tempat terbuka akan kehilangan aroma dan berbau tengik selama 2 – 3 minggu. Kehilangan aroma ini disebabkan oleh menguapnya zat caffeol yang beraroma
khas kopi. Sementara ketengikan disebabkan oleh reaksi antara lemak yang terdapat dalam kopi dengan oksigen di udara. Untuk menghindari penurunan mutu
kopi yang telah direndang selama penyimpanan, sebaiknya kopi disimpan sebelum digiling. Kopi yang sudah digiling sebaiknya segera disimpan dan dipak
dengan lapisan kedap udara misalnya plastic atau aluminium foil. Di pabrik modern, bisanya kopi bubuk dikemas dalam kemasan atau kaleng hampa udara
sehingga kopi tahan disimpan Najiyati dkk, 2008.
2.2. Landasan Teori Defenisi Nilai Tambah
Menurut Hayami et al. 1987 dalam buku Armand Sudiyono 2004, nilai tambah dapat dilihat dari dua aspek yaitu nilai tambah untuk pengolahan dan nilai tambah
untuk pemasaran. Faktor – faktor yang mempengaruhi nilai tambah untuk pengolahan dapat dikategorikan menjadi dua yaitu faktor teknis dan faktor pasar.
Faktor teknis yang berpengaruh adalah kapasitas produksi, jumlah bahan baku yang digunakan dan tenaga kerja. Sedangkan faktor pasar yang berpengaruh
adalah harga output, upah tenaga kerja, harga bahan baku, dan nilai input lainnya, selain bahan bakar dan tenaga kerja.
Besarnya nilai tambah karena proses pengolahan didapat dari pengurangan biaya bahan baku dan input lainnya terhadap nilai produk yang dihasilkan, tidak
termasuk tenaga kerja. Dengan kata lain nilai tambah menggambarkan imbalan
bagi tenaga kerja, modal dan manajemen yang dapat dinyatakan secara matematik sebagai berikut:
Nilai Tambah = f K,B,T,U,H,h,L
Dimana: K = Kapasitas Produksi
B = Bahan baku yang digunakan T = Tenaga kerja yang digunakan
U = Upah tenaga kerja H = Harga output
h = harga bahan baku L= Nilai input lain nilai dan semua korbanan yang terjadi selama proses
perlakuan untuk menambah nilai Sudiyono, 2004.
Nilai tambah value added adalah pertambahan nilai suatu komoditas karena mengalami proses pengolahan, pengangkutan, ataupun penyimpanan dalam suatu
produksi. Dalam proses pengolahan nilai tambah dapat didefenisikan sebagai selisih antara nilai produk dengan nilai biaya bahan baku dan input lainnya. Tidak
termasuk tenaga kerja Anonimous
a
, 2014.
Menurut Yodhy Purwoko Jati, 2006, dalam penelitiannya, menganalisis besarnya nilai tambah yang dihasilkan dari proses pengolahan kopi bubuk arabika.
Kemudian menganalisis faktor internal dan eksternal yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang, ancaman yang dihadapi kelompok tani tersebut. Untuk
mengetahui besarnya nilai tambah yang dihasilkan dari pengolahan kopi,
digunakan dengan metode hayami. Perhitungan nilai tambah didasarkan pada satu satuan bahan baku Kg dengan variabel terkait, meliputi: 1. Faktor konversi; 2.
Koefisien Tenaga kerja; 3. Nilai Produk. Berdasarkan perhitungan nilai tambah, pada bulan desember 2006, nilai tambah
kotor yang dihasilkan sebesar Rp. 8.800;00Kg dengan rasio nilai tambah sebesar 41,89 dari nilai produk. Imbalan tenaga kerja sebesar Rp. 1.600;00. Hal ini
berarti bahwa 17,97 dari nilai tambah pemasaran merupakan imbalan yang diterima tenaga kerja sedangkan nilai tambah bersih sudah dikurangi dengan
imbalan tenaga kerja sebesar Rp. 7.200;00 atau 34,32 dari harga jual yang merupakan keuntungan yang diperoleh kelompok tani.
Agroindustri
Agroindustri adalah pengolahan hasil pertanian dan karena itu agroindustri merupakan bagian dari enam subsistem agribisnis yang disepakati selama ini yaitu
subsistem penyediaan sarana produksi dan peralatan, usaha tani, pengolahan hasi agroindustri, pemasaran, sarana, dan pembinaan Soekartawi, 2000.
Produksi komoditas pertanian On –Farm
Produksi pertanian on-farm merupakan fokus pertama yang akan mempengaruhi proses selanjutnya hingga menghasilkan output. Produksi dapat dinyatakan
sebagai perangkat prosedur dan kegiatan yang terjadi dalam penciptaan komoditas berupa kegiatan usaha tani maupun usaha lainnya. Jadi, produksi komoditas
pertanian merupakan hasil proses dari lahan pertanian dalam arti luas berupa
komoditas pertanian pangan, holtikultura, perkebunan, perikanan, peternakan, dan kehutanan ABD. Rahim dkk, 2008.
Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Komoditas Pertanian
Beberapa faktor yang mempengaruhi produksi pertanian dijelaskan sebagai berikut:
1. Lahan Pertanian
Lahan pertanian merupakan penentu dari pengaruh faktor produksi komoditas pertanian. Secara umum dikatakan, semakin luas lahan yang
digarapditanami, semakin besar jumlah produksi yang dihasilkan oleh lahan tersebut.
2. Tenaga Kerja
Tenaga kerja dalam hal ini petani merupakan faktor penting dan perlu diperhitungkan dalam proses produksi komoditas pertanian. Tenaga kerja
harus mempunyai kualitas berfikir yang maju seperti petani yang mampu mengadopsi inovasi – inovasi baru, terutama dalam menggunakan teknologi
untuk pencapaian komoditas yang bagus sehingga nilai jual tinggi. 3.
Modal Setiap kegiatan dalam mencapai tujuan membutuhkan modal apalagi kegiatan
proses produksi komoditas pertanian. Dalam kegiatan proses tersebut modal dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu modal tetap fixed cost dan modal
tidak tetap variabel cost. Modal tetap terdiri atas tanah, bangunan, mesin, dan peralatan pertanian dimana biaya yang dikeluarkan dalam proses
produksi tidak habis dalam sekali produksi, sedangkan modal tidak tetap
terdiri dari benih, pupuk, pestisida, dan upah yang dibayarkan kepada tenaga kerja.
4. Teknologi
Penggunaan teknologi dapat menciptakan rekayasa perlakuan terhadap tanaman dan dapat mencapai tingkat efisiensi yang tinggi.
5. Manajemen
Dalam usahatani modern, peranan manajemen menjadi sangat penting dalam mengelola produksi komoditas pertanian, mulai dari perencanaan planning,
pengorganisasian organizing, pengendalian controlling, dan evaluasi evaluation.
Usahatani kooperatif
Usahatani kooperatif merupakan usahatani yang dikelola secara kelompok dan tidak seluruh faktor produksi dikuasai oleh kelompok, hanya kegiatan yang
dilakukan bersama – sama. Misalnya, setiap individu petani mempunyai faktor produksai dalam kelompok dan pekerjaannya dilakukan bersama – sama
pemberian pupuk, pemberantasan hama penyakit, dan sebagainya ABD. Rahim dkk, 2008.
2.3. Manajemen Strategi