran 07 Lembar pengamatan aktivitas guru siklus II pertemuan I ... 81

Lampiran 08 Lembar pengamatan aktivitas guru siklus II pertemuan II ... 82

Lampiran 09 Lembar pengamatan aktivitas guru siklus III pertemuan I ... 83

Lampiran 10 Lembar pengamatan aktivitas guru siklus III pertemuan II ... 84

Lampiran 11 Presentase aktivitas guru ... 85

Lampiran 12 Angket pendapat siswa ... 86

Lampiran 13 Hasil observasi aktivitas siswa ... 88

Lampiran 14 Paduan wawancara guru ... 89

Lampiran 15 Rencana pelaksanaan pembelajaran siklus I ... 90

Lampiran 16 Rencana pelaksanaan pembelajaran siklus II ... 94

Lampiran 17 Rencana pelaksanaan pembelajaran siklus III ... 98

Lampiran 18 Journal of online learning and teaching ... 102


(14)

commit to user

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa Indonesia merupakan salah satu pelajaran yang memiliki peranan penting dalam dunia pendidikan. Dalam pengajaran bahasa indonesia, terdapat empat keterampilan berbahasa yang terdiri atas: keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Keempat keterampilan tersebut saling bertalian satu sama lain. Henry Guntur Tarigan (1993: 1) menyatakan bahwa dalam memperoleh keterampilan berbahasa, biasanya kita melalui suatu hubungan urutan yang runtut. Mula-mula pada masa kecil kita belajar menyimak dan berbicara, sesudah itu membaca dan menulis. Menyimak dan berbicara dipelajari sebelum memasuki jenjang di sekolah, sedangkan membaca dan menulis dipelajari di sekolah. Keempat keterampilan tersebut pada dasarnya merupakan satu kesatuan atau merupakan catur tunggal.

Selanjutnya pengajaran bahasa indonesia perlu dilakukan sejak dini, yakni mulai tingkat sekolah dasar (SD) yang nantinya berguna sebagai landasan untuk jenjang tingkat lanjut dan juga sebagai upaya untuk meningkatkan mutu penggunaan bahasa tersebut. Pembelajaran bahasa Indonesia ini diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan bahasa Indonesia yang dapat dilihat dari penguasaan empat keterampilan berbahasa yang meliputi mendengarkan (menyimak), berbicara, membaca dan menulis. Setiap keterampilan tersebut erat pula berhubungan dengan proses-proses berpikir yang mendasari keterampilan seseorang dalam berbahasa. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas pula jalan pikirannya.

Sejak pelaksanaan kurikulum 1994 sudah ditentukan bahwa pembelajaran bahasa Indonesia adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan bahasa dan sastra Indonesia secara baik dan


(15)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

benar, baik secara lisan maupun tulis. Jelas sekali bahwa siswa diharapkan

untuk menguasai empat keterampilan berbahasa, yaitu

menyimak/mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Akan tetapi, yang terjadi sekarang ini siswa kurang dapat mengembangkan keterampilan berbahasa tersebut khususnya dalam kaitannya dengan keterampilan menulis.

Menulis adalah sebuah keterampilan berbahasa yang terpadu antara keterampilan yang satu dengan yang lain seperti keterampilan mendengar, berbicara, dan membaca, yang ditujukan untuk menghasilkan sesuatu yang disebut tulisan. Sedangkan kemampuan atau keterampilan menulis adalah kemampuan mengungkapkan gagasan, pendapat dan perasaan kepada pihak lain dengan melalui bahasa tulis. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, sering kita temui siswa yang telah menguasai bahasa Indonesia secara tertulis dan bagaimana menuliskannya. Siswa sering kali merasa kesulitan untuk mengungkapkan ide dan gagasannya secara tertulis. Hal ini dapat disebabkan kurangnya produktivitas siswa dalam menghasilkan suatu karya tertulis.

Berdasarkan hasil temuan di lapangan dan wawancara dengan guru bahasa Indonesia yang bersangkutan, mengindikasikan bahwa keterampilan menulis deskripsi siswa perlu ditingkatkan. Kegiatan keterampilan menulis deskripsi yang dilakukan siswa saat ini dirasa belum optimal. Hasil yang dicapai pun kurang memuaskan. Siswa kurang dapat mengekspresikan ide, gagasan, ataupun pendapat dalam bahasa tulis. Bisa juga disebabkan oleh siswa yang belum terbiasa maupun tidak tertarik dengan kegiatan menulis. Kegiatan menulis sering dianggap sebagai momok dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Padahal berdasarkan kurikulum yang ada siswa diharapkan mempelajari bahasa dan sastra Indonesia berkaitan dengan keterampilan menulis dan siswa diharapkan mampu mengekspresikan berbagai, pikiran, gagasan, pendapat, dan perasaan dalam berbagai bentuk ragam tulisan baik sastra maupun nonsastra.

Menulis bukan pekerjaan yang sulit melainkan juga tidak mudah. Untuk memulai menulis, setiap penulis tidak perlu menunggu menjadi seorang penulis yang terampil. Belajar teori menulis itu mudah, tetapi untuk


(16)

commit to user

mempraktikkannya tidak cukup sekali-dua kali. Frekuensi latihan menulis akan menjadikan seseorang terampil dalam bidang tulis-menulis (Khaerudin Kurniawan: 2006). Dunia tulis-menulis bisa menghantarkan siswa pada jendela pengetahuan dan pemikirannya sendiri. Sejauh mana penalaran dan pemahaman siswa terhadap suatu permasalahan sehingga dengan cara menuliskannya selain mampu mengetahui kemampuan penalaran juga terdapat suatu kemampuan penyerapan ilmu pengetahuan secara terus menerus, karena dengan tulisan berarti telah merekam dan melestarikan pemikirannya. Oleh sebab itu, selain kelebihan tersebut yang dapat dipetik dan dinikmati hasilnya, juga dilatih untuk membiasakan diri menulis segala sesuatu yang menjadi pengalamannya. Siswa bisa menuliskan pengalaman memandang suatu objek yang indah sehingga selain pengalaman objek visual yang diterjemahkan ke dalam bahasa kata atau kalimat siswa juga dapat mengungkapkan perasaannya ketika menikmati objek yang indah tersebut.

Dari informasi yang ada diperoleh kesimpulan bahwa pada tes menulis deskripsi hanya ada 51% dari 20 siswa yang mendapat nilai 70 ke atas (batas ketuntasan SD Negeri Begalon I Surakarta) sedangkan sebagian besar siswa mendapat nilai di bawah 70, bahkan ada yang mendapat nilai 53. Hal ini menunjukkan bahwa keterampilan menulis deskripsi siswa kelas V SD Begalon I Surakarta tergolong rendah.

Mengenai masalah rendahnya ketarampilan menulis deskripsi, peneliti bersama guru kelas V mengindentifikasi penyebab kegagalan siswa dalam pembelajaran menulis adalah adanya kualitas pembelajaran yang masih rendah. Siswa kurang termotivasi mengikuti pembelajaran karena selama ini pembelajaran berjalan secara monoton tanpa ada variasi tertentu. Ketiadaan variasi dalam pembelajaran membuat pembelajaran menulis terasa menjemukan bagi sebagian besar siswa. Biasanya, dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya menulis, guru terlalu terpancang pada buku teks sebagai satu-satunya sumber belajar mengajar. Selain itu, sebagian besar siswa masih belum terbiasa untuk memanfaatkan media tulis sebagai ruang untuk mengungkapkan ide dan gagasan mereka, dengan kata lain siswa belum


(17)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

terbiasa dengan tradisi menulis dalam bentuk tulisan apapun. Hal ini menyebabkan sebagian besar siswa membutuhkan waktu cukup lama untuk dapat menuangkan ide dan gagasannya apalagi untuk dapat menggambarkan dalam bentuk kata-kata tentang gambaran suatu objek.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas V diperoleh informasi bahwa selama ini guru kesulitan untuk menemukan teknik atau metode yang tepat untuk mengajarkan materi menulis dengan baik sehingga proses pembelajaran kurang optimal.

Salah satu upaya yang dapat diusahakan oleh guru agar dapat meningkatkan pembelajaran menulis deskripsi adalah dengan mengadakan strategi variasi dalam pembelajaran. Mulyasa (2006: 78) mengemukakan bahwa variasi dalam pembelajaran bertujuan: (1) meningkatkan perhatian peserta didik terhadap materi standar yang relevan; (2) memberikan kesempatan bagi perkembangan bakat peserta didik terhadap berbagai hal baru dalam pembelajaran; (3) memupuk perilaku positif peserta didik terhadap pembelajaran; dan (4) memberi kesempatan kepada peserta didik untuk belajar sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuannya. Salah satu hal yang bisa dilakukan dalam mengadakan variasi dalam pembelajaran ialah dengan menerapkan pendekatan.

Pendekatan CTL merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yng diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan, antara pengetahuan yang dimilikinya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Depdiknas, 2002 : 1). Siswa perlu diberi kesempatan untuk menghubungkan kegiatan pembelajaran yang mereka alami dengan konteks kehidupan yang sesungguhnya. Dalam penerapan metode pengejaran tradisional, siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi pembelajaran. Adapun komponen-komponen yang terdapat dalam CTL, yaitu (1) kontruktivisme (Contruktivisme), (2) menemukan (Inquiri), (3) bertanya (Questioning), (4) masyarakat belajar (Learning Community) (5) pemodelan (Modelling), (6) refleksi (Reflection), dan penilaian yang sebenarnya


(18)

commit to user

(Authentic Assesment). Dengan menerapkan ketujuh komponen tersebut, siswa diajak untuk terlibat langsung mulai dari pemahaman materi, kegiatan diskusi, pembentukan kelompok belajar, dan lain-lain.

Berdasarkan penjelasan mengenai pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) di atas dapat disimpulkan bahwa dengan diterapkannya pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) diperkirakan dapat mengatasi permasalahan yang ada dalam proses pembelajaran menulis deskripsi, dengan alasan: (1) Situasi pembelajaran lebih kondusif, karena peserta didik dilibatkan secara langsung dalam pembelajaran dan posisi guru lebih bervariasi (di depan, di tengah-tengah, dan di belakang). (2) Pendidik tidak lagi menggunakan metode konvensional, sehingga pembelajaran lebih berpusat pada peserta didik dan peserta didik menjadi lebih aktif. (3) Peserta didik tidak lagi disuguhi ceramah oleh pendidik yang membuat peserta didik cepat bosan. (4) Pendidik akan lebih kreatif dalam menemukan metode yang tepat untuk meingkatkan keterampilan menulis deskripsi dan (5) Pendidik akan lebih termotivasi untuk mencari media pembelajaran baru (modelling) dari berbagai sumber, karena pendekatan Contextual Teaching and Learning

(CTL) mengarahkan pendidik untuk menggunakan media pembelajaran yang lebih bervariasi untuk meningkatkan minat dan motivasi peserta didik selama pembelajaran berlangsung.

Sehubungan dengan permasalahan yang dikemukakan di atas, untuk mengetahui apakah dengan pendekatan contextual teaching and learning

dapat meningkatkan keterampilan menulis deskripsi siswa maka penelitian ini dilakukan.

B. Perumusan Masalah

Untuk memberikan gambaran secara jelas mengenai arah penelitian, dibawah ini disajikan rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu :

1. Bagaimanakah cara meningkatkan kualitas pembelajaran menulis deskripsi pada siswa kelas V SD Negeri Begalon I Surakarta?


(19)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

2. Apakah dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan keterampilan menulis deskripsi pada siswa kelas V SD Negeri Begalon I Surakarta?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Meningkatkan kualitas pembelajaran menulis deskripsi pada siswa kelas V SD Begalon I Surakarta dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL).

2. Meningkatkan keterampilan menulis deskripsi dengan pendekatan

Contextual Teaching and Learning (CTL) pada siswa kelas V SD Negeri Begalon I Surakarta.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik manfaat teoritis maupun manfaat praktis sebagai berikut :

1. Manfaat Teoretis

a. Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan pembelajaran yang inovatif dan mendukung teori CTL (Contextual Teaching and Learning).

b. Penelitian ini dapat digunakan sebagai fakta pembelajaran menulis dengan pendekatan Contextual Teching and Learning (CTL).

2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa

1) Menumbuhkan motivasi siswa dalam dalam melakukan kegiatan menulis deskripsi.

2) Mengembangkan daya imajinasi siswa.

3) Meningkatkan keterampilan menulis deskripsi siswa. b. Bagi Guru


(20)

commit to user

2) Mengatasi kendala yang dihadapi guru dalam pembelajaran menulis

3) Sebagai sarana untuk membina kreativitas siswa dalam kegiatan menulis

4) Mewujudan pembelajaran yang inovatif c. Bagi Peneliti

1. Mengembangkan wawasan dan mendapatkan pengalaman

2. Mendapatkan fakta bahwa dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan kemampuan menulis deskripsi siswa.

3. Memberi sumbangan terhadap perbaikan pembelajaran menulis deskripsi di sekolah dasar.


(21)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. LANDASAN TEORI

I. Hakekat Menulis Deskripsi 1. Pengertian Menulis

Tarigan (1993:3) menyatakan bahwa menulis merupakan suatu keterampilan bahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan penyampaian pesan dengan menggunakan tulisan sebagai mediumnya. Pesan adalah isi atau muatan yang terkandung dalam suatu tulisan. Tulisan merupakan sebuah sistem komunikasi yang terkandung dalam suatu tulisan. Tulisan merupakan sebuah sistem komunikasi antar manusia yang menggunakan simbol atau lambang bahasa yang dapat dilihat dan disepakati pemakainya (Sabarti Akhaidah, dkk., 1996:1).

Menulis merupakan aktivitas berbahasa yang bersifat ekspresif, produktif dan kreatif. Oleh karena itu, keterampilan ini menyaratkan sesuatu yang lebih kompleks daripada membaca (Yant Mujiyanto, dkk., 2000:64). Keterampilan berbicara termasuk keterampilan berbahasa yang bersifat aktif-produktif. Akan tetapi, menulis berbeda dengan berbicara, kalau dalam berbicara orang (pembicara) menggunakan pesan komunikasi (gagasan, pikiran, dan perasaan) dengan bahasa lisan. Selama proses menulis seseorang mengungkapkan pesan komunikasi dengan bahasa tulis. Pendapat lain menyatakan bahwa menulis merupakan pemindahan pikiran atau perasaan ke dalam bentuk lambang- lambang bahasa (N. Atar Semi, 190:8).

Pada dasarnya kegiatan menulis bukan hanya berupa melahirkan pikiran atau perasaan, melahirkan juga merupakan kegiatan pengungkapan ide, pengetahuan ilmu dan pengalaman hidup seseorang dalam bahasa tulis. Penyampaianya melalui bahasa tulis kepada pembaca harus dapat


(22)

commit to user

dipahami dengan tepat seperti yang dimaksudkan oleh penulis. Oleh karena itu, menulis bukanlah merupakan kegiatan yang sederhana dan tidak perlu dipelajari.

Bardasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa menulis adalah kegiatan berkomunikasi secara tidak langsung untuk menyampaikan pesan dengan mengunakan tulisan sebagai medianya. Tulisan itu terdiri atas rangkaian huruf yang bermakna dengan segala kelengkapan lambang tulisan yang diorganisasikan secara logis dan sistematis. Kegiatan menulis ini bersifat produktif dan ekspresif.

2. Tahap-tahap Penulisan

Menulis merupakan suatu proses, yaitu proses penulisan. Didalamnya terdapat beberapa tahap-tahap penulisan, dan tahap revisi (Sabarti Akhadiah, dkk., 1996:2-5). Ketiga tahap penulisan itu menunjukkan kegiatan utama yang berbeda. Di dalam tahap pra penulisan ditentukan dalam tahap penulisan: mengembangkan gagasan dalam kalimat-kalimat, satuan paragraf, bab, atau bagian. Adapun tahap revisi yang dilakukan ialah membaca dan menilai kembali yang telah ditulis, memperbaiki, mengubah bahkan jika perlu memperluas tulisan tadi.

Sabarti Akhadiah, dkk. (1996:2-5), mengemukakan tahap-tahap yang harus dilalui dalam menulis meliputi :

a. Tahap pra Penulisan

Tahap ini merupakan tahap perencanaan atau persiapan menulis, di dalamnya mencakup beberapa langkah-langkah kegiatan menulis karangan meliputi :

1) Menentukan Topik

Seorang penulis menentukan apa saja yang akan dibahas di dalam tulisannya. Topik dapat diperoleh dari berbagai sumber ilmu, pengalaman, dan perencanaan.


(23)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

2) Membatasi Topik

Membatasi topik berarti mempersempit lingkup pembicaraan. Untuk mempermudah pembahasan digunakan gambar, bagan, diagram, atau cara visualisasi yang lainnya.

3) Menentukan Tujuan Penulisan

Penentuan tujuan penulisan akan memberikan gambaran apa yang akan dilakukan pada tahap penulisan, bahkan apa yang akan diberlakukan.

4) Menentukan Bahan Penulisan

Pengumpulan semua informasi atau data yang dipergunakan untuk mencapai data penulisan.

5) Membuat Kerangka Karangan

Penyusunan kerangka karangan merupakan kegiatan terakhir pada tahap persiapan penulisan.

b. Tahap Penulisan

Pada tahap ini penulis membahas setiap butir topik yang ada dalam susunan kerangka. Dalam mengembangkan gagasan menjadi suatu kerangka yang utuh, diperlukan bahasa. Penulis harus menguasai kata-kata yang akan mendukung gagasan. Penulis harus mampu memilih kata dan istilah yang tepat sehingga gagasan dapat dipahami pembaca dengan tepat pula. Kata-kata harus dirangkaikan menjadi kalimat efektif selanjutnya kalimat-kalimat tersebut harus disusun menjadi paragraf dan ditulis dengan ejaan yang berlaku disertai penggunaan tanda baca secara tepat.

c. Tahap Revisi

Pada tahap ini sebuah tulisan perlu dibaca kembali. Penulis meneliti secara menyeluruh, mengenal logika, sistematika, ejaan, tanda baca, pilihan kata, kalimat, paragraf, daftar pustaka dan sebagainya. Jika tidak ada lagi yang kurang memenuhi syarat maka selesailah sebuah tulisan.


(24)

commit to user

S. Effendi (dalam Yant Mujiyanto, dkk., 2000:71) menjabarkan tahapan yang harus ditempuh dalam menulis, yaitu (1) mencatat pokok tulisan, (2) mengumpulkan bahan yang bertalian dengan pokok tulisan, (3) memilih bahan yang paling berkaitan dan menatanya dalam bentuk kerangka tulisan, (4) menguraikan rumusan kerangka tulisan ke dalam bentuk karangan, dan (5) menyunting karangan tersebut sebelumnya menerbitkannya.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan menulis terbagi menjadi 3, yaitu prapenulisan, penulisan, dan revisi. Semua kegiatan tersebut dilaksanakan dalam satu rangkaian kegiatan yang disebut proses menulis. Penulis harus melampaui semua tahapan tersebut untuk menghasilkan tulisan yang baik. Di dalam penelitian ini, guru dan peneliti menerapkan teknik koreksi sendiri untuk menganalisis tulisan siswa. Siswa diminta menganalisis kesalahan penulisan yang mereka lakukan; dan guru mengajarka bagaimana cara membenahi tulisan mereka. Teknik tersebut dilaksanakan dalam siklus 3.

3. Pembelajaran Menulis

Setiap manusia mempunyai kelebihan tersendiri dalam mengungkapkan isi hatinya. Ada yang mampu mengungkapkannya secara lisan ataupun tertulis. Hal ini disebabkan adanya perbedaan kecepatan berpikir tiap individu. Untuk menjembatani keadaan itu, maka pembelajaran keterampilan menulis perlu ditempatkan sebagai suatu hal utama. Keterampilan menulis harus mendapat prioritas dalam pengajaran keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa lainnya merupakan penunjang pengajaran keterampilan menulis.

Pembelajaran menulis mengkaji beberapa keterampilan yaitu menyimak, berbicara dan membaca. Melalui keterampilan menulis, siswa mampu mengembangkan kreativitas, intuisi, imajinasi, dan daya nalarnya. Prinsip penting dalam pembelajaran menulis adalah materi pembelajaran yang disajikan kepada siswa harus sesuai dengan kemampuannya pada suatu tahapan pembelajaran tertentu. Belajar memang merupakan upaya


(25)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

yang memakan waktu cukup lama, dari keadaan tidak tahu menjadi tahu, dari yang sederhana sampai yang rumit, pendeknya memerlukan suatu tahapan. Sesuai dengan tingkat kemampuan para siswa, materi pembelajaran yang akan disajikan hendaknya juga diklasifikasikan berdasarkan tingkat kesukaran dan kriteria-kriteria tertentu lainnya. Tanpa adanya kesesuaian antara siswa dengan materi yang diajarkan, penyampaian pembelajaran akan mengalami kegagalan.

Pembelajaran menulis menyibukkan para siswa untuk belajar bahasa. Menulis di sini dimaksudkan sebagai suatu proses pengiriman dan penerimaan pesan akibat adanya hubungan antara manusia satu dengan yang lain. Proses berkomunikasi secara tertulis ini berlangsung melalui tiga media, yaitu : (1) visual, (2) lisan, dan (3) tulisan (Tarigan, 1993:19). Pembelajaran menulis sangat erat hubungannya dengan komunikasi lisan dan komunikasi tulis karena sifat penggunaannya saling berkaitan dalam bahasa. Terdapat sejumlah situasi yang sekaligus membutuhkan kedua-duanya dan situasi-situasi lainnya yang membutuhkan dua bahkan tiga jenis media.

Tarigan (1993:19) membagi empat jenis aspek proses komunikasi, yaitu (1) komunikator, (2) pesan, (3) saluran, dan (4) penonton, pendengar dan pemirsa. Keempat jenis aspek proses komunikasi itu sangat penting dalam melakukan kegiatan menulis. Kemampuan menulis akan menulis akan mudah dikuasai apabila penulis mampu menerjamahkan keempat aspek proses komunikasi tersebut. Berkaitan dengan penjelasan di atas, ada beberapa hal yang perlu disikapi dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran menulis, antara lain :

a. Tujuan Pembelajaran Menulis

Kemampuan menulis merupakan salah satu kemampuan bahasa penting untuk dikuasai. Pembinaan dan peningkatan kemampuan menulis diharapkan dapat bermanfaat untuk keperluan di masyarakat. Tujuan yang ingin dicapai dalam kemampuan menulis ini, antara lain : memberitahukan, meyakinkan, menghibur, dan mencurahkan perasaan.


(26)

commit to user

Tujuan-tujuan tersebut lebih lazim disebut sebagai tujuan : memberitahukan / mengajar, meyakinkan / mendesak, menghibur / menyenangkan, dan ekspresif diri (Tarigan, 1993:23).

Imam Koermen (dalam Budinuryanta, dkk., 1997:12.1) mengemukakan beberapa tujuan pembelajaran menulis, antara lain : memberitahukan/menginstruksikan, meyakinkan/mempersuasikan, dan menghibur/menyenangkan. Tujuan-tujuan tersebut lazim disebut sebagai tujuan : informatif, persuasif, literer, dan ekspresif. Keempat tujuan tersebut diharapkan membawa manfaat yang besar bagi masyarakat.

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran menulis dibagi menjadi empat, yaitu : (a) tujuan informatif, penulis berusaha memberikan informasi sejelas-jelasnya kepada pembaca agar pesan yang ingin disampaikannya dapat dimengerti oleh pembaca, (b) tujuan persuasif, penulis berusaha mempengaruhi pembaca agar pembaca memiliki keyakinan yang besar terhadap pesan yang ingin disampaikannya dan berusaha untuk dapat melaksanakan pesan itu dengan penuh kesadaran, (c) tujuan literer, penulis berusaha menghibur dan menyenangkan pembaca sehingga pembaca bisa memperoleh kesan kuat terhadap pesan yang disampaikan penulis, (d) tujuan ekspresif, penulis berusaha mencurahkan perasaan yang sedalam-dalamnya kepada pembaca. b. Fungsi dan Manfaat Pembelajaran Menulis

Fungsi utama dari tulisan adalah sebagai alat komunikasi secara tidak langsung. Menulis sangat penting dalam dunia pendidikan karena memudahkan seorang berpikir kritis, di samping itu menulis dapat memperdalam persepsi, memecahkan masalah, dan menjelaskan pikiran kita. Menulis bukan hanya suatu bentuk berpikir, tetapi juga berpikir bagi pembaca tertentu dan bagi waktu tertentu. Salah satu dari tugas penting penulis adalah menguasai prinsip-prinsip menulis dan


(27)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

berpikir, yang akan menolongnya mencapai maksud dan tujuan penulis.

Kemampuan menulis merupakan tuntutan segala zaman, karena dengan menulis umur manusia akan semakin panjang. Kemampuan menulis bukan monopili orang berbakat. Semua orang mampu menulis jika berlatih secara benar. Tujuan mempelajari keterampilan menulis tiada lain agar seseorang memiliki kemampuan dan pengalaman menulis serta memanfaatkan kemampuan itu untuk berbagai keperluan. Kemampuan menulis menurut Imam Koermen (dalam Budinuryanta, dkk., 1997:12.2) memberikan beberapa keuntungan bagi orang yang bersangkutan (penulis), antara lain (a) penulis lebih mengenali kemampuan yang bersangkutan (penulis), antara lain (a) penulis lebih mengenali kemampuan dan potensi diri, (b) penulis dapat mengembangkan berbagai gagasan, (c) penulis dapat memeperluas wawasan teoretis dan praktis, (d) penulis dapat memperjelas permasalah yang samar-samar, (e) penulis dapat menilai gagasan sendiri secara objektif, (f) penulis dapat memecahkan masalah, (g) penulis dapat mendorong belajar secara aktif, dan (h) penulis membiasakan diri untuk berpikir dan berbahasa secara tertib.

Memperhatikan uraian di depan dapat disimpulkan bahwa manfaat menulis bagi penulis itu sendiri, antara lain (a) dapat mengembangkan berbagai gagasan, (b) dapat mengenali kemampuan dan potensi diri, (c) dapat menilai gagasan secara objektif, (d) dapat mengorganisasikan gagasan secara sistematis, (e) lebih mudah memecahkan masalah, (f) lebih banyak menyerap, mencari, dan menguasai informasi, (g) mendorong belajar secara aktif, dan (h) membiasakan berpikir dan berbahasa secara tertib.

4. Jenis Tulisan

M. Atar Semi (1990 : 32) mengungkapkan bahwa secara umum tulisan dapat dikembangkan menjadi 4 jenis, yaitu narasi, eksposisi, deskripsi, dan argumentasi. Narasi merupakan bentuk percakapan atau


(28)

commit to user

tulisan yang bertujuan menyampaikan atau menceritakan peristiwa atau pengalaman manusia berdasarkan perkembangan dari waktu ke waktu. Suluh Numpang Nulis (2006:1) mengemukakan bahwa narasi adalah sebuah paragraf yang memiliki gaya bertutur mengikuti sistematika waktu kejadian.

Berdasarkan rumusan itu jelas bahwa narasi merupakan penyampaian seperangkat peristiwa atau pengalaman tentang diri sendiri dan orang lain pada suatu saat atau suatu kurun waktu tertentu. Sebagai cerita ia bermaksud memberitahukan apa yang diketahui dan dialami kepada pembaca atau pendengar dengan tujuan agar mereka dapat merasakan dan mengetahui peristiwa tersebut dan menimbulkan kesan di hatinya, baik berupa kesan tentang peristiwa atau kejadian estetik. Menurut Gorys Keraf (2000:17) narasi adalah semacam bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi. Narasi berusaha menjawab pertanyaan

“Apa yang telah terjadi?”.

M.Atar Semi (1990:39) menyatakan bahwa eksposisi adalah tulisan yang bertujuan menjelaskan atau memberikan informasi tentang sesuatu. Ciri penanda eksposisi adalah sebagai berikut : (1) berupa tulisan yang memberikan pengertian dan pengetahuan, (2) menjawab pertanyaan tentang apa, mengapa, kapan, dan bagaimana, (3) disampaikan dengan lugas serta berbahasa baku, dan (4) menggunakan nada netral, tidak memihak, dan memaksakan sikap penulis terhadap pembaca. Tulisan eksposisi bertujuan menjelaskan atau memberikan informasi tentang sesuatu. Eksposisi yang baik bertujuan memberikan tambahan pengertian dan pengetahuan yang memiliki syarat akurat, jelas, dan singkat.

Paragraf yang cara bertuturnya merupakan ungkapan atau penggambaran akan sesuatu hal seperti keadaan emosi atau keadaan lingkungan tertentu dinamakan dengan paragraf deskriptif (Suluh Numpang Nulis, 2006 :1). Tulisan deskripsi memberikan perincian atau detail tentang suatu objek sehingga dapat memberikan pengaruh pada


(29)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

sensitifitas dan imajinasi pembaca atau pendengar, seolah-olah pembaca ikut melihat, mendengar atau mengalami langsung objek tersebut. M. Atar Semi (1990:43) menyatakan bahwa ciri penanda deskripsi adalah (1) berupaya memerlihatkan detail atau perincian tentang objek, (2) bersifat memberikan pengaruh sensitivitas dan membentuk imajinasi pembaca (3) disampaikan dengan gaya yang memikat dan dengan kata yang menggugah, (4) memaparkan tentang sesuatu yang dapat didengar, dilihat dan dirasakan sehingga objek pada umumnya benda, alam, dan manusia, dan (5) organisasi penyampaiannya lebih banyak menggunakan susunan ruang.

M. Atar Semi (1990:47) menyatakan bahwa argumentasi merupakan tulisan yang bertujuan meyakinkan atau membujuk pembaca tentang kebenaran pendapat atau pernyataan penulis Argumen adalah suatu proses penalaran. Ada dua cara bernalar dalam argumen, yaitu secara deduktif dan induktif. Deduktif adalah metode bernalar bergerak dari hal yang bersifat umum ke hal khusus. Merode deduktif dimulai dari kesimpulan kemudian diiringi dengan uraian, penjelasan, atau contoh-contoh. Induktif adalah metode bernalar yang dimulai dengan mengemukakan pernyataan bersifat khusus kemudian diiringi dengan kesimpulan umum. Metode induktif dimulai dari uraian, penjelasan, kemudian baru disampaikan kesimpulan.

Argumentasi yang baik biasanya menggunakan kaidah-kaidah logika yang benar. Silogisme atau tautologi sering digunakan dalam mengungkapkan atau membentuk paragraf argumentasi. Demikian juga kesesuaian isi dengan realitas kehidupan sehari-hari merupakan suatu landasan yang berguna dalam menyusun paragraf argumentasi (Suluh Numpang Nulis, 2006:1). Adapun ciri penanda argumentasi sekaligus merupakan ciri penanda eksposisi menurut M. Atar Semi (1990:48) adalah sebagai berikut : (a) bertujuan meyakinkan orang lain (eksposisi memberi informasi), (b) berusaha membuktikan kebenaran suatu pernyataan atau pokok persoalan (eksposisi hanya menjelaskan), (c) mengubah pendapat


(30)

commit to user

pembaca (eksposisi menyerahkan keputusan kepada pembaca), dan (d) fakta yang ditampilkan merupakan bahan pembuktian (eksposisi menggunakan fakta sebagai alat mengkonkretkan).

5. Tulisan Deskripsi

Deskripsi adalah penggambaran/pelukisan sesuatu dengan kata-kata dengan satu tujuan yakni pembaca/pendengar mendapatkan gambaran tentang sesuatu itu. Dengan pilihan kata dan susunan kalimat, keterpaduan antar kalimat dalam paragraf serta keterpaduan antar paragraf dalam keseluruhan tulisan pembaca/pendengar diharapkan bisa menangkap sesuatu (objek yang dideskripsikan) sebagaimana penulisnya melihat, mendengar, merasakan sesuatu yang dideskripsikan. Dengan kata lain diskripsi adalah tulisan yang dihasilkan oleh seseorang setelah ia, dengan segenap inderanya, mengalami secara langsung dengan melihat, merasakan, emndengar, meraba, mencium suatu objek tertentu semisal sebuah tempat, seseorang, benda ataupun keadaan.

Deskripsi bertujuan menghadirkan suatu objek seperti apa adanya. Penulis memindahkan kesan-kesannya, memindahkan hasil pengamatan dan perasaannya secara rinci wujud yang dapat ditemukan pada objek yang dideskripsikan kepada calon pembacanya. Ketajaman indera, kepiawaian memilih kata dan menyusun kalimat adalah penentu hidup tidaknya, menawan tidaknya, menggetarkan tidaknya sebuah diskripsi. Kegagalan seorang penulis pemula dalam menulis deskripsi biasanya hanya mengandalkan salah satu atau dua indera saja. Misalnya jika penggambaran suatu objek hanya menghadirkan tangkapan indera penglihatan saja maka apa yang dideskripsikan terasa kering dan akhirnya pembaca tidak mendapatkan kesan tentang sesuatu yang dideskripsikan itu. (http://gurubahasa.com)

Deskripsi adalah tulisan yang tujuannya memberikan perincian tentang deskripsi objek sehingga dapat memberi pengarahan pada sensitivitas dan imajinasi pembaca dan pendengar, bagaikan mereka ikut melihat, mendengar. Deskripsi adalah tulisan yang tujuannya memberikan


(31)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

perincian tentang merasakan, atau mengalami langsung objek tersebut. Agar menghasilkan tulisan deskripsi yang baik, seorang penulis harus memahami objek tulisan, sehingga dapat disajikan dengan hasilnya bagaikan potret kenyataan yang sebenarnya (Atar Semi, 1990 : 42)

Muchlisoh (1992:349) menyatakan bahwa deskripsi adalah karya tulis yang melukiskan sesuatu. Artinya, apa yang dapat diamati oleh penulis yang mungkin juga dirasakan oleh pembaca. Penulis berusaha memaparkan keadaan nyata dari sebuah objek sesuai dengan kemampuan dan keinginan penulis dalam mengindera (mendengar, melihat, merasakan, dsb) tentang objek dari karya tulisnya. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi penginderaan penulis dalam memaparkan suatu objek adalah tujuan penulis memaparkan objek tersebut. Karena tujuan ini akan menjadi sumber bagi si penulis memaparkan objek tersebut. Karena tujuan ini akan menjadi sumber bagi si penulis di dalam mengadakan pendekatan terhadap objek itu. Sebagai contoh, penulis A dan B mengamati suatu objek tertentu (misalnya sebuah bukit), mungkin di antara dua penulis itu akan mendeskripsikan bukit tersebut dengan cara berbeda. Penulis A ingin menuliskan bagaimana indahnya pemandangan di bukit. Penulis B menuliskan bagaimana seramnya bukit tersebut karena penulis B melihat di bukit itu terdapat sebuah pohon yang sangat besar dan sudah tua. Jadi, dengan adanya perbedaan keinginan tujuan pada penulis yang berbeda akan menyebabkan deskripsi atau paparan tentang objek yang sama akan menjadi berlainan. Penulis A menyatakan indah, penulis B menyatakan seram.

Berdasarkan contoh tersebut, dapat disimpulkan bahwa deskripsi adalah jenis karya tulis yang ada di dalamnya menuliskan suatu situasi atau keadaan dengan kata-kata sehingga pembaca seolah-olah melihat, mendengar, dan merasakan sendiri objek yang dilukiskan dalam deskripsi.

Atar Semi (1990:43) mengungkapkan ciri-ciri penanda deskripsi adalah: (1) lebih berusaha memperlihatkan detail atau perincian tentang objek, (2) bersifat memberikan pengaruh sensitivitas dan imajinasi


(32)

commit to user

pembaca, (3) disampaikan dengan gaya memikat dan pilihan kata yang menggugah, (4) deskripsi lebih banyak memaparkan sesuatu yang dapat didengar, dilihat dan dirasakan sehingga objek pada umumnya benda, alam, warna, dan manusia, dan (5) organisasi penyampaian tulisan deskripsi lebih banyak menggunakan susunan hati itu. Berkaitan dengan urutan penyajiannya, penulis dituntut mampu menetapkan urutan yang paling baik dengan menampilkan detail-detail yang dipilih.

Dalam tulisan deskripsi, untuk mendeskripsikan seorang tokoh dapat dilakukan melalui beberapa cara, yaitu : (1) menggambarkan fisik yang bertujuan memberikan gambaran yang sejelas-jelasnya tentang keadaan tubuh seorang tokoh, (2) menggambarkan tindak-tanduk seorang tokoh, (3) menggambarkan keadaan yang mengelilingi tokoh; (4) menggambarkan perasaan dan pikiran tokoh, dan (5) menggambarkan watak seseorang.

II. Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)

Dalam proses belajar mengajar, guru dituntut untuk menciptakan sistem pengajaran yang sukses, sedangkan siswa diminta untuk mengikuti pembelajaran secara aktif. Semua itu tentu saja tidak bisa dilakukan dengan mudah. Siswa yang ada pada sebuah kelas memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Kemampuan yang dimiliki siswa yang satu tidak sama dengan kemampuan siswa yang lain. Sebagai tenaga pendidik, guru hendaknya mengetahui dan memahami karakteristik yang ada pada diri siswa serta berusaha memenuhi kbutuhan siswa sehubungan dengan proses pembelajaran. Untuk itu, guru diharapkan dapat dengan cermat menentukan strategi belajar dengan menggunakan metode atau pendekatan pembelajaran yang tepat.

Salah satu pendekatan yang bisa diterapkan dalam suatu pengajaran adalah pendekatan kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL). Menurut Johnson (2007:14), pendekatan CTL adalah sebuah sistem belajar yang didasarkan pada filosofi bahwa siswa mampu menyerap


(33)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

pelajaran apabila mereka menangkap makna dalam materi akademis yang mereka terima dan mereka menangkap makna dalam tugas-tugas sekolah jika mereka bisa mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan dan pengalaman yang sudah mereka miliki sebelumnya.

Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning

(CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (US Departement Of Education, 2001). Pendekatan CTL adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Depdiknas, 2002 :1). Pendekatan konstektual yang diterapkan dengan sungguh-sungguh diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan mengembangkan potensi yang ada pada diri siswa.

Sementara Nurhadi, Furhanuddin, dan Sendak (2003:13) memberikan batasan tentang pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning) sebagai berikut:

Pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning) adalah konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari – hari; sementara siswa memperoleh pengetahuan dan ketrampilan dari konteks yang terbatas, sedikit demi sedikit, dan dari proses mengkontruksi sendiri, sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat.

Menurut Blanchard, ciri-ciri kontektual : 1) menekankan pada pentingnya pemecahan masalah. 2) kegiatan belajar dilakukan dalam berbagai konteks. 3) kegiatan belajar dipantau dan diarahkan agar siswa dapat belajar mandiri. 4) mendorong siswa untuk belajar dengan temannya dalam kelompok atau secara mandiri. 5) pelajaran menekankan pada konteks kehidupan siswa yang berbeda-beda. 6) menggunakan penilaian otentik.


(34)

commit to user

Depdiknas (2002: 10-19) juga menyatakan bahwa pendekatan CTL memiliki tujuh komponen utama, yaitu kontruktivisme

(Contructivisme), menemukan (Inquiry), masyarakat belajar (Learning Community), bertanya (Questioning), pemodelan (Modelling), refleksi (Reflection), dan penilaian yang sebenarnya (Assesment). Berikut adalah penjelasan dari setiap komponen-komponen:

1. Konstruktivisme (Contructivisme)

Konstruktivisme (Contruktivisme) merupakan landasan berpikir (filosofi) pendekatan CTL, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasil diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak sekonyong-konyong. Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Guru tidak akan mampu memberikan semua pengetahuan kepada siswa. Siswa harus mengkontruksikan pengetahuan di benak mereka.

2. Menemukan (Inquiry)

Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis CTL. Pengetahuan dan keetrampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkannya.

3. Bertanya (Questioning)

Bertanya adalah bagian inti belajar dan menemukan pengetahuan. Dengan adanya keingintahuanlah pengetahuan selalu dapat berkembang. Dalam pembelajaran model CTL guru tidak menyampaikan informasi begitu saja tetapi memancing siswa dengan bertanya agar siswa dapat menemukan jawabannya sendiri. Dengan demikian pengembangan keterampilan guru dalam bertanya sangat diperlukan. Hal ini penting karena pertanyaan guru menjadikan pembelajaran lebih produktif, yaitu berguna untuk : (a) Menggali informasi tentang kemampuan siswa dalam penguasaan pelajaran, (b) Membangkitkan motivasi siswa untuk belajar, (c) Merangsang keingintahuan siswa terhadap sesuatu, (d) Memfokuskan


(35)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

siswa pada sesuatu yang diinginkan, (e) Membimbing siswa untuk menemukan atau menyimpulkan sesuatu.

Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu bermula dari

“bertanya”. Sebelum orang tahu kota Palu, seseorang bertanya “Mana arah ke kota Palu?”. Questioning (bertanya) merupakan strategi utama

pembelajaran CTL. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berfikir siswa. Bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inquiry, yaitu menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya.

4. Masyarakat Belajar (learning Community)

Konsep Learning Community menyatakan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari

“sahring” antara teman, antar kelompok, dan antara yang tahu ke yang belum tahu. Dalam kelas CTL, guru disarankan selalu melaksanakan pmbelajaran dalam kelompok-kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang angotanya heterogen, yang pandai mengajari yang lemah. Yang tahu memberi tahu yang belum tahu, yang cepat menangkap mendorong temannya yang lamat, yang mempunyai gagasan segera memberi usul, dan seterusnya.

5. Pemodelan (Modelling)

Komponen CTL selanjutnya adalah pemodelan. Maksudnya, dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru. Model itu berupa cara mengoperasikan sesuatu, cara melempar bola dalam olah raga, contoh karya tulis, cara melafalkan bahasa inggris, dan sebagainya. Atau guru memberi contoh cara mengerjakan sesuatu. Dengan begitu, guru memberi model “bagaimana

cara belajar”.


(36)

commit to user

Refleksi juga bagian penting dalam pembelajaran dengan pendekatan CTL. Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa lalu. Siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pelajaran yang baru diterima.

7. Penilaian yang Sebenarnya (Assesment)

Assesment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar. Apabila data yang dikumpulkan guru mengidentifikasi bahwa mengalami kemacetan dalam belajar, guru segera bisa mengambil tindakan yang tepat agar siswa terbebas dari kemacetan belajar.

Secara sederhana langkah penerapan CTL dalam kelas secara garis besar menurut Sugianto (2008) adalah sebagai berikut :

1) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengonstruksikan sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya. 2) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik. 3) Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.

4) Ciptakan “masyarakat belajar” (belajar dalam kelompok

-kelompok).

5) Hadirkan “model” sebagai contoh pembelajaran.

6) Lakukan refleksi di akhir penemuan.

7) Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

Bertolak dari pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pendekatan CTL adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata agar pembelajaran lebih produktif dan bermakna. Pendekatan CTL banyak memiliki kelebihan, yaitu : (a) Mengutamakan pengalaman nyata, (b) Pembelajaran berpusat pada siswa, bukan pada guru, (c) Siswa menjadi lebih aktif, kritis, dan kreatif selama mengikuti proses pembelajaran, (d)


(37)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

Pendekatan CTL membuat siswa lebih dekat dengan kehidupan nyata karena siswa mengalami pembelajaran, bukan hanya menghafal materi saja, (e) Hasil pembelajaran diukur dengan berbagai cara (dilihat dari proses dan hasil), bukan hanya dengan tes.

B. HASIL PENELITAIN YANG RELEVAN

Berdasarkan hasil penelitian Kartono dkk yang berjudul Pembelajaran Kontekstual Pada Sains Guna Meningkatkan Keterampilan Kerja Ilmiah Siswa Kelas V Sekolah Dasar didapat kesimpulan sebagai berikut : Pembelajaran kontekstual dapat meningkatan keterampilan kerja ilmiah pada murid kelas V SD Negeri Begalon I, Laweyan, Surakarta. Peningkatan yang signifikan ada pada : (1) jumlah murid Yang melakukan keterampilan kerja ilmiah, dan (2) pencapaian keterampilan kerja ilmiah. Sedangkan jumlah keterampilan kerja ilmiah yang dilakukan murid tidak menunjukkan kenaikan yang signifikan.

Penelitian lain yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian Elen Inderasari (2008). Elen Inderasari menyimpulkan bahwa penerapan pendekatan

Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan kualitas pembelajaran apresiasi drama. Hasil penelitian yang dapat dikemukakan ialah terjadinya peningkatan baik proses maupun hasil belajar siswa.

C. KERANGKA BERPIKIR

Berdasarkan teori-teori ataupun konsep yang telah diuraikan di depan, kerangka berpikir penelitian ini dapat diterangkan sebagai berikut : kondisi awal sebelum tindakan dilaksanakan, diperoleh gambaran (yang dilakukan pada kegiatan prasurvei dengan observasi, wawancara, dan angket) bahwa kemampuan menulis deskripsi siswa kelas V SD Negeri I Begalon Surakarta rendah apabila dibandingkan dengan nilai keterampilan berbahasa dan bersastra Indonesia lainnya, media yang digunakan guru terbatas, serta metode mengajar guru menonton. Agar kemampuan menulis deskripsi siswa meningkat, peneliti memebrikan solusi dengan agar menggunakan pendekatan CTL untuk diaplikasikan di dalam pembelajaran menulis deskripsi. Penelitian ini


(38)

commit to user

menggunakan model pelatihan untuk mengukur kemampuan menulis deskripsi siswa. Peneliti bekerjasama dengan guru merumuskan bentuk pembelajaran yang menarik dan menimbulkan minat siswa untuk menulis deskripsi.

Salah satu upaya menarik minat siswa adalah dengan pemberian hadiah. Bila tindakan tersebut dilakukan, maka diduga pembelajaran menulis deskripsi akan berlangsung aktif dan menarik. Di dalam pembelajaran bahasa Indonesia khusunya menulis deskripsi dengan pendekatan CTL ini nantinya siswa diajak untuk belajar menulis deskripsi dengan cara menyenangkan. Perwujudan pembelajaran menulis yang demikian itu, cenderung membuat siswa akan lebih tertarik, senang, aktif, dan termotivasi. Untuk lebih jelasnya tentang kerangka berpikir pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.


(39)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

1. Perencanaan Tindakan

2. Pelaksanaan Tindakan

4. Analisis dan refleksi

3. Observasi dan Interpretasi

Gambar 1. Alur Kerangka Berpikir KONDISI AWAL

 Pembelajaran menulis kurang berhasil

 Keterampilan menulis deskripsi siswa tergolong rendah

TINDAKAN PTK

PTK

Pembelajaran menulis deskripsi dengan pendekatan CTL

KONDISI AKHIR

 Pembelajaran menulis berhasil


(40)

commit to user

D. HIPOTESIS TINDAKAN

Melalui pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam pembelajaran menulis deskripsi dapat :

1. Meningkatkan kualitas pembelajaran menulis deskripsi pada siswa kelas V SD Negeri Begalon I Surakarta.

2. Meningkatkan keterampilan menulis deskripsi pada siswa kelas V SD Negeri Begalon I Surakarta.


(41)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

BAB III

METODE PENELITIAN

A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Begalon I Surakarta. Alasan pemilihan sekolah dan kelas V sebagai tempat penelitian adalah karena

pertama, peneliti sudah memiliki hubungan yang cukup baik dengan guru kelas V. Kedua, terdapat keterampilan menulis yang tergolong rendah di kelas V SD Negeri Begalon I Surakarta.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2010 sampai dengan April 2010. Untuk lebih jelasnya, rincian waktu dan jenis kegiatan penelitian adalah sebagai berikut :

Tabel 3 : rincian Kegiatan Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian

No Jenis Kegiatan Bulan

Feb10 Mar 10 Apr 10 Mei 10 Jun 10 Jul 10

1. Persiapan survei awal

sampai penyusunan

proposal

- -xx xxxx

2. Menentukan informan,

menyiapkan peralatan dan instrumen

xxxx

3. Pengumpulan Data xxxx

4. Analisis Data - - x x xxx -

5. Penyusunan laporan - - -xx xx--

B. SUBJEK PENELITIAN

1. Subjek Penelitain

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V dan guru kelas V SD Negeri Begalon I Surakarta.


(42)

commit to user

2. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah keterampilan menulis deskripsi di kelas V SD Negeri Begalon I Surakarta.

C. SUMBER DATA

Ada tiga sumber data penting yang dijadikan sasaran penggalian dan pengumpulan data serta informasi dalam penelitian ini. Sumber data tersebut meliputi :

1. Peristiwa proses belajar mengajar keterampilan menulis deskripsi

Data yang dikumpulkan yaitu data tentang bagaimana proses pembelajaran keterampilan menulis deskripsi yang berlangsung di kelas V SD Negeri Begalon I Surakarta.

2. Informan

Informan dalam penelitian ini adalah guru kelas V dan siswa kelas V yang berjumlah 20 anak karena dalam kelas ini pembelajaran menulis deskripsi masih tergolong rendah.

3. Dokumen

Dokumen yang akan dijadikan sumber data berupa: hasil karangan siswa, angket motivasi, dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Observasi

Observasi dilakukan untuk mengamati perkembangan pembelajaran yang dilakukan siswa dan guru sejak sebelum pelaksanaan tindakan, pada saat pelaksanaan tindakan, sampai akhir tindakan.

Dalam kegiatan ini, peneliti termasuk sebagai partisipan pasif. Peneliti tidak melakukan tindakan yang dapat mempengaruhi peristiwa yang sedang berlangsung. Observasi atau pengamatan ini dilakukan dengan cara peneliti bertindak sebagai partisipan pasif yang mengamati jalannya pembalajaran di


(43)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

kelas yang dipimpin oleh guru. Guru melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan yang direncanakan peneliti. Peneliti mengambil posisi di tempat duduk paling belakang, mengamati jalannya proses pembelajaran di kelas yang dipimpin oleh guru, apakah pembelajaran yang dilaksanakan guru sesuai dengan yang direncanakan. Peneliti mengambil posisi di tempat duduk paling belakang, mengamati jalannya proses pembelajaran sambil mencatat segala sesuatu yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung. Dengan berada di tempat duduk paling belakang, peneliti memiliki kesempatan untuk mengamati seluruh peristiwa yang terjadi di dalam kelas dengan leluasa.

Hasil observasi peneliti didiskusikan dengan guru yang bersangkutan untuk kemudian dianalisis bersama-sama untuk mengetahui berbagai kelemahan yang ada dan untuk mencari solusi terhadap segala kelemahan yang ada. Hasil diskusi berupa solusi untuk berbagai kelemahan tersebut kemudian dilaksanakan dalam siklus.

Observasi terhadap guru difokuskan pada kemampuan guru dalam mengelola kelas, merangsang keaktifan siswa dalam pembelajaran yang sedang berlangsung. Sedangkan observasi terhadap siswa difokuskan pada keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran, motivasi siswa terhadap pembelajaran yang berlangsung terutama pembelajaran menulis dengan menggunakan metode field trip.

2. Teknik in-dept Inetrview (wawancara mendalam)

Wawancara dilakukan terhadap siswa, guru dan informan lain. Teknik ini digunakan untuk memperoleh data dari informan tentang pelaksanaan pembelajaran menulis, berbagai informan mengenai kesulitan yang dialami guru dalam pembelajaran menulis, serta faktor-faktor penyebabnya. Selain itu, peneliti juga melakukan wawancara dengan siswa untuk mengetahui metode pembelajaran menulis karangan yang diterapkan oleh guru dan untuk mengetahui bagaimana tanggapan siswa terhadap cara mengajar yang digunakan oleh guru tersebut, serta untuk mengetahui keterampilan menulis siswa.


(44)

commit to user

3. Angket

Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan cara meminta informan untuk menjawab beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan penelitian yang dilaksanakan. Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data dari informasi yang jumlahnya banyak dan tidak memungkinkan untuk diwawancarai satu persatu. Angket dalam penelitian ini diterapkan pada siswa kelas V yang berjumlah 20 siswa.

4. Tes/Unjuk Kerja

Tes digunakan untuk mengetahui perkembangan atau keberhasilan pelaksanaan tindakan. Usaha yang dilakukan oleh guru dalam rangka mengetahui hasil dari kegiatan pembelajaran siswa sebelum dan sesudah pelaksanaan penelitian. Dalam penelitian ini, guru melaksanakan dua kali tes, yakni pre-tes dilakukan dengan cara memberikan tugas menulis karangan yang bertujuan untuk mengetahui keterampilan awal siswa dalam menulis, serta post-tes untuk mengetahui keterampilan siswa setelah mengikuti pembelajaran menulis deskripsi dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning

(CTL).

E. TEKNIK VALIDASAI DATA

Teknik validasi data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik triangulasi sumber data, triangulasi metode. Dalam mengumpulkan data, peneliti menggunakan beragam sumber data yang tersedia. Data yang merupakan dokumen akan lebih mantap kebenarannya bila didukung dengan tindakan demikian, apa yang telah diperoleh dari sumber data yang berupa dokumen bisa teruji kebenarannya bila dibandingkan dengan data sejenis yang diperoleh dari sumber lain yang berbeda.

Triangulasi sumber data memanfaatkan sumber data yang berbeda-beda untuk menggali data yang sejenis. Peneliti bisa memeproleh data yang berbeda-beda untuk menggali data yang sejenis. Peneliti bisa memperoleh data dari narasumber dengan teknik wawancara mendalam yang kebenarannya dapat dibuktikan dengan mengadakan observasi secara cermat terhadap objek penelitian.


(45)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

Dengan demikian, informasi dari narasumber yang satu bisa dibandingkan dengan informasi dari narasumber lain.

F. TEKNIK ANALISIS DATA

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis kritis. Teknik tersebut mencakup kegiatan untuk mengungkapkan kelemahan dan kelebihan kinerja siswa dan guru dalam proses belajar-mengajar yang terjadi di dalam kelas selama penelitian berlangsung. Kriteria dalam tehnik ini berdasarkan kajian teoretis yang telah dipaparkan di depan. Hasil analisis tersebut kemudian dijadikan dasar untuk menyusun rencana tindakan kelas berikutnya sesuai dengan guru dan peneliti, sebab penelitian tindakan kelas merupakan suatu bentuk kerjasama antara peneliti dan guru. Analisis kritis terhadap keterampilan menulis mencakup ketetapan siswa dalam mengungkapkan isi (materi atau gagasan yang dikemukakan), kemampuan menyusun organisasi tulisan, kemampuan menggunakan gaya penulisan (pilihan struktur dan kosakata), dan kemampuan menerapkan mekanisme tulisan ejaan.

G. INDIKATOR KINERJA

Indikator kerja dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Kualitas pembelajaran menulis deskripsi mencapai 75% dari 20 siswa, ditandai dengan keaktifan dan semangat siswa dalam mengikuti pembelajaran, bertanya, menjawab pertanyaan, mengerjakan tugas individu, mengerjakan tugas kelompok.

2. Keterampilan menulis siswa mencapai 70% dari 20 siswa, ditandai dengan : a. Meningkatnya keterampilan siswa dalam menghasilkan kosakata yang

bervariatif

b. Ada kesesuaian antara judul tulisan dengan isi tulisan c. Ada kesesuaian antara isi tulisan dengan objek yang diamati

d. Meningkatnya kemampuan siswa dalam menghasilkan tulisan yang sesuai dengan ejaan yang benar


(46)

commit to user

Secara lebih rinci, indikator kinerja tersebut dapat digambarkan dalam tabel berikut :

Tabel 4 : Rincian Indikator Kinerja Penelitian

Aspek Presentase Pencapaian Siklus III Cara Mengukur Kualitas pembelajaran dilihat dari semangat dan minat dalam mengikuti pelajaran.

75%

Dihitung berdasarkan angket minat terhadap pembelajaran menulis deskripsi yang diisi oleh siswa.

Kualitas pembelajaran dilihat dari siswa

dalam bertanya 75%

Diamati saat pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi oleh peneliti dan dihitung berapa siswa yang berani bertanya.

Kualitas pembelajaran dilihat dari siswa

dalam menjawab

pertanyaan. 70%

Diamati saat pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi oleh peneliti dan dihitung berapa siswa yang berani mengemukakan

pendapat untuk menjawab

pertanyaan. Kualitas pembelajaran

dilihat dari siswa dalam mengerjakan tugas individu

70%

Diamati saat pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi oleh peneliti dan dihitung berapa siswa mau mengerjakan tugasnya secara individu.

Kualitas pembelajaran dilihat dari siswa dalam mengerjakan tugas kelompok

70%

Diamati saat pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi oleh peneliti dan dihitung berapa siswa mau mengerjakan tugas secara berkelompok.


(47)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

Keterampilan menulis deskripsi dilihat dari

kosakata yang

dihasilkan

70 %

Dilihat dari bentuk karangan yang dihasilkan

Keterampilan menulis deskripsi dilihat dari kesesuaian antara judul tulisan dengan isi tulisan

70 %

Dilihat dari bentuk karangan yang dihasilkan

Keterampilan menulis deskripsi dilihat dari kesesuaian antara isi tulisan dengan objek yang diamati

70 %

Dilihat dari bentuk karangan yang dihasilkan

Keterampilan menulis deskripsi dilihat dari tulisan yang sesuai dengan ejaan yang benar.

70 %

Dilihat dari bentuk karangan yang dihasilkan


(48)

commit to user

H. PROSEDUR PENELITIAN

Prosedur Penelitian Tindakan Kelas yang akan dilakukan oleh peneliti dilakukan dalam tiga siklus yang dapat digambarkan sebagai berikut :

Prosedur Penelitian Tindakan Kelas

Dilanjutkan ke siklus berikutnya

Gambar 2 : Siklus Penelitian Tindakan Kelas (Suharsimi Arikunto, Suhardjono dan Supardi, 2006:74)

Permasalahan Perencanaan

Tindakan I

Pelaksanaan Tindakan I

Refleksi I Pengamatan/

Pengumpulan Data I

Perencanaan Tindakan II

Pelaksanaan Tindakan II

Refleksi II Pengamatan/

Pengumpulan Data Permasalahan

baru hasil refleksi

Apabila Permasalahan belum terselesaikan


(49)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

Pelaksanaan Penelitian

1. Kondisi Awal (Pratindakan)

Sebelum melaksanakan penelitian, diadakan kegiatan survei awal dan pengamatan untuk mengetahui keadaan sebenarnya yang ada di lapangan. Disamping melakukan pengamatan langsung, juga melakukan wawancara dengan guru dan siswa serta melakukan tes guna mengetahui seberapa jauh kemampuan keterampilan siswa dalam menulis deskripsi.

Kegiatan pratindakan dilaksanakan pada hari Sabtu, 15 Mei 2010 pukul 07.00-08.00 WIB. Pada kegiatan pratindakan ini disepakati bahwa guru melaksanakan proses belajar-mengajar Mata Pelajaran Bahasa Indonesia dengan materi menulis karangan deskripsi seperti biasa dan peneliti akan mengamati jalannya pembelajaran yang terjadi di kelas sebagai partisipan pasif. Setelah menyampaikan materi, guru kemudian melaksanakan suatu tes untuk mengetahui tingkat keterampilan siswa dalam menulis karangan deskripsi. Hasil tulisan siswa menunjukkan bahwa keterampilan menulis karangan deskripsi siswa kelas V SD Negeri Begalon I Surakarta masih rendah. Hal tersebut diindikasikan oleh : (1) siswa belum mampu menyesuaikan antara judul tulisan dengan isi tulisan sehingga cerita masih sulit dipahami, (2) kemampuan siswa dalam memilih kosakata masih banyak yang kurang tepat, (3) siswa belum mampu menulis dengan memperhatikan penggunaan ejaan, dan tanda baca dengan tepat, (4) kerapian tulisan siswa masih kurang, masih banyak berdapat coretan.

Dari kegiatan wawancara dengan guru bidang studi Bahasa Indonesia yang menjadi patner dalam penelitian ini, serta dari observasi peneliti terhadap kegiatan belajar-mengajar di kelas yang dilaksanakan oleh guru yang bersangkutan, diketahui bahwa kondisi tersebut disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut :

a. Guru Kesulitan Dalam Membangkitkan Minat Siswa

Dalam melakukan kegiatan observasi di kelas dan melakukan wawancara dengan siswa dan guru kelas V SD Negeri Begalon I Surakarta, diketahui bahwa dalam pembelajaran menulis deskripsi yang dilaksanakan, siswa menunjukkan sikap yang kurang berminat dan kurang antusias. Siswa


(50)

commit to user

terlihat bosan dan tidak menaruh perhatian sepenuhnya pada pelajaran. Saat disuruh membuat tulisan deskripsi, siswa pada umumnya mengeluh terlalu sulit dan malas serta kesulitan menentukan pilihan kata dan tanda baca yang tepat. Selain itu, guru juga cenderung berdiri di depan dengan metode ceramah serta mengandalkan LKS sebagai penunjang pembelajaran. Guru jarang melibatkan siswa dalam praktik menulis itu sendiri.

b. Guru Kesulitan Mengelola Kelas

Saat melakukan observasi lapangan yang dilaksanakan pada waktu pembelajaran menulis deskripsi di kelas V, terlihat guru mengalami kesulitan dalam mengelola kelas. Hal ini diketahui dengan adanya sebagian siswa yang asyik berbicara dengan temannya saat pembelajaran berlangsung, bahkan sampai suara guru kadang tidak terdengar dengan jelas. Selain itu juga ada siswa yang mondar-mandir ke tempat duduk temannya hanya untuk meminjam alat tulis, seperti penggaris, bolpoin, atau penghapus yang sekiranya tidak begitu penting. Ada juga siswa yang minta ijin untuk ke kamar kecil. Namun juga ditemukan siswa yang memperhatikan guru saat pembelajaran berlangsung, tetapi siswa yang memperhatikan hanya sebagian kecil saja, sehingga kondisi kelas kurang begitu mendukung untuk pencapaian hasil pembelajaran yang maksimal.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru pada akhir pembelajaran, keadaan tersebut memang diakui oleh guru yang bersangkutan. Guru mengungkapkan bahwa hal tersebut disebabkan karena guru terlalu sabar dan bersikap kurang tegas, sehingga siswa merasa bebas melakukan aktivitas apa saja saat proses belajar mengajar berlangsung, walaupun aktivitas siswa itu mengganggu kegiatan belajar mengajar. Menurut pengakuan siswa yang diwawancari, bahwa guru bersikap santai terhadap tindakan siswa yang kurang tepat tersebut. Guru kurang tegas, tidak berani memberikan getakan ataupun hukuman bagi siswa yang melakukan tindakan seenaknya sendiri saat pembelajaran berlangsung. Guru hanya menghimbau siswa agar tidak ramai itu saja.


(1)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

Dari tabel 8 tersebut di atas tampak lebih jelas peningkatan hasil tulisan deskripsi dari siklus I sebesar 7,3%, pada siklus II sebesar 12,6%, dan pada siklus III sebesar 11,3 % .

Dari data di atas, agar tampak lebih jelas peningkatan hasil tulisan deskripsi dari siklus I, II, dan III dapat dibuatkan grafik sebagai berikut :

0 2 4 6 8 10

53 -59

60 -65

66 -71

72 -77

78 -83

84 -90

Siklus I Siklus II Siklus III


(2)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68 BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. SIMPULAN

Simpulan yang dapat dihasilkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Penggunaan pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) dalam

pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya materi karangan deskripsi dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis deskripsi pada siswa kelas V SD Negeri Begalon I Surakarta. Hal ini ditunjukkan oleh adanya peningkatan proses pembelajaran sebagai berikut : (a) jumlah siswa yang aktif dalam kegiatan apersepsi terus mengalami peningkatan dari siklus satu ke siklus berikutnya, (b) jumlah siswa yang aktif memperhatikan penjelasan materi dari guru mengalami peningkatan, dan (c) jumlah siswa yang aktif dalam diskusi juga meningkat.

2. Penggunaan pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) dalam pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya materi karangan deskripsi dapat meningkatkan ketrampilan deskripsi pada siswa kelas V SD Negeri Begalon I Surakarta. Hal ini ditunjukkan oleh adanya adanya peningkatan keterampilan menulis deskripsi dilihat dari kemampuan menghasilkan kosakata, kesesuaian antara judul dengan isi tulisan, kesesuaian antara isi tulisan dengan objek yang diamati, tulisan yang sesuai dengan ejaan yang benar mengalami peningkatan.

B. IMPLIKASI

Penelitian ini memberikan suatu gambaran yang jelas bahwa keberhasilan proses pembelajaran tergantung pada beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut berasal dari pihak guru maupun siswa. Faktor dari pihak guru yaitu: kemampuan guru dalam mengembangkan materi, kemampuan guru dalam menyampaikan materi, kemampuan guru dalam mengelola kelas, metode yang digunakan guru sebagai sarana untuk menyampaikan materi. Kemudian, faktor dari siswa yaitu: minat dan motivasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.


(3)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

Faktor-faktor tersebut saling mendukung satu sama lain, sehingga harus diupayakan dengan maksimal agar semua faktor tersebut dapat dimiliki oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran yang berlangsung di kelas. Apabila guru memiliki kemampuan yang baik dalam menyampaikan materi dan dalam mengelola kelas serta didukung oleh teknik dan saran yang sesuai, maka guru akan dapat menyampaikan materi dengan baik. Materi tersebut akan dapat diterima oleh siswa apabila siswa juga memiliki minat dan motivasi yang tinggi untuk aktif dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan lancar, kondusif, efektif dan efisien.

Implikasi praktis dari penelitian tindakan kelas ini adalah memperkaya khasanah ilmu pengetahuan tentang penelitian tindakan kelas, sehingga dapat memotivasi guru dan peneliti lain untuk melakukan penelitian sejenis dengan tujuan meningkatkan kualitas pembelajaran. Penelitian ini juga dapat dijadikan referensi untuk mengembangkan pembelajaran yang lebih kreatif dan inovatif, sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbngan bagi guru untuk menerapkan pendekatan kontekstual sebagai pendekatan dalam pembelajaran yang dilaksanakan.

C. SARAN

Berdasarkan simpulan dan implikasi penelitian di atas, peneliti mengajukan saran kepada beberapa pihak, antara lain :

1. Bagi Kepala Sekolah

a. Hendaknya menejemen fasilitas di sekolah disusun dengan rapi dan tertib sehingga fasilitas sekolah dapat dimanfaatkan oleh semua warga sekolah terutama guru.

b. Hendaknya mendukung segala kegiatan guru dan siswa yang sifatnya inovatif, sehingga siswa dan guru mampu meningkatkan kualitas pembelajaran.

c. Hendaknya memberi kesempatan bagi guru untuk melakukan penelitian dan mengikutsertakan guru dalam forum-forum ilmiah, seperti seminar pendidikan, diklat, Workshop, dan sebagainya.


(4)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

2. Bagi Guru

a. Dalam membentuk kelompok, hendaknya guru mengacak siswa yang pandai agar siswa yang pandai tersebut dapat membantu siswa yang kurang atau tidak pandai.

b. Guru hendaknya menunjuk siswa yang jarang maju di depan kelas sebagai model, agar dapat menarik perhatian siswa.

c. Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya materi karangan deskripsi, hendaknya guru menggunakan pendekatan kontekstual agar siswa mampu mengatasi kendala kurang tepatnya penggunaan ejaan dan tanda baca.

d. Hendaknya guru mampu memilih pendekatan atau model pembelajaran yang tepat dengan materi yang diajarkan.

3. Bagi Siswa

a. Hendaknya lebih banyak membaca bacaan dan memperluas pengetahuan, baik dari sekolah, rumah, maupun media massa.

b. Hendaknya aktif dalam belajar menggali ide tulisan melalui berbagai sumber, salah satu diantaranya adalah karangan deskripsi.

c. Hendaknya lebih aktif dalam bertanya dan berdiskusi supaya memperoleh informasi penjelas yang cukup berkaitan dengan isi karangan yang ditampilkan.

4. Bagi Peneliti Lain

a. Bagi peneliti yang ingin menerapkan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran menulis deskripsi dapat bekerjasama dan berkolaborasi dengan guru yang mengalami permasalahan dalam pembelajaran tersebut.

b. Dapat memodifikasi pendekatan kontekstual dengan pendekatan atau teknik lain untuk mengatasi masalah pembelajaran yang berbeda dan pada obyek yang berbeda.


(5)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

DAFTAR PUSTAKA

Atar Semi 1990. Menulis Efektif. Padang : CV Angkasa Raya.

Budinuryanta, Kasurijanta dan Imam Koermen. 1997. Materi Pokok Pengajaran

Keterampilan Berbahasa. Jakarta : Depdikbud.

Depdiknas. 2002. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning

(CTL). Jakarta : Depdiknas.

Gorys Kearf. 2000. Argumentasi dan Narasi. Jakarta : PT Gramedia.

Henry Guntur Tarigan. 1993. Menulis Sebagai Suatu Ketarampilan Berbahasa.

Bandung : CV Angkasa.

Khaerudin Kurniawan. 2005 “Model Pengajaran Menulis Bagi Penutur Asing

Tingkat Lanjut” diunduh darihttp://www./ialf/kibika/papers/Khaerusin

Kurniawan. Doc. Diakses tanggal 27 Agustus 2007.

“Menulis Deskripsi” diunduh dari http://gurubahasa.com. Diakses tanggal 20

Oktober 2008.

Muchlisoh, dkk. 1992. Materi Pokok Pendidikan Bahasa Indonesia 3 Modul 1-9. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Mulyasa. 2006. Menjadi Guru Profesional : Menciptakan Pembelajaran Kreatif

dan Menyenangkan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Sabarti Akhadiah, Maidar G. Arsjad dan Sakura. H. Ridwan. 1996. Pembinaan

Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta : Erlangga.

Sugianto. 2008. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning

(CTL). Jakarta : Erlangga.

Suharsini Arikunto, Suhardjo, dan Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas.

Jakarta : PT Bumi Akasara.


(6)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

Suluh Numpang Nulis. 2006. Tentang Menulis; Serbaneka Gaya Tulisan, Kembali

ke Gaya SMP.

(http://haqiqie.wordpress.com/2006/04/22/tentang-menulis-serbaneka gaya-tulisan-kembali-ke-pelajaran-smp/diakses 10 Maret 2007.

Yant Mujiyanto, Buhi Setiawan, Purwadi dan Edy Suryanto, 2000. Puspa Ragam


Dokumen yang terkait

Pengaruh penerapan pendekatan contextual teaching and learning terhadap keterampilan menulis surat pada siswa kelas iv SDN Cikarang Kota 04

0 9 0

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS V SD NEGERIKEPATIHAN SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2009 2010

0 5 17

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA SISWA KELAS IV SD KRISTEN MANAHAN SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2009 2010

1 6 92

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PERMULAAN MELALUI MODEL QUANTUM LEARNING PADA SISWA KELAS 2 SD NEGERI KARANGASEM 1 LAWEYAN SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2009 2010

0 7 84

PENINGKATAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA DENGAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA SISWA KELAS X SMA MUHAMMADIYAH 1 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2009/2010.

0 0 8

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI MELALUI PENDEKATAN CONTEKSTUAL TEACHING AND LEARNING PADA SISWA KELAS VIID SMP NEGERI 2 SIDOHARJO TAHUN AJARAN 2009/2010.

0 1 8

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI DENGAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA SISWA KELAS X SMK MUHAMMADIYAH I SURAKARTA.

0 0 7

Peningkatan Keterampilan Menulis Narasi Melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning Pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri I Tambaknegara Banyumas.

0 0 1

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI.

0 0 1

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI MELALUI PENDEKATAN CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) PADA SISWA KELAS V SDN BANYUMENENG GIRIHARJO PANGGANG GUNUNGKIDUL.

0 1 224