Latar belakang Pembentukan Otoritas Jasa Keuangan

40 BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN

A. Latar belakang Pembentukan Otoritas Jasa Keuangan

Awal pembentukan Otoritas Jasa Keuangan berawal dari adanya keresahan dari beberapa pihak dalam hal fungsi pengawasan Bank Indonesia. 50 Menurut Pasal 4 Undang-Undang Otoritas Jasa Keuangan dibentuk dengan tujuan agar keseluruhan kegiatan jasa keuangan di dalam sektor jasa keuangan terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel, serta mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil, dan mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat. Dengan tujuan ini, OJK diharapkan dapat mendukung kepentingan sektor jasa keuangan nasional sehingga mampu meningkatkan daya saing nasional.Selain itu, OJK harus mampu menjaga kepentingan nasional, antara lain, meliputi sumber daya manusia, pengelolaan, pengendalian, dan kepemilikan di sektor jasa keuangan, dengan tetap mempertimbangkan aspek positif globalisasi. 51 Berdasarkan tujuan pembentukan Otoritas Jasa Keuangan tersebut, maka ada tiga hal yang melatarbelakangi pembentukan Otoritas Jasa Keuangan, yaitu perkembangan industri sektor jasa keuangan di Indonesia, permasalahn lintas sektoral industri jasa keuangan, dan amanat Undang-Undang No. 3 Tahun 2004 tentang Bank Indonesia Pasal 34. Pasal 34 Undang-Undang Bank Indonesia 50 Adrian Sutedi, Op.Cit., hal. 36. 51 Undang-Undang No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, Penjelasan Umum merupakan respons dari krisis Asia yang terjadi pada 1997-1998 yang berdampak sangat berat terhadap Indonesia, khususnya sektor perbankan. 52 Akibat dari krisis yang terjadi tersebut berdampak sangat besar terhadap perekonomian di Indonesia.Pasar modal, kegiatan usaha di sektor riil maupun perbankan mengalami penurunan yang cukup besar. Salah satu penyebab krisis yang melanda sebahagian besar perusahaan di Indonesia adalah karena kurang dimanfaatkannya pasar modal sebagai sumber dana perusahaan. Ketidaksesuaian pembiayaan, karena dipakainya dana jangka pendek bagi pendanaan investasi jangka panjang tersebut dapat dihindari apabila perusahaan memanfaatkan instrument pasar modal bagi kegiatan pembiayaannya baik dalam equity kekayaan maupun debt hutang. 53 Pada sisi lain, terdapat beberapa hal yang melatarbelakangi kebutuhan akan adanya sistem pengawasan sektor keuangan yang terintegrasi, disebabkan beberapa hal, yaitu 1 efisiensi sistem pengawasan, teknologi, dan sumber daya manusia yang bermutu, 2 menyeimbangkan industri keuangan swasta yang semakin terkonglomerasi, 3 globalisasi industri keuangan, 4 produk-produk keuangan semakin beragam dan kompleks sehingga sulit dibedakan, dan 5 pengawasan industri keuangan menjadi lebih terpadu dan terharmonisasi. 54 Untuk itu, terbentuklah ide awal pembentukan Otoritas jasa Keuangan yang sebenarnya adalah hasil kompromi untuk menghindari jalan buntu pembahasan undang-undang tentang Bank Indonesia oleh Dewan Perwakilan Rakyat.Pada awal pemerintahan Presiden Habibie, pemerintah mengajukan Rancangan Undang-Undang tentang Bank Indonesia yang memberikan independensi kepada bank sentral.Rancangan Undang-Undang ini di samping memberikan independensi, juga mengeluarkan fungsi pengawasan perbankan dari Bank 52 Adrian Sutedi, Op.Cit., hal. 36 53 Jusuf Anwar, Penegakan Hukum dan Pengawasan Pasar Modal Indonesia, Bandung: P.T Alumni, 2008, hal. 175. 54 Abu Samman Lubis, Lahirnya Otoritas Jasa Keuangan OJK sebagai Pengatur dan Pengawas Sektor Jasa Keuangan di Indonesia, Edukasi Keuangan, Vol. 21, 2014, hal. 50 Indonesia.Ide pemisahan fungsi pengawasan dari bank sentral ini datang dari Helmut Schlesinger, mantan Gubernur Bundesbank bank sentral Jerman yang pada waktu penyusunan rancangan undang-undang kemudian menjadi Undang- Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia bertindak sebagai konsultan.Mengambil pola bank sentral Jerman yang tidak mengawasi bank. 55 Di Jerman pengawasan industri perbankan dilakukan oleh suatu badan khusus yaitu Bundesaufiscuhtsamt fur da kreditwesen.Pada waktu RUU tersebut diajukan, muncul penolakan yang kuat oleh kalangan DPR dan BI. Sebagai kompromi maka disepakati bahwa lembaga yang akan menggantikan BI dalam mengawasi bank tersebut juga bertugas mengawasi lembaga keuangan lainnya. Hal ini dimaksudkan agar tidak terlihat bahwa pemisahaan fungsi pengawsan tersebut adalah memangkas kewenangan bank sentral.Sayangnya, kompromi tersebut juga menetapkan bahwa kewenangan mengatur industri perbankan bank tetap berada di BI.Secara konsep, pemisahaan antara kewenangan pengawasan LPJK dan kewenangan pengaturan BI industri perbankan tidak tepat dan lemah.Alasannya adalah pengawasan bank meliputi fungsi pengaturan, pengawasan audit, pengenaan sanksi dan pemberianpencabutan ijin usaha sehingga keempat fungsi ersebut harus berada di satu tangan. Pemisahan antara pengawasan audit dengan pengaturan tentunya akan menimbulkan masalah koordinasi. Kita semua paham bahwa koordinasi merupakan barang mewah di negeri ini.Dengan amendemen masalah ini dapat diselesaikan karena OJK memiliki seluruh fungsi pengawasan tersebut. 56 55 Adrian Sutedi, Op.Cit.,hal. 37 56 Zulkarnain Sitompul, Menyambut Kehadiran Otoritas Jasa Keuangan OJK,Majalah Pilars No. 02Th.VII12-18 Januari 2004 Memurnikan otoritas moneter.Itulah salah satu motivasi pemerintah di sejumlah negara memindahkan otoritas perbankan dari bank sentral kepada suatu otoritas jasa keuangan.Otoritas moneter dan otoritas perbankan, dalam hal ini otoritas pengaturan dan supervisi mikro-prudensial bank, diyakini punya potensi konflik kepentingan karena masing-masing memiliki tujuan dan kepentingan yang berbeda dalam melaksanakan fungsinya.Konflik kepentingan ini adakalanya dianggap sebagai salah satu kambing hitam kegagalan pencapaian tujuan pengawasan perbankan.Karenanya, tak elok membiarkan kedua otoritas itu berada dalam satu institusi. 57 Ide pendirian lembaga independen yang mengawasi seluruh aktivitas lembaga perbankan mengalami tarik ulur, yang pertama dilakukan secara konstitusional adalah dengan menerbitkan Undang-Undang Nomor.23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia yang salah satu pasalnya secara tegas menyebutkan bahwa OJK harus sudah dapat dilaksanakan selambat-lambatnya akhir Desember 2002. 58 Dengan mengambil contoh dari negara-negara lain yang memisahkan fungsi pengawasan dari bank sentral tidak serta merta memuluskan berdirinya Otoritas Jasa Keuangan di Indonesia, Banyak pihak yang meragukan bahkan mengkritik secara keras karena berbagai ketakutan yang fundamental. Seperti di beberapa negara yang tidak sukses menerapkan sistem pada otoritas ini. 59 57 Akhis R. Hutabarat , Memahami Grey Area Otoritas Perbankan dan Otoritas Moneter, Leicester: 2010, . Sebagai contoh dari kegagalan lembaga pengawasan jasa keuangan seperti di Inggris yang notabene adalah pionir dari sistem pengawasan yang terpisah dengan http:www.bi.go.ididpublikasiartikel-kertas- kerjaartikelPagesMemahami_Grey_Area_Otoritas_Perbankan_dan_Otoritas_Moneter.aspx, diakses tanggal 4 Januari 2015 58 Abu Samman Lubis, Op.Cit.,hal. 50 59 Maikel Jefriando, Kelahiran OJK, Sejarah Baru Perekonomian Indonesia, 2012, http:ekbis.sindonews.comread70058990kelahiran-ojk-sejarah-baru-perekonomian-indonesia- 1356414181, diakses tanggal 4 Januari 2015. bank, bahkan Jerman juga dianggap gagal karena adanya skandal kasus penipuan dan kasus korupsi. Namun sampai dengan tahun 2003, Otoritas Jasa Keuangan belum juga berdiri.Masalah pelik yang muncul adalah kapan saat yang tepat OJK mulai beroperasi.Selama ini yang menjadi pokok persoalan, paling tidak yang terekspose kepermukaan, adalah masalah kapan kekuasaan tersebut dialihkan. 60 Dengan berbagai hambatan-hambatan yang ada, Kemudian Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesua tersebut diamandemen dengan Undang-Undang No. 3 Tahun 2004 tentang Bank Indonesia, Pasal 34 2 menetapkan penjadwalan kembali pendirian OJK selambat-lambatnya pada akhir Desember 2010 sudah dapat dilaksanakan. Faktanya perbedaan pendapat dan tarik ulur dari berbagai pihak terkait dengan pendirian OJK di Indonesia sebagai satu- satunya lembaga pengawasan keuangan masih saja terjadi. dan baru pada tahun 2011 lahirlah Undang-Undang Otoritas jasa Keuangan yang mengamanatkan bahwa OJK harus sudah beroperasi paling lambat 31 Desember 2013. Kemudian kebutuhan akan sumber daya yang besar untuk mendirikan Lembaga Pengawas Jasa Keuangan, sedangkan pada awal tahun 2000 Indonesia masih dalam masa pemulihan atas dampak krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997-1998. 61 Adapun kronologis lahirnya OJK dapat dijabarkan sebagai berikut: 62 a. Tahun 1999 Pasca krisis ekonomi yang melumpuhkan industri perbankan pada tahun 1997-1998, pemerintah langsung berbenah.Gagasan pembentukan otoritas dimasukkan dan menjadi perintah Undang-Undang Bank Indonesia. Didalam Pasal 34 disebutkan bahwa: 60 Zulkarnain Sitompul, Op.Cit.hal. 34 61 Abu Samman Lubis, Op.Cit.,hal. 51 62 Selamat datang wasit baru industri keuangan, http:lipsus.kontan.co.idv2ojkread86Selamat-datang-wasit-baru-industri-keuangan , diakses tanggal 4 Januari 2015 1 Tugas mengawasi Bank akan dilakukan oleh lembaga pengawasan sektor jasa keuangan yang independen, dan dibentuk dengan undang- undang 2 Pembentukan lembaga pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 akan dilaksanakan selambat-lambatnya 31 Desember 2002 b. Tahun 2004 Tenggat waktu yang diberikan sampai tahun 2002 dalam pembentukan OJK tak juga lahir di Indonesia.Pada tahun 2004, pemerintah dan DPR hanya bisa merevisi UU BI.Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 Tentang Bank Indonesia telah lahir. Didalam Pasal 34 ayat 1 dan 2 terdapat bahasan tentang OJK, yaitu: 1 Tugas mengawasi Bank akan dilakukan oleh lembaga pengawasan sektor jasa keuangan yang independen, dan dibentuk dengan Undang- Undang. 2 Pembentukan lembaga pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 akan dilaksanakan selambat-lambatnya 31 Desember 2010. Banyak pendapat yang mengatakan bahwa, amandemen UU BI tersebut merupakan sebuah perselisihan pandangan antara BI dengan Departemen Keuangan Kementrian Keuangan.Objek dari perselisihan ini berupa perebutan wewenang dalam mengontrol industri perbankan.Hal inilah yang mati-matian dilawan BI dan akhirnya berhasil.Dalam rumusan amandemen yang telah disepakati, pemindahan kekuasaan industri perbankan dari BI ke OJK masih dapat diulur selambat-lambatnya sampai akhir 2010. c. Tahun 2010 Lagi-lagi amandemen UU itu meleset dari yang diharapkan.Batas waktu kembali terlewati.Sampai tutup buku tahun 2010, UU OJK masih belum juga selesai. RUU OJK yang akan disahkan dalam rapat paripurna pada 17 Desember 2010 malah menemui jalan buntu, karena pemerintah dan DPR tak menemukan kata sepakat terhadap struktur dan tata cara pembentukan Dewan Komisioner OJK. d. Tahun 2011 Tahun ini menjadi sejarah baru bagi Indonesia, terutama bagi sistem keuangan di Indonesia. Pimpinan DPR, Priyo Budi Santoso, akhirnya mengetuk palu tanda disetujuinya pengesahan Rancangan Undang-Undang Otoritas Jasa keuangan RUU OJK menjadi Undang-Undang dalam Rapat Paripurna DPR, pada Kamis 27 Oktober 2011. Dalam keputusan tersebut disebutkan supaya panitia seleksi DK OJK harus terbentuk awal 2012. e. Tahun 2012 Pada awal tahun 2012, Presiden telah membentuk Panitia Seleksi dalam pemilihan calon anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa keuangan yang secara keseluruhan terdiri dari 9 orang. Menteri Keuangan Agus Martowardojo terpilih menjadi ketua seleksi sekaligus anggota, sedangkan anggota lainnya adalah Gubernur Bank Indonesia BI Darmin nasution, Direktur Jendral Pajak Fuad Rahmany, Wakil Menteri BUMN Mahmuddin Yasin, dan Deputi Gubernur BI Halim Alamsyah. Kemudian Komisaris Bank Mandiri Gunarni Soeworo mewakili lembaga keuanganperbankan, mantan Direktur BEI Mas Achmad Daniri mewakili pasar modal, Komisaris WanaArthalife Ariyanti Suliyano mewakili asuransilembaga jasa keuangan non bank, dan akademisi Muhammad Chatib Basri. Pada pertengahan tahun 2012, anggota sekaligus Ketua DK OJK terpilih. Seluruhnya berjumlah 9 orang dan dengan melewati proses seleksi yang ketat. Pada bulan ini pula seluruhnya disahkan oleh Paripurna DPR. f. Tahun 2013 Bapepam-LK akan melebur ke OJK dan sebagian besar pekerja dari lembaga ini juga akan berubah status kepegawaiannya. Pada tahun ini jugalah OJK akan mulai dalam penarikan iuran dari industri keuangan non bank. g. Tahun 2014 Setelah masa transisi satu tahun Bapepam-LK melebur ke OJK, diharapkan tahun ini adalah serah terimanya pengawasan perbankan dari tangan bank sentral ke OJK.

B. Konsep Dasar Pembentukan Otoritas Jasa Keuangan

Dokumen yang terkait

Analisis Yuridis Terhadap Pengurangan Pungutan Oleh Otoritas Jasa Keuangan Sebagai Akibat dari Kepailitan

3 95 116

Tinjauan Yuridis Terhadap Perlindungan Nasabah Bank Setelah Adanya Otoritas Jasa Keuangan Dalam Perbankan (Studi Ojk Kantor Regional V Sumatera, Medan)

3 71 96

ANALISIS YURIDIS INDEPENDENSI OJK (OTORITAS JASA KEUANGAN) DALAM UPAYA PENGAWASAN BANK Analisis Yuridis Independensi Ojk (Otoritas Jasa Keuangan) Dalam Upaya Pengawasan Bank.

0 2 16

ANALISIS YURIDIS INDEPEDENSI OJK (OTORITAS JASA KEUANGAN) DALAM UPAYA PENGAWASAN BANK Analisis Yuridis Independensi Ojk (Otoritas Jasa Keuangan) Dalam Upaya Pengawasan Bank.

0 5 12

Cover Tinjauan Yuridis Terhadap Perlindungan Nasabah Bank Setelah Adanya Otoritas Jasa Keuangan Dalam Perbankan (Studi Ojk Kantor Regional V Sumatera, Medan)

0 0 8

Abstract Tinjauan Yuridis Terhadap Perlindungan Nasabah Bank Setelah Adanya Otoritas Jasa Keuangan Dalam Perbankan (Studi Ojk Kantor Regional V Sumatera, Medan)

0 0 1

Chapter I Tinjauan Yuridis Terhadap Perlindungan Nasabah Bank Setelah Adanya Otoritas Jasa Keuangan Dalam Perbankan (Studi Ojk Kantor Regional V Sumatera, Medan)

0 0 13

Reference Tinjauan Yuridis Terhadap Perlindungan Nasabah Bank Setelah Adanya Otoritas Jasa Keuangan Dalam Perbankan (Studi Ojk Kantor Regional V Sumatera, Medan)

0 0 4

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BANK DAN NASABAH BANK A. Asas, Fungsi, dan Tujuan Perbankan 1. Asas Perbankan - Tinjauan Yuridis Terhadap Perlindungan Nasabah Bank Setelah Adanya Otoritas Jasa Keuangan Dalam Perbankan Studi Ojk Kantor Regional V Sumatera, Me

0 0 26

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Tinjauan Yuridis Terhadap Perlindungan Nasabah Bank Setelah Adanya Otoritas Jasa Keuangan Dalam Perbankan Studi Ojk Kantor Regional V Sumatera, Medan

0 0 13