d. Jerawat acne : beberapa kosmetik pelembap kulit yang sangat berminyak dan
lengket pada kulit, seperti yang diperuntukkan bagi kulit kering di iklim dingin, dapat menimbulkan jerawat bila digunakan pada kulit yang berminyak.
Terutama di negara-negara tropis seperti di Indonesia karena kosmetik demikian cenderung menyumbat pori-pori kulit bersama kotoran dan bakteri.
e. Intoksikasi : keracunan dapat terjadi secara local maupun sistemik melalui
penghirupan lewat melalui hidung dan hidung, atau penyerapan lewat kulit. Terutama jika salah satu atau lebih bahan yang dikandung kosmetik itu bersifat
toksik. f.
Penyumbatan fisik : penyumbatan oleh bahan-bahan berminyak dan lengket yang ada dalam kosmetik tertentu, seperti pelembab atau dasar bedak terhadap
pori-pori kulit atau pori-pori kecil pada bagian tubuh yang lain. Ada 2 efek atau pengaruh kosmetik terhadap kulit, yaitu efek positif dan efek
negatif. Tentu saja yang diharapkan adalah efek positifnya, sedangkan efek negatifnya tidak diinginkan karena dapat menyebabkan kelainan-kelainan kulit.
2.6. Persyaratan Kosmetik
Tidak setiap orang mampu membuat produk kosmetika yang baik memenuhi standar mutu dan aman. Dengan demikian, seseorang yang ingin membuat
kosmetika harus mempunyai izin produksi dari Departemen Perindustrian RI, membuat kosmetika dengan baik dan aman memenuhi Kode Etik Kosmetika
Indonesia, tidak menggunakan zat yang dilarang atau melebihi batas maksimum, mendaftarkan produk kosmetiknya untuk diteliti, dan bila lulus akan diberi nomor
registrasi Wasitaatmadja, 1997.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Yatimah 2014, kosmetik yang diproduksi dan atau diedarkan harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Menggunakan bahan yang memenuhi standar dan persyaratan mutu serta
persyaratan lain yang ditetapkan. b.
Diproduksi dengan menggunakan cara pembuatan kosmetik yang baik. c.
Terdaftar dan mendapat izin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia BPOM RI.
Menurut Widana 2014, tanda registrasi sediaan kosmetika adalah kode registrasi kosmetika terdiri dari 12 digit, yaitu 2 dua digit huruf dan 10 digit
berupa angka, contohnya : CD.010360261.
2.7. Lipstik 2.7.1. Defenisi dan Persyaratan Lipstik
Lipstik adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk mewarnai bibir dengan sentuhan artistik sehingga dapat meningkatkan estetika dalam tata rias
wajah yang dikemas dalam bentuk batang padat. Hakikat fungsinya adalah untuk memberikan warna bibir menjadi merah, yang dianggap akan memberikan
ekspresi wajah sehat dan menarik. Lipstik merupakan campuran dari lilin, minyak, dan pigmen dalam berbagai konsentrasi untuk menghasilkan suatu
produk. Lipstik disimpan dalam wadah logam atau plastik dengan tutup pulir dan dalam keadaan tertutup Depkes RI, 1985.
Menurut Tranggono dan Latifah 2007, lipstik adalah produk kosmetik paling luas digunakan. Persyaratan lipstik yang dituntut oleh masyarakat antara lain :
1. Melapisi bibir secara mencukupi
2. Dapat bertahan di bibir selama mungkin
Universitas Sumatera Utara
3. Cukup melekat pada bibir, tetapi tidak sampai lengket
4. Tidak mengiritasi atau menimbulkan alergi pada bibir
5. Melembabkan bibir dan tidak mengeringkannya
6. Memberikan warna yang merata pada bibir
7. Penampilannya harus menarik, baik warna maupun bentuknya
8. Tidak meneteskan minyak, permukaannya mulus, tidak bopeng atau bintik,
atau memperlihatkan hal-hal lain yang tidak menarik. Menurut Mitsui 1977, dari segi kualitas lipstik harus memenuhi beberapa
persyaratan sebagai berikut : 1.
Tidak menyebabkan iritasi atau kerusakan pada bibir. 2.
Tidak memiliki rasa dan bau yang tidak menyenangkan. 3.
Polesan lembut dan tetap terlihat baik selama jangka waktu tertentu. 4.
Selama masa penyimpanan bentuk harus tetap utuh, tanpa kepatahan dan perubahan wujud.
5. Tidak lengket.
6. Penampilan tetap menarik dan tidak ada perubahan warna.
2.7.2. Jenis Lipstik
Menurut Chenny Han 2010, ada beragam jenis lipstik sebagai berikut : 1.
Stick Jenis ini tidak mengkilap, sedikit lembab, dan mudah digunakan.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.2. Lipstik jenis stic
2. Pallet
Dalam satu wadah terdapat beberapa jenis warna. Jenis ini biasanya berupa krim padat atau balm.
Gambar 2.3. Lipstik jenis pallet
3. Pen Lip Polish
Berbentuk cair, kemasannya seperti pena. Praktis karena ujungnya dilengkapi dengan kuas dan dapat memberikan efek mengkilap pada bibir.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.4. Lipstik jenis pen lip polish
4. Liquid
Bentuknya cair, mengkilap dan pekat. Biasanya kemasannya dilengkapi dengan spons atau kuas dibagian ujung untuk memudahkan
pengolesan.
Gambar 2.5. Lipstik jenis liquid
5. Pasta
Bentuknya semacam gel cair, dikemas dalam bentuk tube seperti pasta gigi dan dapat membuat bibir mengkilap.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.6. Lipstik jenis pasta 2.7.3. Komposisi Lipstik
Lipstik terdiri dari zat warna yang terdispersi dalam pembawa yang terbuat dari campuran lilin dan minyak dalam komposisi yang sedemikian rupa sehingga
dapat memberikan suhu lebur dan viskositas yang dikendaki. Suhu lebur lipstik yang ideal sesungguhnya diatur hingga suhu yang mendekati suhu bibir,
bervariasi antara 36 - 38
o
C. Tetapi karena harus memperhatikan faktor ketahanan terhadap suhu cuaca sekelilingnya, terutama suhu daerah tropik, suhu lebur lipstik
dibuat lebih tinggi, yang dianggap lebih sesuai diatur pada suhu lebih kurang 62
o
C, biasanya berkisar antara 55 - 75
o
C Ditjen POM, 1985. Adapun komponen utama dalam sediaan lipstik terdiri dari sebagai berikut :
1. Lilin, berperan pada kekerasan lipstik. Misalnya: carnauba wax,
parafin waxes, ozokerite, beewax, candelila wax, ceresine. Lilin digunakan untuk memberi struktur batang yang kuat pada lipstik dan menjaganya tetap
padat walau dalam keadaan hangat Tranggono dan Latifah, 2007. 2.
Minyak, fase minyak dalam lipstik memiliki kemampuan melarutkan zat- zat warna eosin. Misalnya : castor oil, tetrahydrofurfuryl alkohol, fatty
acid alkylolamides, dihydroc alkohol beserta monoeter dan mono fatty acid
Universitas Sumatera Utara
esternya, isopropyl myristate, isopropyl, butyl stearate, paraffin oil Tranggono dan Latifah, 2007.
3. Lemak, berperan untuk melembabkan dan memberikan kesan
mengkilap. Misalnya, krim kakao, minyak tumbuhan yang sudah dihidrogenasi misalnya hydrogenatd castrol oil, cetyl alcohol, oleyil
alkohol, lanolin Tranggono dan Latifah, 2007. 4.
Asetogliserid, berfungsi untuk memperbaiki sifat thixotropik batang lipstik sehingga meskipun termperatur berfluktuasi, kepadatan lipstik tetap konstan
Tranggono dan Latifah, 2007. 5.
Zat-zat pewarna, zat pewarna yang dipakai secara universal di dalam lipstik adalah zat warna eosin yang memenuhi dua persyaratan sebagai zat warna
untuk lipstik, yaitu kelekatan pada kulit dan kelarutannya di dalam minyak. Pelarut terbaik untuk eosin adalah castrol oil Tranggono dan Latifah,
2007. Castrol oil berfungsi sebagai emolien untuk menghaluskan dan melembutkan kulit serta bersifat melembabkan.
6. Antioksidan, yang digunakan harus memenuhi syarat Wasitaatmadja, 1997 :
a Tidak berbau agar tidak mengganggu wangi parfum dalam kosmetika.
b Tidak berwarna.
c Tidak toksik.
d Tidak berubah meskipun disimpan lama.
7. Pengawet, kemungkinan bakteri atau jamur untuk tumbuh di dalam
sediaan lipstik sebenarnya sangat kecil karena lipstik tidak mengandung air. Akan tetapi ketika lipstik diaplikasikan pada bibir kemungkinan
terjadi kontaminasi pada permukaan lipstik sehingga terjadi
Universitas Sumatera Utara
pertumbuhan mikroorganisme. Oleh karena itu perlu ditambahkan pengawet di dalam formula lipstik. Pengawet yang sering digunakan yaitu
metil paraben dan propil paraben Poucher dalam Yatimah, 2014. 8.
Parfum, bahan pewangi fragnance atau lebih tepat bahan pemberi rasa segar flavoring, harus mampu menutupi bau dan rasa kurang sedap dari
lemak-lemak dalam lipstik dan menggantinya dengan bau dan rasa yang menyenangkan Tranggono dan Latifah, 2007.
9. Surfaktan, berfungsi memudahkan pembasahan dan dispersi partikel partikel
pigmen warna yang padat Tranggono dan Latifah, 2007.
2.7.4. Tahapan Pembuatan Lipstik
Menurut Tranggono dan Latifah 2007, pada umumnya pembuatan lipstik
meliputi 3 tahap, yaitu :
a. Penyiapan campuran komponen, yaitu campuran minyak-minyak, campuran
zat-zat warna, dan campuran wax.
b.
Pencampuran semua itu membentuk massa lipstik.
c.
Pencetakan massa lipstik menjadi batangan-batangan lipstik.
Menurut Lauffer dalam Lestiana 2014, pembuatan lipstik meliputi proses
sebagai berikut :
1. Color-grinding. Grinding dengan roller mill atau coloid mill membantu proses
pembasahan serbuk pigmen oleh minyak atau lanolin supaya pigmen dapat terdispersi merata dan tidak menggumpal dalam basis.
2. Mixing. Proses pencampuran dilakukan pada saat masa lipstik berbentuk cair
setelah pelelehan untuk mempermudah homogenisasinya. Pencampuran dilakukan pada tempat yang inert, seperti aluminium atau stainless steel.
Universitas Sumatera Utara
Wadah dapat berupa steamjacketed untuk menjaga masa lipstik tidak mengeras saat pencampuran.
Dalam proses mixing, pengadukan terlalu cepat harus dihindari untuk mencegah masuknya udara ke dalam campuran. Setelah masa tercampur,
parfum ditambahkan dan terakhir disaring dengan saringan kawat. 3.
Molding atau pencetakan dilakukan selagi campuran masih panas, karena campuran yang panas memiliki tekstur yang lebih cair sehingga mudah dituang
dalam cetakan dan dapat memenuhi ruang cetakann dengan baik. Jika hasil mixing sudah tidak terlalu panas, dapat dilakukan pemanasan kembali.
Sebelum dicetak, pastikan udara yang ada di dalam campuran sudah naik ke permukaan dengan mengaduk masa secara perlahan. Gelembung udara sangat
dihindari dalam proses pencetakan karena dapat menyebabkan permukaan lipstik berongga. Setelah masa dituang dalam cetakan, dilakukan pendinginan
sampai masa kira- kira dapat diambil dari cetakan. 4.
Flamming. Lipstik dilewatkan secara cepat pada nyala gas kecil guna melelehkan permukaan sehingga bisa menghilangkan goresan atau lubang dan
menjadikan permukaan yang halus dan berkilau.
2.8. Cara Pengendalian Paparan Timbal Pb pada Lipstik
Menurut Sihite 2015, cara pengendalian dapat dilakukan sebelum dan sesudah terjadi paparan timbal pada lipstik di dalam tubuh. Berikut ini adalah
beberapa upaya pengendalian yang dapat dilakukan sebelum terjadi paparan timbal pada lipstik di dalam tubuh:
1. Cermat memilih dan membeli lipstik sesuai kebutuhan sehingga tidak
terpengaruh promosi yang berlebihan.
Universitas Sumatera Utara
2. Cermat dalam menggunakan lipstik.
a. Jika konsumen sedang hamil, konsultasikan pemilihan lipstik yang aman ke
dokter kandungan atau dokter kulit. b.
Tidak sembarangan memakai lipstik milik orang lain. 3.
Cermat membaca informasi yang tercantum dalam lipstik. a.
Konsumen memperhatikan informasi yang tersedia pada label seperti cara penggunaan, kegunaan, komposisi, tanggal kadaluarsa atau peringatan lain
bila ada. b.
Untuk lipstik yang teregistrasi diwajibkan mencantumkan nomor izin edar. Sedangkan produk yang ternotifikasi pencantuman nomor notifikasi tidak
diwajibkan, namun nama dan alamat produsen harus tercantum dengan jelas pada label.
c. Daftar lipstik yang ternotifikasi atauteregistrasi oleh Badan POM dapat
dicek melalui website Badan POM BPOM RI, 2014. 4.
Menurut Utomo dalam Sihite 2015, cek sendiri keberadaan timbal pada lipstik yaitu dengan cara menggoreskan lipstik beberapa kali ke tangan. Lalu,
cincin emas 18 karat disapukan di atas lapisan lipstik. Jika warna lipstik berubah menjadi kusam atau kehitam-hitaman, kemungkinan besar lipstik
mengandung timbal berlebihan. 5.
Menurut Sembel 2015, pencegahan di tingkat wilayah seperti kecamatan atau kotakabupaten dapat dilakukan dengan melarang penggunaan timbal yang
tidak penting dan memperkuat peraturan untuk memperkecil penggunaan timbal dalam tanah, air dan produk-produk lain.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Sihite 2015, beberapa upaya pengendalian yang dapat dilakukan setelah terjadi paparan timbal pada lipstik di dalam tubuh :
1. Menghentikan penambahan paparan timbal yang memasuki tubuh penderita
Ardyanto, 2005. 2.
Konsumsi suplemen kalsium Menurut Hasan dalam Sihite 2015, pemberian kalsium dengan dosis 3 kali
500 mg sehari selama 12 minggu dapat menurunkan kadar timbal dalam darah dari 10,35±3,36 µ gdL secara bermakna menjadi 3,2±1,58 µ gdL. Absorbsi
timbal dari saluran pencernaan dapat diganggu oleh kehadiran ion kalsium karena ion kalsium dan timbal saling berkompetisi. Kalsium mengganggu
ikatan timbal dengan hemoglobin darah dengan adanya kompetisi antara ion Ca dan Pb sewaktu berikatan dengan hemoglobin darah. Ikatan timbal dalam
tulang sama prosesnya seperti ikatan kalsium dalam tulang. 3.
Konsumsi buah Apel. Pektin serat larut dalam apel dapat mengikat logam berat, seperti timbal
dan merkuri, dan mengeluarkannya dari tubuh. Mekanismenya melalui pencegahan konstipasi sulit buang air besar sehingga substansi toksik dapat
segera dikeluarkan melalui feses. 4.
Melakukan pengobatan dengan ethylendiaminetetraacetic EDTA intravenous. Ethylendiaminetetraacetic akan mengikat kation Pb dalam tulang dan
jaringan lunak yang kemudian akan dikeluarkan melalui urin Ardyanto, 2005.
2.9. Spektrofotometri Serapan Atom SSA