-
Penggilingan Kedua
Penggilingan kopi yang kedua bertujuan agar bubuk kopi yang dihasilkan lebih halus secara sempurna.
-
Pengayakan
Pengayakan kopi dilakukan untuk menyaring kopi bubuk yang telah digiling oleh mesin. Bubuk kopi yang tidak lolos dari pengayakan, dikumpulkan dan digiling
kembali, agar bubuk kopi lebih halus. -
Pengemasan
Pengemasan dilakukan dengan tujuan agar kopi tidak mengalami perubahan aroma sehingga mengurangi citra rasa kopi. Pengemasan yang dilakukan oleh Kelompok
Tani yaitu melakukan pengepakan yang terlebih dahulu dikemas dalam plastik kemudikan dipak dalam kotak yang telah bermerek. Selanjutnya, kopi yang sudah
dikemas di pasarkan sesuai dengan pemesanan atau ke konsumen langsung. Berdasarkan penjelasan diatas, telah diketahui bagaimana sistem pengolahan kopi bubuk
arabika di daerah penelitian. Dengan demikian, hipotesis 1 pengolahan kopi bubuk arabika di daerah penelitian masih sederhana dapat diterima.
5.2. Nilai Tambah Hasil Pengolahan Kopi Bubuk
Nilai tambah yang diukur adalah nilai tambah yang dihasilkan dari pengolahan kopi biji kopi tanduk menjadi kopi bubuk. Jenis kopi yang diolah adalah kopi Arabica. Adapun
metode analisis yang digunakan untuk mengetahui nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan kopi biji menjadi kopi bubuk adalah Metode Hayami. Analisis Nilai tambah
berguna untuk mengetahui distribusi nilai tambah yang diperoleh dari proses pengolahan kopi biji menjadi kopi bubuk. Komponen utama perhitungan nilai tambah adalah bahan
baku, output, input, penggunaan Tenaga Kerja dan sumbangan input lain.
Pengadaan Bahan Baku dan Bahan Penolong
Kegiatan pengadaan bahan baku merupakan kegiatan penting yang dapat mempengaruhi produksi suatu usaha. Bahan baku utama yang digunakan dalam proses pembuatan kopi
bubuk adalah kopi biji yang masih berlapis kulit tanduk. Bahan baku ini dibeli langsung dari anggota kelompok tani dengan alasan untuk mensejahterahkan anggota kelompok
tani. Secara rinci, kebutuhan bahan baku akan dijelaskan pada Tabel 16.
Tabel 16. Biaya Bahan Baku Dalam Satu Kali Produksi No
Uraian kebutuhan
Minggu Bulan
1 Frekuensi pembuatan kopi bubuk
1 4
2 Kebutuhan Bahan Baku Kg
3 12
3 Biaya Bahan Baku Kopi Biji3kg
- Harga bahan baku RpKg
Rp. 63.000 Rp. 21.000
Rp. 252.000 Rp. 21.000
Sumber: Data diolah dari lampiran 7, 2014 Dalam pengolahan kopi bubuk juga diperlukan bahan penunjang, seperti: kemasan kotak,
plastic, Isolasi, Gas, Listrik, dan Air. Secara rinci dapat dijelaskan pada Tabel 17:
Tabel 17. Bahan Penunjang Yang Digunakan Dalam Satu Kali Produksi No
Uraian Volume
Harga Satuan Biaya
Minggu Bulan
Minggu Bulan
1 Kemasan Kotak 12 Pc
48 Pc
Rp. 1.400Pc Rp. 16.800
Rp. 67.200
2 Plastik
0,05 Kg 0,2 Kg
Rp. 29.000Kg Rp. 1.450
Rp. 5.800
3 Isolasi
1 Rol 1 Rol
Rp. 600 Rp. 600
Rp. 600
4 Gas
Rp. 22.000Bulan Rp. 5.500 Rp. 22.000
5 Listrik
Rp. 20.000Bulan Rp. 5.000 Rp. 20.000
6 Air
Rp. 5.000Bulan Rp. 1.250 Rp. 5.000
Total Rp.
30.600 Rp.
120.600
Sumber: Data diolah dari Lampiran dari lampiran 8, 2014 Dari Tabel 16 dan Tabel 17 diketahui bahwa penggunaan bahan baku dalam satu kali
proses produksi atau dalam satu minggu membutuhkan volume bahan baku sebanyak 3Kg dengan biaya Rp. 63.000. Biaya Bahan penunjang sebesar Rp.30.600. Sedangkan untuk
satu bulan, membutuhkan volume bahan baku sebanyak 12Kg dengan biaya Rp. 252.000 dan Biaya bahan penunjang sebesar Rp. 120.600.
Penggunaan Modal Investasi
Ketersediaan modal yang mencukupi dalam menjalankan suatu usaha, sangat diperlukan demi keberlangsungan usaha yang dijalankan. Umumnya, Kelompok Tani Simalungun
Jaya di daerah penelitian telah 4 tahun menjalankan usahanya. Dengan pendapatan yang dihasilkan sedikit demi sedikit digunakan untuk melengkapi alat dan mesin produksi serta
mengembangkan usahanya. Secara rinci, modal rata – rata investasi pengolahan kopi bubuk arabika di daerah penelitian, dijelaskan pada Tabel 18.
Tabel 18. Penggunaan Modal Investasi Pengolahan Kopi Bubuk arabika di Daerah Penelitian
No Uraian
Jumlah Unit
Harga Satuan Rp
Total Harga Rp
Sumber
1. Wajan Penggoreng
2 300.000
600.000 Beli sendiri 2.
Baskom 5
10.000 50.000
Beli sendiri
3. Tampi
5 12.000
60.000
Beli sendiri
4. Pengayakan
3 5.000
15.000
Beli sendiri
5. Sendok
6 5.000
30.000
Beli sendiri
6. Timbangan
1 95.000
95.000
Beli sendiri
7. Mesin Perekat
1 225.000
225.000
Beli sendiri
8. Mesin Grinder
1 15.500.000
15.500.000 Bantuan Pemerintah
9. Gudang
penyimpanan kopi 1
12.000.000 12.000.000 Milik Anggota
Total 28.152.000
28.575.000
Sumber:Analisis Data Primer Lampiran 10, 2014 Dari Tabel 18. dapat di lihat bahwa modal awal yang dibutuhkan untuk investasi dalam
membeli peralatan dan kebutuhan awal pada usaha pengolahan kopi bubuk arabika sebesar Rp. 28.575.000. Namun, Kelompok Tani ini mendapat keringanan biaya dari
Bantuan pemerintah berupa mesin grinder senilai Rp. 15.500.000 dan pinjaman gudang pengolahan kopi secara suka rela senilai Rp. 12.000.000. Sehingga modal investasi yang
dikeluarkan sebesar Rp. 1.075.000.
Penggunaan Tenaga Kerja
Tenaga Kerja dalam pengolahan kopi bubuk arabika di daerah penelitian sangat diperlukan untuk mengerjakan berbagai kegiatan produksi seperti: penyortiran,
peredangan, penggilingan, pengayakan, dan pengemasan.
Tabel 19. Tenaga Kerja dalam Pengolahan Kopi Bubuk Dalam Satu Kali Produksi di Daerah Penelitian
No Uraian
Jumlah
1. Jumlah Tenaga Kerja
12 Orang 2.
HOK Untuk satu kali produksi 1,98
3. Upah Tenaga Kerja RpHari Kerja
Rp. 40.000 Sumber: data diolah dari lampiran, lampiran 11, 2014
Dari Tabel 19 dapat dijelaskan bahwa jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk 1 kali produksi sebanyak 12 orang dengan total 1,98 HOK dalam satu kali produksi. Upah
tenaga kerja per hari kerja sebesar Rp. 40.000. Dalam proses pengolahan kopi bubuk arabika di daerah penelitian, sumber tenaga kerja yang digunakan berasal dari anggota
kelompok tani simanja. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa ketersedian tenaga kerja di daerah penelitian cukup tersedia
Perhitungan Nilai tambah yang dihasilkan dari pengolahan kopi bubuk arabika dihitung dengan menggunakan metode hayami. Perhitungan nilai tambah dilakukan dengan
melihat berbagai komponen yang mempengaruhi dalam perhitungan, antara lain bahan baku penunjang sumbangan input lain, dan harga bahan baku. Selain nilai tambah,
model perhitungan hayami juga menganalisis pendapatan tenaga kerja, keuntungan pengusaha, serta dapat melihat margin yang diperoleh dari pengolahan kopi bubuk
tersebut. Secara rinci, perhitungan nilai tambah dengan menggunakan metode hayami berdasarkan data yang diperoleh dari lapangan dapat dilihat pada Tabel 20.
Tabel 20. Analisis Nilai Tambah Pengolahan Kopi Bubuk Arabika Variabel
Nilai Keterangan
I. Keluaran out put masukan input dan
harga
15.
Out putproduk total kgproses produksi 2,4 A
16.
Input bahan baku kgproses produksi 3
B
17.
Input tenaga kerja Hokproses produksi 1,98
C
18.
Faktor konversi kg out putkg bahan baku
0,8 D = AB
19.
Koefisien tenaga kerja Hokkg bahan baku
0,66 E = CB
20.
Harga out put RpKg 125.000
F
21.
Upah rata – rata tenaga kerja Rpproses produksi
40.000 G
II. Pendapatan dan keuntungan
22.
Harga input bahan baku RpKg 63.000
H
23.
Sumbangan input lain RpKg 30.600
I
24.
Nilai out put RpKg 300.000
J
25.
Nilai tambah RpKg 206.400
K = J – H – I
• Rasio nilai tambah
68,8 L = KJ100
26.
Pendapatan tenaga kerja RpKg 26.400
M=EG
• Pangsa Tenaga Kerja
12,8 N=MK100
27.
Keuntungan RpKg 179.600
O=K – M
• Tingkat keuntungan
60 P= OJ100
III. Balas jasa untuk faktor produksi
28.
Marjin RpKg 237.000
Q= J – H
• Pendapatan Tenaga kerja
11 R=MQ100
• Sumbangan input lain
14 S=IQ100
• Keuntungan Pengusaha
75 T=OQ100
Sumber: Diolah dari Lampiran 7,8,9,11, 2014 Penjelasan mengenai perhitungan yang terdapat pada Tabel 20 dapat dijelaskan sebagai
berikut: Rata – rata jumlah out put yang dihasilkan adalah sebesar 2,4Kg kopi bubuk, dengan
mengolah bahan baku kopi biji sebanyak 3Kg. Sehingga faktor konversi yang di dapat adalah sebanyak 0,8. Nilai konversi ini menunjukkan bahwa setiap pengolahan kopi biji
1Kg akan menghasilkan kopi bubuk sebanyak 0,8Kg. Rata – rata tenaga kerja yang
digunakan adalah 1,98 HOK, sehingga koefisien tenaga kerja yang digunakan untuk memproduksi 3Kg kopi biji adalah sebesar 0,66 HOK.
Nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan 3kg kopi biji menjadi kopi bubuk arabika adalah Rp. 206.400kg. Nilai tambah ini diperoleh dari pengurangan nilai produk dengan
harga bahan baku dan nilai input lain. Nilai tambah yang diperoleh masih merupakan nilai tambah kotor, karena belum dikurangi dengan imbalan tenaga kerja. Rasio nilai
tambah merupakan perbandingan antara nilai tambah dengan nilai produk. Rasio nilai tambah yang diperoleh adalah 68,8. Hal ini berarti, dalam pengolahan kopi biji menjadi
kopi bubuk memberikan nilai tambah sebesar 68,8 dari nilai produk. Imbalan tenaga kerja pengolahan kopi bubuk arabika di daerah penelitian diperoleh dari
perkalian koefisien tenaga kerja dengan upah rata – rata tenaga kerja yaitu sebesar Rp. 40.000,-. Pendapatan tenaga kerja diperoleh dari koefisien tenaga kerja dikalikan dengan
upah tenaga kerja sebesar Rp. 26.400,-. Persentase imbalan tenaga kerja terhadap nilai tambah adalah 12,8. Imbalan terhadap modal dan keuntungan diperoleh dari
pengurangan nilai tambah dengan imbalan tenaga kerja. Besar keuntungan adalah sebesar Rp.179.600 atau tingkat keuntungan sebesar 60 dari nilai produk. Keuntungan ini
menunjukkan keuntungan total yang diperoleh dari setiap pengolahan kopi biji arabika menjadi kopi bubuk arabika.
Hasil analisis nilai tambah juga menunjukkan margin dari bahan baku kopi biji arabika menjadi kopi bubuk arabika yang di distribusikan kepada imbalan tenaga kerja,
sumbangan input lain, dan keuntungan perusahaan. Margin ini merupakan selisih antara nilai produk dengan harga bahan baku kopi biji per kilogram tiap pengolahan 3kg kopi
biji menjadi kopi bubuk diperoleh margin sebesar Rp.237.000,- yang di distribusikan untuk masing – masing faktor tenaga kerja yaitu pendapatan tenaga kerja 11,
sumbangan input lain 14 dan keuntungan perusahaan 75.
Dengan demikian, hipotesis 2 ada nilai tambah yang dihasilkan dari produk olahan kopi bubuk arabika di daerah penelitian di terima.
5.3. Analisis Faktor Internal Kekuatan dan Kelemahan dan Faktor Eksternal Peluang dan Ancaman Pada Usaha Home Industri Pengolahan Kopi bubuk
Arabika di Daerah Penelitian
Berdasarkan peninjauan ke lapangan dan sesuai dengan beberapa metode yang digunakan, untuk mengetahui faktor internal Kekuatan dan Kelemahan dan faktor
eksternal Peluang dan Ancaman pada usaha pengolahan kopi bubuk arabika. Tahap pertama yang dilakukan adalah “Tahap Pengumpulan Data”. Melalui tahap ini maka
diketahui faktor internal dan eksternal sebagai berikut:
a. Beberapa Kekuatan Pada Usaha Pengolahan Kopi Bubuk Arabika di Daerah