utama dibandingkan dengan blusukan, misalnya bertugas mengurus roda pemerintahan agar tetap stabil, perekonomian, administrasi dan lain sebagainya
yang notabene cakupan pekerjaan yang jauh lebih luas. Tidak tersampaikannya wacana terpinggirkan ini, bukan berarti wacana
dominan yang diangkat oleh Jokowi adalah salah dan wacana yang terpinggirkan ini adalah benar. Akan tetapi, dengan wacana dominan yang diangkat oleh Jokowi
akan membatasi pandangan khalayak sehingga ketika melihat pemerintah melakukan blusukan maka yang menjadi penilaian masyarakat adalah bahwa
pemerintah tersebut merupakan pemerintah yang peduli terhadap rakyat. Dalam analisis Foucault, kekuasaan membentuk wacana yang dipahami sebagai suatu
pengetahuan dan kebenaran oleh khalayak. Disamping gaya kepemimpinan Jokowi yang merakyat tersebut, dalam
aktivitas politiknya selama masa kampanye pilpres, Jokowi juga menunjuk hal lainnya yang mendukung terbentuknya wacana pemimpin yang merakyat tersebut.
Yakni dari penampilan Jokowi yang selalu mengenakan kemeja dengan lengan digulung. Berdasarkan makna konotasi dari analisis semiotika Barthes, Jokowi
selalu menggulung lengan bajunya sebagai bentuk dari pemimpin yang siap turun ke lapangan. Hal ini sangat mendukung terciptanya wacana pemimpin yang
merakyat ala Jokowi.
3.4.2 Kesederhanaan Jokowi
Dalam setiap aktivitas kampanye Jokowi, ia banyak menunjukkan sosok kesederhanaan yang ada dalam dirinya. Hal tersebut ditunjukkan baik dalam hal
Universitas Sumatera Utara
berpakaian maupun dalam tindakannya. Dalam hal berpakaian kini menjadi sebuah ruang konstruksi sosial mengenai apapun mulai dari status sosial, ekspresi,
pekerjaan, kelas sosial, jabatan, hingga urusan prestise. Pakaian sesungguhnya mengartikulasikan bentuk pesan non verbal yang ingin disampaikan. Pakaian pun
turut merekam semangat dan fungsi diri dan tidak lagi hanya sekedar pajangan budaya, melainkan larut pula dalam wacana afiliasi politik, praktek sosial hingga
fasih menuturkan identitas nasional dan kultur dari sebuah bangsa. Ia menjadi penanda kode-kode yang dapat dimaknai dan dibaca dalam sebuah domain
konteks sosial.
69
Oleh karena
itu, Jokowi
selalu berpakaian
sebagaimana ia
mengidentifikasikan dirinya. Dari beberapa video yang penulis analisis melalui pendekatan Semiotika Barthes, terdapat beberapa aktivitas kampanye Jokowi
mengenakan baju yang sama dan hal itu menunjukkan sisi kesederhanaan Jokowi. Pakaian yang kerap sekali digunakan Jokowi adalah kemeja kotak-kotak dan ini
menjadi baju resmi kampanye Jokowi dalam menjelang pemilihan presiden. Hal ini dapat dilihat dari kutipan teks video Jokowi dalam memperkenalkan baju resmi
kampanye mereka : Jadi ini adalah baju kita nanti sampe 9 juli, Jokowi kotak-kotak, pak
JK putih. Memang ini berbeda kan, karna emang kami ini saling melengkapi, Pak JK berpengalaman, yang disini muda
Dari pernyataan Jokowi saat pengenalan kostum diatas, Jokowi mengatakan bahwa baju kotak-kotak hanyalah sebagai simbol kampanye dan
69
http:ekanadashofa.staff.uns.ac.id20130103baju-kotak-kotak-identitas-dan-pertarungan- maknatrackback
Universitas Sumatera Utara
sebagai pembeda diantara Jokowi dan JK. Baju kotak-kotak yang dikenakan Jokowi, menjadi suatu wahana pertarungan makna ditengah berbagai atribut yang
diluncurkan para kompetitornya. Hal ini senada sebagaimana diutarakan Douglass Kellner dalam bukunya Media Culture: Culture Studies, identity and Politics
between the Modern and the Postmodern1995, dimana pertarungan politik sebagian dimainkan dalam “perang Fashion” semisal dalam pemilu dan debat
politik.
70
Baju kotak-kotak ala Jokowi sebagai identitas dirinya dan tim pengusungnya telah menyusup kedalam relung kesadaran setiap orang yang
melihatnya. Dari hal ini Jokowi menciptakan wacana baru mengenai dirinya. Hal ini senada dengan apa yang dikatakan Foucault bahwa wacana dapat di deteksi
karena secara sistematis suatu ide, opini, konsep, dan pandangan hidup dibentuk dalam suatu konteks tertentu sehingga mempengaruhi cara berpikir dan bertindak
tertentu.
71
Baju kotak-kotak pun menjadi suatu ikonik dan ia meluruh menjadi komunikasi artifaktual yang menandai baju sebagai artefak kehidupan. Oleh
karena itu, tak salah apabila Malcom Barnad mengungkapkan bahwa pakaian pun dapat membawa kita kedalam ranah ideology dan politik.
72
Selain kotak-kotak, Jokowi juga sering memakai kemeja putih terlebih saat blusukan dan ketika menerima undangan tampil di televisi. Dalam berita online
Suara.com, Jokowi ungkapkan makna kemeja putih yang digulung lengannya pada
70
Ibid
71
Eriyanto. Op.Cit. Hal 65
72
http:ekanadashofa.staff.uns.ac.id20130103baju-kotak-kotak-identitas-dan-pertarungan- maknatrackback
Universitas Sumatera Utara
rabu, 7 mei 2014 pukul 19:49 WIB, Jokowi mengatakan bahwa makna baju putih yang ia gunakan adalah murah dan irit. Berdasarkan makna konotasi dari video
yang penulis analisis melalui semiotika Barthes, murah dan irit merupakan hal yang mencerminkan kesederhanaan.
Selain pakaian, Jokowi juga menunjukkan sisi kesederhanaannya lewat sepatu yang ia kenakan. Dari harga sepatu yang ia sebutkan dalam talkshow yang
sangat murah dan sepatu tersebut yang sering ia pakai, membuktikan bahwa dia menunjukkan sisi kesederhanaanya. Oleh sebab itu, dari keseluruhan penampilan
Jokowi dalam masa kampanye pemilihan presiden, Jokowi ingin menunjukkan bahwa ia merupakan seorang pemimpin yang sederhana.
Dalam hal tindakan, dalam aktivitas kampanye Jokowi banyak menunjukkan kesederhanaannya melalui gaya bahasanya maupun dari hubungan
yang dijalin kepada masyarakat. Berdasarkan kutipan teks cuplikan video Jokowi saat sedang memberi pidato singkat di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran
Yogyakarta pada Senin tanggal 2 Juni 2014 dibawah ini: Lobi-lobi juga ndak, minta-minta juga ndak, ngemis-ngemis apalagi
ndak, ndak pernah saya. Tau tau juga ditetapkan jadi capres, ini apalagi?
Jokowi berbicara dengan menggunakan logat medok. Penggunaan aksen kedaerahan ini juga menunjukkan bahwa Jokowi merupakan seorang yang
sederhana. Disamping itu, Jokowi juga mengakui kesederhanaannya dengan pengakuan dirinya seorang yang ndeso kampungan. Hal ini dikatakan dalam
Universitas Sumatera Utara
kutipan teks video saat pemaparan platform ekonomi Jokowi-JK pada tanggal 6 Juni 2014 dibawah ini,
Sering media menyampaikan pada saya wajah saya wajah kampung wajah ndeso, tapi ga papa yang penting otaknya internasional
Selain perkataan Jokowi, kesederhanaan dirinya juga ditunjukkan dari keakraban atau kedekatan dirinya dengan masyarakat. Jokowi berinteraksi
langsung dengan masyarakat tanpa adanya batas stratifikasi sosial. Oleh sebab itulah masyarakat turut mengajak masyarakat lainnya untuk memilih Jokowi.
Dari berbagai simbol yang Jokowi tunjukkan lewat aktivitas kampanyenya, ia ingin menunjukkan kesederhanaan yang ada dalam diri sebagai
seorang pemimpin. Melalui kuasa yang dimiliki Jokowi, ia mampu menciptakan sebuah wacana kesederhanaan mengenai dirinya. Wacana tersebut diproduksi
kedalam kategorisasi perilaku yang baik. Sesuai dengan yang dikatakan oleh Foucault bahwa publik tidak dikontrol lewat kekuasaan yang sifatnya fisik, tetapi
dikontrol, diatur, dan disiplinkan lewat wacana. Kekuasaan dalam pandangan Foucault disalurkan melalui hubungan sosial, dimana memproduksi bentuk-
bentuk kategorisasi perilaku sebagai baik atau buruk, sebagai bentuk pengendalian perilaku.
73
Maka oleh sebab itu, melalui wacana yang ia ciptakan, telah menggiring opini publik bahwa seorang pemimpin yang baik adalah pemimpin
yang mampu hidup sederhana. Wacana pemimpin yang sederhana telah menciptakan sebuah kebenaran dan telah mengubah pola pikir masyarakat
terhadap sosok seorang pemimpin. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan Foucault
73
Eriyanto. Op.Cit. Hal . 67.
Universitas Sumatera Utara
bahwa kebenaran diproduksi oleh kekuasaan melalui mana khalayak digiring untuk mengikuti kebenaran yang telah ditetapkan tersebut. Kekuasaan selalu
berpotensi menghasilkan rezim kebenaran tertentu yang disebarkan lewat wacana yang dibentuk oleh kekuasaan. Konsep pemimpin yang sederhana telah
membentuk wacana dominan dalam masyarakat dan wacana lainnya terpinggirkan. Pandangan yang lebih luas menjadi terhalang. Pandangan dibatasi
hanya dalam batas-batas struktur diskursif dan tidak dengan yang lain. Struktur diskursif yang tercipta atas suatu objek tidaklah berarti kebenaran. Batas-batas
yang tercipta bukan hanya membatasi pandangan kita, tetapi juga menyebabkan wacana lain yang tidak dominan menjadi terpinggirkan.
74
Oleh sebab itu, penggiringan khalayak terhadap pemerintah yang sederhana berakibat pada
wacana-wacana lain yang tidak tersampaikan, misalnya pemerintah secara historis telah memiliki tingkat stratifikasi sosial yang paling tinggi dan ia merupakan elit
yang memiliki kekuasaan sehingga sudah sepatutnya pemerintahan menerima kehidupan yang mewah. Oleh sebab itu, opini masyarakat yang terbangun selama
ini tentang kehidupan mewah yang diterima oleh pemerintah adalah hal yang wajar dan tidak menemukan masalah dalam hal itu. Namun wacana ini tidak
tersampaikan dan telah terpinggirkan oleh wacana yang dibangun oleh Jokowi. Namun dalam hal ini bukanlah berarti Jokowi salah dalam menciptakan wacana
dominan dan wacana yang terpinggirkan ini adalah benar. Akan tetapi wacana dominan yang diangkat oleh Jokowi akan membatasi pandangan khalayak
74
Ibid, Hal. 77.
Universitas Sumatera Utara
sehingga ketika
melihat pemerintah
yang sederhana,
masyarakat mengeneralisasikan bahwa pemerintah yang baik adalah pemerintah yang
sederhana. Hal ini senada dengan yang dikataka Foucault bahwa kekuasaan membentuk wacana yang dipahami sebagai suatu pengetahuan dan kebenaran oleh
khalayak.
3.4.3 Karakter Jokowi yang berjiwa muda