Konsep Dasar Pembentukan Otoritas Jasa Keuangan

Bank Mandiri Gunarni Soeworo mewakili lembaga keuanganperbankan, mantan Direktur BEI Mas Achmad Daniri mewakili pasar modal, Komisaris WanaArthalife Ariyanti Suliyano mewakili asuransilembaga jasa keuangan non bank, dan akademisi Muhammad Chatib Basri. Pada pertengahan tahun 2012, anggota sekaligus Ketua DK OJK terpilih. Seluruhnya berjumlah 9 orang dan dengan melewati proses seleksi yang ketat. Pada bulan ini pula seluruhnya disahkan oleh Paripurna DPR. f. Tahun 2013 Bapepam-LK akan melebur ke OJK dan sebagian besar pekerja dari lembaga ini juga akan berubah status kepegawaiannya. Pada tahun ini jugalah OJK akan mulai dalam penarikan iuran dari industri keuangan non bank. g. Tahun 2014 Setelah masa transisi satu tahun Bapepam-LK melebur ke OJK, diharapkan tahun ini adalah serah terimanya pengawasan perbankan dari tangan bank sentral ke OJK.

B. Konsep Dasar Pembentukan Otoritas Jasa Keuangan

Awal mula konsep pembentukan Otoritas Jasa Keuangan dimulai sejak diundangkannya Undang-Undang No.23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, hal ini dapat dilihat di Pasal 34 ayat 1. Tugas mengawasi Bank akan dilakukan oleh lembaga pengawasan sektor jasa keuangan yang independen, dan dibentuk dengan undang-undang. ayat 2. Pembentukan lembaga pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, akan dilaksanakan selambat-lambatnya 31 Desember 2002. Dalam penjelasan Pasal 34 Undang-Undang Bank Indonesia bahwa Otoritas Jasa Keuangan bersifat independen dalam menjalankan tugasnya dan kedudukannya berada di luar pemerintah dan berkewajiban menyampaikan laporan kepada Badan Pemeriksa Keuangan dan Dewan Perwakilan Rakyat. Dalam melakukan tugasnya lembaga ini melakukan koordinasi dan kerjasama dengan Bank Indonesia sebagai Bank Sentral yang akan diatur dalam Undang- undang pembentukan lembaga pengawasan dimaksud. 63 Dalam konteks kehadiran Undang-Undang Otoritas Jasa Keuangan bukan menggantikan pemain lama yakni BI akan tetapi mengalihkan sebahagian tugas dan kewenangan BI kepada Otoritas Jasa Keuangan untuk secara bersama-sama dan berkoordinasi dalam mengeluarkan pengaturan dan pengawasan perbankan. Dengan demikian bisa dicermati bahwa dalam melaksanakan tugasnya, Otoritas Jasa Keuangan harus berdasarkan pada prinsip independensi, transparanis dan integrasi. 64 Pengawasan yang dilakukan yaitu terhadap bank dan perusahaan- perusahaan sektor jasa keuangan lainnya yang meliputi asuransi, dana pensiun, sekuritas, modal ventura, dan perusahaan pembiayaan, serta badan-badan lain yang menyelenggarakan pengelolaan dana masyarakat. Lembaga ini bersifat independen dalam menjalankan tugasnya dan kedudukannya berada di luar pemerintah dan berkewajiban menyampaikan laporan kepada Badan Pemeriksa Keuangan dan Dewan Perwakilan Rakyat. Dalam melakukan tugasnya lembaga Adanya kekhawatiran oleh para ahli akan adanya benturan kepentingan dalan menjaga stabilitas nilai rupiah dengan pengawasan bank merupakan suatu pertimbangan atas pengalihan tugas pengawasan bank kepada Otoritas Jasa Keuangan. Dengan demikian, tugas pengawasan bank harus dipisahkan dari bank sentral. Walaupun secara spesifik tidak ada kesepakatan akan bagaimana bentuk pengawasan bank yang terpisah, tetapi secara umum terdapat persamaan pendapat bahwa fungsi menjaga stabilitas nilai rupiah dengan fungsi pengawasan bank, sebaiknya dipisah. 63 Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 Jo Undang-Undang No.3 Tahun 2003 tentang Bank Indonesia. 64 Bisdan sigalingging, Analisis Hubungan Kelembagaan Antara Otoritas Jasa Keuangan Ddengan Bank Indonesia, Tesis magister Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan, 2013 hal. 78. ini melakukan koordinasi dan kerjasama dengan Bank Indonesia sebagai Bank Sentral yang akan diatur dalam Undang-Undang pembentukan lembaga pengawasan dimaksud. Lembaga pengawasan ini dapat mengeluarkan ketentuan yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas pengawasan Bank dengan koordinasi dengan Bank Indonesia dan meminta penjelasan dari Bank Indonesia keterangan dan data makro yang diperlukan. 65 a. terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel; Sebagai lembaga pengawas, Otoritas Jasa Keuangan diharapkan mampu untuk memberikan kepastian hukum akan keselamatan dan kesehatan bank, stabilitas sistemik dan pengembangan sistem perbankan dan keuangan. Pengawasan Bank oleh Otoritas Jasa Keuangan dibagi menjadi dua jenis, yang pertama ialah pengawasan dalam rangka mendorong bank-bank untuk ikut menunjang pertumbuhan ekonomi dan menjaga kestabilan moneter, yang kedua ialah pengawasan yang mendorong bank secara individual tetap sehat dan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat dengan baik. Berdasarkan Pasal 4 Undang-Undang Otoritas Jasa Keuangan bahwa, OJK dibentuk dengan tujuan agar keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan: b. mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil; dan c. mampu melindungi kepentingan Konsumen dan masyarakat. Dengan demikian, OJK dalam menyelenggarakan sektor jasa keuangan secara teratur, adil, transparan, akuntabel, yang mana mengingatkan pemikiran 65 Penjelasan Pasal 34 ayat 1 34 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia pada prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik dan benar Good Corporate Governance yang terdiri dari 5 prinsip yang disingkat dengan TARIF, yaitu: 66 1. Transparency keterbukaan informasi. Secara sederhana bisa diartikan sebagai keterbukaan untuk menyediakan informasi yang cukup, akurat, tepat waktu 2. Accuntability akuntabilitas Yaitu adanya kejelasan fungsi, struktur, sistem, kejelasan akan hak dan kewajiban serta wewenang dari elemen-elemen yang ada. 3. Responsibility pertanggungjawaban Yaitu kepatuhan perusahaan terhadap peraturan yang berlaku, diantaranya termasuk masalah pembayaran pajak, hubungan industrial, kesehatan dan keselamatan kerja, perlindungan lingkungan hidup, memelihara lingkungan bisnis yang kondusif bersama masyarakat dan sebagainya. 4. Independency kemandirian Yaitu mensyaratkan agar perusahaan dikelola secara profesional tanpa adanya benturan kepentingan dan tekanan atau intervensi dari pihak manapun maupun yang tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku; dan 5. Fairness kesetaraan atau kewajaran Prinsip ini menuntut adanya perlakuan yang adil dalam memenuhi hak shareholders dan stakeholderssesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Selain itu Otoritas Jasa Keuangan juga harus ada pendekatan hukum dalam memotong birokrasi yang berkepanjangan.Agar tercipta suatu kondisi yang nyaman dan kondusif bagi masyarakat ketika menjalin hubungan dengan bank. Dengan dibentuknya lembaga otonom yang mengawasi jasa keuangan dan bank tersebut dapat diharapkan tujuan pengawasan bank misalnya dapat meningkatkan keyakinan masyarakat, bahwa bank dari segi finansial tergolong sehat, bahwa bank dikelola secara baik dan professional, dan bahwa di dalam bank tidak terkandung ancaman terhadap kepentingan masyarakat yang menyimpan dananya di bank. Singkatnya, tujuan pengawasan adalah menciptakan sistem perbankan yang sehat, yang memenuhi tiga aspek, yaitu perbankan yang memelihan kepentingan masyarakat dengan baik dan perbankan yang berkembang secara wajar serta bermanfaat bagi perekonomian nasional. 67 66 Bisdan Sigalingging,Op.Cit., hal. 107. 67 Adrian Sutedi,Op.Cit., hal. 127. Dengan berbagai permasalahan yang ada, pembentukan Otoritas Jasa Keuangan merupakan suatu tantangan yang tidak nudah, dimana permasalahan tersebut perlu diindentifikasi terlebih dahulu yang kemudian dikaji kelebihan dan kekurangannya, serta menelaah praktik-praktik dalam membentuk suatu lembaga pengaturan dan pengawasan jasa keuangan. Maka sebagai lembaga yang memiliki kewenangan yang luas perlu adanya prinsip-prinsip, antara lain Independensi, transparansi, Intergrasi.

C. Independensi Otoritas Jasa Keuangan

Dokumen yang terkait

Analisis Yuridis Terhadap Pengurangan Pungutan Oleh Otoritas Jasa Keuangan Sebagai Akibat dari Kepailitan

3 95 116

Tinjauan Yuridis Terhadap Perlindungan Nasabah Bank Setelah Adanya Otoritas Jasa Keuangan Dalam Perbankan (Studi Ojk Kantor Regional V Sumatera, Medan)

3 71 96

ANALISIS YURIDIS INDEPENDENSI OJK (OTORITAS JASA KEUANGAN) DALAM UPAYA PENGAWASAN BANK Analisis Yuridis Independensi Ojk (Otoritas Jasa Keuangan) Dalam Upaya Pengawasan Bank.

0 2 16

ANALISIS YURIDIS INDEPEDENSI OJK (OTORITAS JASA KEUANGAN) DALAM UPAYA PENGAWASAN BANK Analisis Yuridis Independensi Ojk (Otoritas Jasa Keuangan) Dalam Upaya Pengawasan Bank.

0 5 12

Cover Tinjauan Yuridis Terhadap Perlindungan Nasabah Bank Setelah Adanya Otoritas Jasa Keuangan Dalam Perbankan (Studi Ojk Kantor Regional V Sumatera, Medan)

0 0 8

Abstract Tinjauan Yuridis Terhadap Perlindungan Nasabah Bank Setelah Adanya Otoritas Jasa Keuangan Dalam Perbankan (Studi Ojk Kantor Regional V Sumatera, Medan)

0 0 1

Chapter I Tinjauan Yuridis Terhadap Perlindungan Nasabah Bank Setelah Adanya Otoritas Jasa Keuangan Dalam Perbankan (Studi Ojk Kantor Regional V Sumatera, Medan)

0 0 13

Reference Tinjauan Yuridis Terhadap Perlindungan Nasabah Bank Setelah Adanya Otoritas Jasa Keuangan Dalam Perbankan (Studi Ojk Kantor Regional V Sumatera, Medan)

0 0 4

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BANK DAN NASABAH BANK A. Asas, Fungsi, dan Tujuan Perbankan 1. Asas Perbankan - Tinjauan Yuridis Terhadap Perlindungan Nasabah Bank Setelah Adanya Otoritas Jasa Keuangan Dalam Perbankan Studi Ojk Kantor Regional V Sumatera, Me

0 0 26

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Tinjauan Yuridis Terhadap Perlindungan Nasabah Bank Setelah Adanya Otoritas Jasa Keuangan Dalam Perbankan Studi Ojk Kantor Regional V Sumatera, Medan

0 0 13