10
Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan
Tahap kedua, dari setiap desakelurahan terpilih, dipilih sejumlah usaha konstruksi perorangan dari hasil pendaftaran usaha konstruksi
perorangan didesakelurahan terpilih secara linear systematic sampling.
Pemilihan sampel desa dilakukan di BPS, sedangkan pemilihan sampel usaha dilakukan di BPS KabupatenKota.
Jumlah sampeldesakelurahan dan usaha
Banyaknya sampel desakelurahanSKP14 adalah 1.200 desakelurahan, dan 12.000 usaha konstruksi perorangan. Alokasi jumlah sampel desakelurahan
per kabupatenkota dilakukan secara proporsional berdasarkan banyaknya desakelurahan yang terdapat usaha konstruksi perorangan per kabupatenkota
terhadap total usaha konstruksi perorangan di kabupatenkota terpilih.
2.4. Metode Identifikasi Responden
Identifikasi responden dilakukan dengan Daftar SKP14-P. Identifikasi ini dilakukan untuk memperoleh data populasi usahabadan usaha konstruksi
baik yang berbadan usaha maupun perorangan di setiap desa terpilih yang
selanjutnya digunakan sebagai kerangka sampel untuk pemilihan sampel usaha. Petugas harus melakukan identifikasi adanya usaha konstruksi di setiap desa
secara optimal. Pengumpulan data pada pelaksanaan
SKP14 dilakukan dengan
kunjungan dan wawancara langsung dengan responden. Sedang penentuan responden
melalui proses
identifikasi rumahtanggausaha
konstruksi
perorangan Daftar SKP14-P dan snowballing.
Metode identifikasi responden SKP14
dilakukan dengan cara snowballing. Pendataan dengan snowballing atau getok tular adalah pendataan
semua usaha konstruksi baik berbadan hukum maupunperoranganberdasarkan
Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan
11
informasi dari berbagai narasumber termasuk pengusaha yang dikunjungi oleh pencacah. Metode ini dilakukan dalam suatu wilayah desakelurahan usaha
konstruksi. Pengidentifikasian dimulai dengan mengkonfirmasi keberadaan pengusahabadan usaha konstruksi yang tercantum pada Daftar SKP14-P kepada
Ketua atau pengurusSatuan Lingkungan Setempat SLS, seperti Ketua RukunTetanggaDusunLingkunganJorong,
maupun tokoh
masyarakat setempat.
Hasil konfirmasi dari narasumber ini adalah identifikasi pengusahabadan usaha konstruksi, yang selanjutnya harus dikunjungi oleh
pencacah. Apapun hasil kunjungan pada pengusahabadan usaha tersebut, pencacah harus melakukan proses snowballing, yaitu dengan menanyakan
kepada pengusahabadan usaha konstruksi tersebut apakah ada pengusahabadan usaha konstruksi yang lain yang berada dalam desakelurahan tersebut.Informasi
yang diperoleh dari narasumber tersebut dicantumkan pada Daftar SKP14-P .
2.5. Alokasi Sampel Usaha
a. Alokasi sampel usaha per bidang pekerjaan utama
Dari populasi usaha menurut bidang pekerjaan utama, seluruh usaha konstruksi sipil dan khusus dipilih sebagai sampel take all, sedangkan sampel
usaha konstruksi gedungdiperoleh dari pengurangan target sampel usaha dengan sampel usaha sipil dan khusus. Penghitungan alokasi sampel usaha menurut
bidang pekerjaan utama untuk setiap kabupatenkota dilakukan di BPS KabupatenKota.
= =
− =
∑
=
3 ,
2 ;
1 ;
3 2
j N
j n
n n
ij j
ij i
ij
dengan:
12
Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan
n
ij
: Jumlah sampel usaha konstruksi perorangan di kabupateni,bidang pekerjaan utama j 1 = gedung, 2 = sipil, 3 = khusus,
n
i
: Jumlah sampel usaha konstruksi perorangan di kabupaten i, N
ij
: Populasi usaha konstruksi perorangan di kabupaten i, bidang pekerjaan utamaj.
Contoh: Dari rekapitulasi usaha konstruksi perorangan menurut bidang pekerjaan utama
hasil pemutakhiran dengan Daftar SKP14-P di suatu kabupaten, diperoleh 449
usaha yang bidang pekerjaan utamanya gedung, 3usaha konstruksi sipil, dan 35 usaha konstruksi khusus. Diketahui target sampel usaha untuk kabupaten
tersebut diketahui sebanyak 80 usaha. Alokasikan menurut bidang pekerjaan utamadilakukan sebagai berikut:
Bidang pekerjaan utama Jumlah
Gedung Sipil
khusus
1 2
3 4
5
Populasi 449
3 35
487 Sampel
42 3
35 80
b.
Alokasi sampel usaha per desa
Penghitungan alokasi sampel usaha pada masing-masing bidang pekerjaan utama untuk setiap desa dilakukan oleh BPS KabupatenKota setelah
pemutakhiran seluruh usaha konstruksi perorangan selesai dilakukan dalam satu kabupaten. Jumlah sampel usaha konstruksi perorangan per bidang kegiatan
utama pada setiap desa terpilih dihitung dengan rumus power allocation dengan α = 0,5 , yaitu:
Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan
13
ij K
k ijk
ijk ij
K k
ijk ijk
ijk
n N
N n
N N
n ×
= ×
=
∑ ∑
= =
1 1
α α
,
dengan: n
ijk
: Jumlah sampel usaha konstruksi perorangan di kabupaten i, bidang
kegiatan utama j, desa k, n
ij
: Target sampel usaha konstruksi perorangan di kabupaten i, bidang
kegiatan utama j, N
ijk
: Jumlahpopulasi usaha konstruksi peroranganhasil pemutakhiran di
kabupaten i, bidang kegiatan utama j, desa k. Contoh:
Dari hasil pemutakhiran usaha konstruksi pada desa terpilih di suatu kabupaten diperoleh populasi usaha konstruksi dengan bidang pekerjaan utama konstruksi
gedung seperti pada tabel berikut pada kolom 2. Bila target sampel usaha
bidang pekerjaan utama konstruksi gedung sebesar 42, maka alokasi jumlah sampel untuk setiap desa dapat dihitung sebagai berikut:
Tabel. Rekapitulasi populasi usaha konstruksi bidang pekerjaan utama gedung per desa
Provinsi: … KabupatenKota: …
Desa Populasi usaha konstruksi perorangan bidang kegiatan
utama konstruksi gedung Hasil pemutakhiran
Jumlah sampel
1 2
3
1 103
10 2
78 9
3 95
10 4
173 13
Jumlah 449
42
engisian Daf tar SKP14-DS
14
Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan
2.6.Penarikan Sampel Usaha
Penarikan atau pengambilan sampel usaha dilakukan setelah pemutakhiran usaha konstruksi dalam satu desakelurahan selesai dilakukan dan
target sampel per BPU sudah diperoleh dari BPS KabupatenKota.Tugas penarikan atau pengambilan sampel usaha konstruksi perorangan dalam satu
desakelurahan dilakukan oleh pengawas. Keterangan pengambilan sampel usaha terdapat pada Daftar SKP14-P Blok VI.Tahapan pengambilan sampel
usaha dijelaskan sebagai berikut: - Periksa apakah pemberian tanda cek
√ pada Blok V Kolom 13 s.d.Kolom
15 sudah benar yaitu terisi hanya jika isian Kolom 10 berkode ‘1’ atau ‘9’. Cek pula apakah benar setiap baris yang sesuai hanya ada satu tanda
cek. - Periksa apakah pemberian nomor urut disamping kanan tanda cek pada
Kolom 13 s.d.Kolom 15 sudah benar, yaitu berurutan mulai nomor 1 pada Kolom 13 halaman pertama Blok V yang terisi sampai halaman
terakhir, kemudian dilanjutkan ke Kolom 14 halaman pertama Blok V yang terisi sampai halaman terakhir, dan nomor halaman pertama pada
Kolom 15 sampai halaman terakhir yang terisi. Jika ditemui ada kesalahan, perbaiki kesalahannya lebih dahulu sebelum melakukan pemilihan sampel.
- Contoh : Untuk Kolom 13 halaman pertama hingga halaman terakhir,
pemberian nomor dimulai dari : √
1
, √
2
, √
3
, √
4
, .... √
27
. Kemudian lanjutkan pemberian nomor pada Kolom 14 halaman pertama hingga halaman
terakhir dimulai dengan nomor √
1
, √
2
, √
3
, .... √
11
. Selanjutnya pemberian nomor untuk Kolom 15 halaman pertama hingga halaman terakhir
dengan nomor √
1
, √
2
, √
3
, .... √
7
. Contoh pemberian nomor urut Daftar SKP14-P Blok V Kolom 13 s.d. Kolom 15 halaman 1 s.d. terakhir:
-
Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan
15 Halaman 1 dari 5 halaman
1 Gedung 2 Sipil
3 Khusus
13 14
15
√
1
√
1
√
1
√
2
Halaman 2 dari 5 halaman
1 Gedung 2 Sipil
3 Khusus
13 14
15
√
3
√
2
√
2
. .
. .
. .
16
Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan
Halaman 5 dari 5 halaman
1 Gedung 2 Sipil
3 Khusus
13 14
15
√
27
√
11
√
7
- Hitung interval penarikan sampel per desakelurahanj per BPU k I
jk
untuk pemilihan usaha dengan cara:
gedung BPU
ahan desakelur
per sampel
Banyaknya gedung
BPU ahan
desakelur per
usaha Banyaknya
I
j
= j
j j
n m
I =
Interval sampel dihitung sampai dua angka dibelakang koma. - Gunakan angka random AR yang tertera pada Daftar SKP14-P Blok I
Rincian 6, untuk mendapatkan nomor urut sampel rumahtanggausaha pertama R
1
BPU gedungdengan rumus berikut:
j
I AR
R ×
=
1
- Angka random yang tercantum pada Daftar SKP14-P Blok I Rincian 6 adalah angka yang dibangkitkandengan program sedemikian sehingga
mengikuti distribusi Uniform dengan nilai antara 0 s.d. 1. - Untuk desa pengganti yang terpilih, bila isian AR pada SKP14-P kosong
atau belum tercetak maka AR-nya mengikuti AR dari desa yang digantikan sebelumnya.
- Catatan: apabila R
1
1, maka R
1
nya adalah 1
Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan
17
- Selanjutnya gunakan interval sampel per desakelurahan BPU gedung I
j
untuk menentukan angka random pemilihan sampel rumahtanggausaha berikutnya, yaitu R
2
, R
3
, ......., R
nj
sebagai berikut: R
2
= R
1
+ I
j
R
3
= R
2
+ I
j
. .
. R
nj
= R
nj-1
+ I
j
- Nomor urut rumahtanggausahaterpilih adalah yang memiliki nomor urut tanda cek yang sesuai dengan R
1
, …, R
nj
dengan membulatkan hasil perhitungan sampai 0 angka dibelakang koma.
- Lingkari nomor urut pada salah satu tanda cek √
Kolom 13 s.d. Kolom15 yang sesuai dengan R
1
, …, R
nj
. - Lingkari
pula Nomor
Blok Sensus
Kolom 1,
Nomor Urut
rumahtanggausaha Kolom 2 dan Nomor Urut UsahaNUU Kolom 11 yang berada sebaris dengan nomor urut pada salah satu Kolom 13 s.d.
Kolom 15 yang dilingkari. - Salin seluruh sampel rumahtanggausaha tersebut ke Daftar SKP14-DS.
2.7. Penarikan Sampel Pengganti
Bila ada calon responden yang tidak berhasil dicacah dengan dokumen SKP14-S, maka wajib ada sampel pengganti dari desa yang sama sampai jumlah
target pencacahan Daftar SKP14-DS Blok II Rincian 1 terpenuhi. Penentuan sampel pengganti ini dilakukan setelah pemilihan sampel utama selesai
dilakukan untuk setiap Bidang pekerjaan Utama BPU.Jika dari desa yang sama sudah tidak ada lagi usaha konstruksi perorangan yang bisa dijadikan sampel
pengganti, maka tidak perlu dilakukan penarikan sampel pengganti dari desa
18
Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan
yang lain. Penentuan sampel pengganti dilakukan sampai batas akhir pencacahan
dan hanya untuk BPU berkode 1 Gedung, sedangkan untuk
BPU 2 dan 3 tidak ada sampel pengganti karena dilakukan take all populasi diambil semua.
Uraian rinci tentang cara menentukan sampel pengganti adalah sebagai berikut :
a. Cari nomor urut konstruksi perorangan yang telah terpilih sebagai ”sampel utama”. yaitu yang Nomor Blok Sensus, Nomor Urut, Nomor Urut Usaha di
Daftar SKP14-P Blok V Kol.1, Kol.2 dan Kol.11 yang dilingkari. b. Kemudian cari di Daftar SKP14-P Kol.13 :
1. Nomor urut usaha konstruksi perorangan berikutnya dari sampel utama,
yaitu usaha konstruksi perorangan Gedung yang nomor urutnya lebih besar dari nomor urut sampel utama.
Contoh : nomor urut sampel utama Gedung yang tidak berhasildicacah
adalah 7, maka sampel penggantinya adalah usaha konstruksi perorangan Gedung dengan nomor urut usaha 8.
2. Jika sampel utama yang tidak berhasil dicacah adalah usaha konstruksi
perorangan nomor urut terakhir, maka sampel penggantinya adalah nomor urut usaha konstruksi perorangan sebelumnya nomor urut sampel
pengganti lebih kecil dari sampel utama.
Contoh : nomor urut sampel utama Gedung yang tidak berhasil dicacah
adalah 12, maka sampel penggantinya adalah usaha konstruksi perorangan Gedung dengan nomor urut usaha 11.
c. Berikan tanda segitiga Δ di Kol.13 pada Blok V SKP14-P untuk nomor urut usaha konstruksi perorangan gedung yang telah terpilih sebagai sampel
pengganti. d. Berikan tanda segitiga Δ di Kol.11, yang nomor urut tanda cek √ nya
pada Kol.13 diberi tanda segitiga Δ .
Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan
19
e. Berikan pula tanda segitiga Δ di Kol.1 dan Kol.2 pada Daftar SKP14-P yang nomor urut tanda cek √ nya pada Kol.13 diberi tanda segitiga Δ .
D 2.8.Pengisian Daftar SKP14-DS
Pengisian Daftar SKP14-DS dilakukan setelah selesainya seluruh tahapan pemilihan sampel usaha. Tahapan pemindahan informasi usaha dari
Daftar SKP14-P ke Daftar SKP14-DS dilakukan dengan cara sebagai berikut: a. Salin Nomor Urut Usaha NUU yang diberi lingkaran pada Daftar
SKP14-P Blok V Kol.11 ke Daftar SKP14-DSBlok V Kol.3 mulai dari nomor urut terkecil.
b. Salin KIP dari Daftar SKP14-P Blok V Kol.3 ke daftar SKP14-DS Blok V Kol.4
c. Salin nama usahapengusahapemilik dari Daftar SKP14-P Blok V Kol.4 kedalam Daftar SKP14-DSBlok V Kol.5, yang Nomor Urut
Usaha tanda cek √
nya diberi lingkaran. d. Salin alamat lengkap dan BPU dariSKP14-P Blok V Kolom5 dan
Kolom13 s.d.Kolom15 yang nomor urut tanda cek √
nya diberi lingkaran, ke Daftar SKP14-DSBlok V Kolom6 dan Kolom 7.
2.9.Contoh Penarikan Sampel
a. Hasil pemuktahiran Daftar SKP14-P Kelurahan Baros, Kecamatan Baros, Kota Sukabumi, Provinsi Jawa Barat, sebagai berikut:
Jumlahusaha konstruksi perorangan sebanyak 22 usaha [penjumlahan nomor urut terakhir pada Daftar SKP14-P Blok V
Kolom 13 s.d.Kolom 15 = 22]. Jumlah usaha konstruksi perorangankode BPU gedung usaha
konstruksi dengan bidang pekerjaan utama gedung sebanyak 12.
20
Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan
b. Hasil penghitungan alokasi sampel, dan interval sebagai berikut: Target sampel usaha konstruksi perorangan pada kelurahan ini
adalah 14. Target sampel usaha konstruksi perorangan BPU gedungadalah 4.
Interval untuk usaha konstruksi perorangan BPU gedung adalah 124 = 3,00.
c. Menghitung R
1
, …, R
n
untuk BPU gedung sebagai berikut: Angka random satu AR yang tercantum pada Daftar SKP14-P
Blok I Rincian 6 adalah 0,35, maka R
1
= AR1 x I = 0,35 x 3,00 = 1,05 ≈ 1. Karena 1 Interval 3,00, maka R
1
= 1
Setelah didapat R
1
selanjutnya menghitung R
2
s.d. R
4
dengan cara:
R
1
= 1,05
≈
1 R
2
= R
1
+ I = 1,05 + 3,00= 4,05≈ 4 R
3
= R
2
+ I = 4,05 + 3,00 = 7,05 ≈ 7 R
4
= R
3
+ I = 7,05 + 3,00=10,05≈ 10
e. Pemilihan Sampel Usaha Berikan lingkaran di kolom BPU gedung, yaitu Kolom 13 pada
nomor-nomor tanda cek yang sesuai dengan angka random terpilih. Kemudian lingkari pula pada Nomor Blok Sensus kolom 1,
Nomor Urut Kolom 2, dan Nomor Urut Usaha Kolom 11. Untuk BPU 2 dan 3 dilakukan take all populasi diambil semua.
Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan
21
BAB III
ORGANISASI LAPANGAN
3.1. Organisasi Lapangan