Kesimpulan Dekonstruksi Wacana Elit Politik Kharismatik di Indonesia (Analisis Pembentukan Wacana oleh Jokowi pada Masa Kampanye Pemilihan Presiden 2014)

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Sosok kharisma dalam diri seorang pemimpin memiliki tempat dalam sebuah wacana politik. Di tengah maraknya pencitraan elite politik dalam memenangkan pemilihan umum, karismatik seorang pemimpin seperti figur yang santun, berwibawa, kuat dan tegas, masih menjadi wacana yang dominan dalam politik di Indonesia. Kemunculan Jokowi membuat berbeda. Jokowi muncul dengan sikap low profil, jujur, dan dekat dengan masyarakat. Dengan metode analisis wacana, kegiatan Jokowi selama masa kampanye pemilihan presiden 2014 dapat dianalisis untuk mengetahui motivasi politik apa yang berada dalam kegiatan-kegiatan tersebut. Dengan menggunakan 3 teori yang berbeda, peneliti berusaha menganalisis kegiatan Jokowi pada masa kampanye untuk mengetahui wacana apa yang ia dibangun. Penelitian ini bukanlah bertujuan untuk membandingkan ketiga teori tersebut. Ketiga teori yakni semiotika Roland Barthes, wacana dalam perspektif Foucault, dan dekonstruksi wacana Jacques Derrida digunakan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian yang pada akhirnya ketiga perspektif akan melengkapi satu sama lain. Dari proses analisis yang dilakukan, ada beberapa hal yang dapat peneliti simpulkan. Universitas Sumatera Utara Pertama, Selama masa kampanye pemilihan presiden 2014, Jokowi banyak melakukan kegiatan ataupun aktivitas politik seperti kampanye, menghadiri acara talkshow, wawancara, debat calon presiden, dan kegiatan lainnya. Aktivitas politik tersebut tidak semata-mata dilakukan tanpa maksud dan tujuan tertentu, tetapi berdasarkan analisis wacana dari pendekatan semiotika Roland Barthes dengan memetakan simbol kedalam denotasi dan konotasi, maka dari aktivitas politik yang dilakukan oleh Jokowi mengandung beberapa wacana baru dalam sosok seorang pemimpin. Terdapat beberapa aktivitas dan tindakan yang unik dan menjadikannya sebagai sebuah wacana baru dan belum pernah dilakukan oleh elit politik di Indonesia dalam membangun citra dirinya terkhusus dalam masa kampanye. Kedua, dari aktivitas-aktivitas politik Jokowi yang mengandung wacana baru tersebut, maka peneliti mencoba mengerucutkan beberapa wacana baru yang dibangun oleh Jokowi. Berdasarkan analisis wacana dengan menggunakan perspektif Foucault, maka wacana yang coba dibangun oleh Jokowi berdasarkan data yang peneliti tentukan sebelumnya yaitu Jokowi mencoba membangun 3 wacana sosok kepemimpinan pada dirinya sebagai seorang pemimpin yang merakyat, sebagai seorang pemimpin yang sederhana, dan sebagai seorang pemimpin yang berjiwa muda. Ketiga, berdasarkan ketiga wacana yang dibangun oleh Jokowi yakni Jokowi sebagai pemimpin yang merakyat, sederhana, dan berjiwa muda, merupakan wacana yang bertolak belakang dengan sosok kepemimpinan yang Universitas Sumatera Utara sering diterapkan oleh para elit politik dalam meningkatkan citra dirinya. Sosok kharismatik seorang pemimpin yakni pemimpin yang berfigur berwibawa, mewah, kuat dan tegas, yang selama ini mendominasi sifat kepemimpinan di Indonesia tidak lagi menjadi wacana yang dominan. Jika meminjam teori dekonstruksi wacana Jacques Derrida yang melihat kontradiksi-kontradiksi yang bersembunyi di balik konsep-konsep yang kita yakini selama ini, maka peneliti menyimpulkan bahwa Jokowi telah mendekonstruksikan wacana elit politik yang kharismatik di Indonesia.

4.2 Saran