dan Hari Minggu. Selain itu, untuk sarana olahraga hanya terdapat 1 unit lapangan bola voli saja.
Untuk kondisi jalan di Nagori Sait Buttu Saribu belum seluruhnya di aspal dan jalan menuju ke dalam desa sebagian besar masih berupa jalan tanah dan jalan
batuan. Jalan yang diaspal hanya sepanjang 2 Km saja.
4.2. Karakteristik Petani Sampel dan Pengolah di Daerah Penelitian
Sampel dalam penelitian ini adalah anggota Kelompok Tani Simalungun Jaya “SIMANJA” yang memproduksi dan mengolah buah kopi menjadi kopi Bubuk di
Nagori Sait Buttu Saribu Kecamatan Pamatang Sidamanik, Kabupaten Simalungun.
Karakteristik Petani sampel yang dimaksud adalah petani yang merupakan anggota Kelompok Tani SIMANJA yang melakukan pengolahan buah kopi dari
Kopi gelondongan merah Cherry Red sampai menghasilkan kopi Tanduk Kopi Biji. Dimana karakteristik tersebut meliputi umur, tingkat pendidikan dan lama
bertani kopi arabika. Karakteristik sampel petani dijelaskan pada Tabel 14.
Tabel 14. Karakteristik Petani sampel produsen di Desa Sait Buttu Saribu No
Karakteristik Satuan
Rata – rata Rentang
1. Umur
Tahun 45,25
29 – 57 2.
Pendidikan Tahun
11,75 9 – 12
3. Lama Bertani
Tahun 11,17
4 – 15 Sumber: Data diolah dari lampiran 5
Dari Tabel 14 dapat dilihat jumlah petani sampel memiliki rata – rata umur 45,25
tahun dengan Rentang umur 29 – 57 tahun. Artinya umur petani sampel bersifat produktif, sehingga dari segi fisik masih mampu mengerjakan pengolahan kopi
bubuk arabika dengan baik. Kemudian, lama pendidikan petani sampel memiliki
rata – rata 11, 75 tahun dengan rentang waktu 9 – 12 tahun. Sedangkan pengalaman bertani kopi arabika petani sampel memiliki rata – rata 11,17 tahun
dengan rentang waktu 4 – 15 tahun. Pengolah Kopi Bubuk Arabika dalam penelitian ini adalah kelompok tani
Simalungun Jaya SIMANJA, yang mengolah kopi biji menjadi kopi bubuk.
Tabel 15. Karakteristik Kelompok Tani Simanja Pengolah No
Karakteristik Satuan
Rata – Rata Rentang
1. Lama Usaha Pengolahan Tahun
4 4
2. Produksi
KgBulan 12
12 Sumber:Data diolah dari lampiran 6
Lama usaha Kelompok Tani SIMANJA dalam melakukan pengolahan kopi beras menjadi kopi bubuk selama 4 tahun. Rata – rata produksi perbulan adalah
sebanyak 12kgbulan.
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Sistem Produksi Usaha Pengolahan Kopi Bubuk Arabika 5.1.1. Pengolahan Kopi Arabika Menjadi Kopi Biji Kopi Tanduk
Dalam melakukan sistem produksi pengolahan kopi bubuk arabika, petani yang
merupakan anggota kelompok tani SIMANJA melakukan terlebih dahulu beberapa tahapan sebagai berikut:
-
Pemetikan Buah Merah Cherry Red
Para petani sampel di daerah penelitian memetik buah yang telah matang, yaitu buah yang telah memiliki kulit buah yang bewarna merah. Hal ini bertujuan untuk
memperoleh hasil yang bermutu tinggi. Tanaman kopi dapat di panen setiap 10 – 14 hari sekali atau dalam kurun waktu 2 kali panen dalam sebulan. Para petani di daerah
penelitian biasanya menggunakan wadah karung goni, atau ember kecil sebagai tempat buah kopi.
Bila tanaman kopi sudah cukup tinggi dan buah sudah tidak dapat dijangkau oleh tangan, biasanya para petani menggunakan bangku plastik, untuk membantu
menjangkau buah kopi tanpa merusak tajuk. Buah kopi dipetik satu persatu menggunakan tangan dan dimasukkan ke dalam karung goni atau ember kecil.
Kemudian setelah selesai pemetikan buah kopi dikumpulkan menjadi satu dalam karung goni. Setelah selesai, biasanya petani sampel ada yang menjual dalam
gelondongan merah Cherry red dengan harga Rp. 7.300,00 dan ada yang melakukan proses pengolahan selanjutnya untuk menghasilkan kopi biji Kopi biji berkulit
tanduk.
-
Sortasi Gelondong
Sortasi gelondong dilakukan dengan tujuan untuk memisahkan kopi merah yang berisi dan sehat dengan kopi hampa dan terserang bubuk. Caranya, buah kopi yang
telah dipanen dimasukkan ke dalam ember berukuran besar yang biasanya berbentuk tabung dan telah berisi air. Setelah itu buah kopi tersebut diaduk. Setelah diaduk,
gelondongan yang hampa dan terserang bubuk akan mengapung, sedangkan buah kopi yang berisi dan sehat akan tetap tenggelam. Selanjutnya, buah kopi yang berisi
dan sehat siap digiling dengan menggunakan mesin pengupas kulit buah. -
Pengiilingan Pengupasan Kulit Buah
Pengupasan kulit buah bertujuan untuk memisahkan biji dari kulit buah sehingga diperoleh biji kopi yang masih terbungkus kulit tanduk. Pengupasan kulit buah
menggunakan mesin pulper berjenis vis pulper, sehingga hasil yang diperoleh harus difermentasi dan dicuci lagi. Terkadang buah kopi yang keluar dari mesin pulper
kulitnya belum terkupas seluruhnya. Oleh karena itu, kulit buah yang belum terkupas harus digiling kembali. Setelah selesai, biji kopi dimasukkan ke dalam karung goni
dan selanjutnya dilakukan proses fermentasi. -
Fermentasi
Fermentasi bertujuan untuk membantu melepaskan lapisan lendir yang menyelimuti kopi yang keluar dari mesin pulper. Fermentasi biasanya dilakukan dengan dua cara
yaitu cara basah dan cara kering. Petani sampel di daerah penelitian melakukan dengan cara fermentasi kering. Yaitu dengan cara memasukkan biji kopi yang telah
digiling ke dalam goni, kemudian meletakkan di tempat teduh, dan membiarkan selam 1 malam atau ± 14 jam. Selanjutnya, dilakukan proses pencucian.
-
Pencucian
Pencucian bertujuan untuk menghilangkan seluruh lapisan lendir dan kotoran lainnya yang masih tertinggal setelah difermentasi. Petani sampel di daerah penelitian
melakukan pencucian dengan cara sederhana yaitu dengan memasukkan kopi ke dalam ember yang berisi air. Pencucian dilakukan sampai berulang kali sampai lendir
hilang lalu ditiriskan. Kemudian melakukan proses penjemuran. -
Penjemuran
Para petani sampel di daerah penelitian melakukan penelitian dengan cara alami, yaitu dengan memanfaatkan sinar matahari. Penjemuran dilakukan dengan cara
menjemur kopi di lantai dengan beralaskan tikar penjemur. Penjemuran pada tanah harus beralaskan tikar penjemur. Karena, penjemuran secara langsung di atas tanah
akan menyebabkan kopi menjadi kotor dan terserang cendawan. Hamparan kopi sebaiknya tidak terlalu tebal dan harus dibolak balik menggunakan alat yang
menyerupai garpu. Penjemuran harus dilakukan dengan semprna dan benar – benar kering untuk
memperoleh hasil yang sempurna. Pengeringan yang tidak sempurna dapat mengakibatkan biji bewarna cokelat, berjamur dan berbau apek. Waktu penjemuran
tergantung pada sinar matahari. Biasanya jika sinar matahari terik, penjemuran hanya berlangsung ± 6 – 8 jam. Jika musin hujan penjemuran dapat berlangsung berhari –
hari. Setelah benar – benar kering kopi biji kopi tanduk siap dijual dengan harga Rp. 21.000 atau akan diolah menjadi kopi bubuk.
5.1.2. Pengolahan Kopi Biji Kopi Tanduk menjadi Kopi Bubuk Arabika
Tahapan selanjutnya adalah proses Pengolahan Kopi biji menjadi kopi bubuk arabika. Proses dikerjakan oleh Anggota Kelompok Tani SIMANJA dikerjakan dengan secara
berkelompok dan masing – masing anggota telah memiliki tugas. Pengolahan yang dilakukan oleh kelompok tani ini masih sederhana. Adapun tahapan proses yang
dilakukan adalah:
-
Pengupasan Kulit Ari Kulit Tanduk
Pemisahan ini bertujuan untuk memisahkan biji kopi yang sudah kering dari kulit tanduk dan kulit ari. Untuk tahap ini, para anggota kelompok tani tidak menggunakan
mesin. Mereka mengerjakan secara manual dengan cara menumbuk dengan menggunakan alu. Dengan melakukan tahap ini, maka dihasilkan kopi beras.
-
Sortasi Biji Cacat
Tahap ini dilakukan dengan tujuan untuk membersihkan kopi dari kopi berkulit tanduk, dan kotoran – kotoran seperti pasir, kerikil, ataupun kotoran – kotoran
lainnya. -
Penyangraian
Penyangraian bertujuan untuk mendapatkan biji kopi yang bewarna cokelat kehitam – hitaman. Penyangraian yang dilakukan oleh Anggota Kelompok Tani SIMANJA
secara sederhana dengan menggunakan kuali wajan, dengan cara sebagai berikut: 1.
Wajan yang akan digunakan harus dipanasi terlebih dahulu, setelah wajan cukup panas, selanjutnya masukkan kopi beras. Selama proses penyangraian, kopi harus
secara terus menerus diaduk agar panas nya merata dan warna kopi yang dihasilkan seragam secara keseluruhan.
2. Bila warna kopi sudah mulai cokelat kehitam – hitaman dan mudah pecah, kopi
sudah bisa diangkat. Kemudian, kopi di dinginkan dan dihamparkan pada sebuah tampi, dan dibiarkan sampai kopi benar – benar dingin ± 12 jam.
-
Penggilingan Pertama
Penggilingan kopi yang dilakukan oleh anggota kelompok tani simanja, menggunakan mesin penggiling kopi Grinder. Mesin ini sudah dilengkapi alat
pengatur ukuran partikel kopi sehingga ukuran bubuk kopi seragam.
-
Penggilingan Kedua
Penggilingan kopi yang kedua bertujuan agar bubuk kopi yang dihasilkan lebih halus secara sempurna.
-
Pengayakan
Pengayakan kopi dilakukan untuk menyaring kopi bubuk yang telah digiling oleh mesin. Bubuk kopi yang tidak lolos dari pengayakan, dikumpulkan dan digiling
kembali, agar bubuk kopi lebih halus. -
Pengemasan
Pengemasan dilakukan dengan tujuan agar kopi tidak mengalami perubahan aroma sehingga mengurangi citra rasa kopi. Pengemasan yang dilakukan oleh Kelompok
Tani yaitu melakukan pengepakan yang terlebih dahulu dikemas dalam plastik kemudikan dipak dalam kotak yang telah bermerek. Selanjutnya, kopi yang sudah
dikemas di pasarkan sesuai dengan pemesanan atau ke konsumen langsung. Berdasarkan penjelasan diatas, telah diketahui bagaimana sistem pengolahan kopi bubuk
arabika di daerah penelitian. Dengan demikian, hipotesis 1 pengolahan kopi bubuk arabika di daerah penelitian masih sederhana dapat diterima.
5.2. Nilai Tambah Hasil Pengolahan Kopi Bubuk