keseimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah dan antara Pemerintah Daerah.
Dana Perimbangan yang terdiri dari Dana Bagi Hasil dari penerimaan pajak dan SDA, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi
Khusus merupakan sumber pendanaan bagi daerah dalam pelaksanaan desentralisasi, yang alokasinya tidak dapat dipisahkan satu dengan yang
lain mengingat tujuan masing-masing jenis penerimaan tersebut saling mengisi dan melengkapi.
2.1.5.1. Dana Alokasi Umum
Menurut Erlina 2012 : 29, Dana Alokasi Umum adalah sejumlah dana yang dialokasikan kepada setiap Daerah Otonom Provinsi
Kabupaten Kota di Indonesia setiap tahunnya sebagai dana pembangunan.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 55 Tahun 2005, “Dana Alokasi Umum adalah dana yang bersumber dari
pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan untuk pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk membiayai kebutuhan
pengeluarannya dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana Alokasi Umum tersebut dialokasikan untuk provinsi dan
kabupatenkota yang merupakan salah satu komponen belanja pada APBN, dan menjadi salah satu komponen pendapatan pada APBD. Tujuan
DAU adalah sebagai pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk
Universitas Sumatera Utara
mendanai kebutuhan daerah otonom dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.
Jumlah Dana Alokasi Umum setiap tahun ditentukan berdasarkan Keputusan Presiden. Setiap provinsikabupatenkota menerima DAU
dengan besaran yang tidak sama, dan ini diatur secara mendetail dalam Peraturan Pemerintah. Besaran DAU dihitung menggunakan
rumusformulasi statistik yang kompleks, antara lain dengan variable jumlah penduduk dan luas wilayah yang ada di setiap masing-masing
wilayah daerah. Jumlah keseluruhan DAU ditetapkan dalam APBN, dengan
ketentuan sebagai berikut: 1. Jumlah keseluruhan DAU ditetapkan sekurang-kurangnya 26 dari
Pendapatan Dalam Negeri Neto. 2. Proporsi DAU antara provinsi dan kabupatenkota dihitung dari
perbandingan antara bobot urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan provinsi dan kabupatenkota.
3. Jika penentuan proporsi tersebut belum dapat dihitung secara kuantitatif, proporsi DAU antara provinsi dan kabupatenkota
ditetapkan dengan imbangan 10 dan 90. DAU untuk suatu daerah dialokasikan berdasarkan formula yang
terdiri atas celah fiskal dan alokasi dasar. Celah fiskal adalah selisih antara kebutuhan fiskal dan kapasitas fiskal, sedangkan alokasi dasar dihitung
Universitas Sumatera Utara
berdasarkan jumlah gaji Pegawai Negeri Sipil Daerah. Formula penghitungan DAU adalah :
dimana,
Kebutuhan fiskal daerah merupakan kebutuhan pendanaan daerah untuk melaksanakan fungsi layanan dasar umum antara lain kesehatan,
pendidikan, infrastruktur, dan pengentasan kemiskinan. Setiap kebutuhan pendanaan tersebut diukur secara berturut-turut menggunakan variable
jumlah penduduk, luas wilayah, Indeks Kemahalan Konstruksi, PDRB, dan IPM, sedangkan kapasitas fiskal daerah dihitung berdasarkan
Pendapatan Asli Daerah dan Dana Bagi Hasil. DAU atas dasar celah fiskal untuk suatu kabupatenkota dihitung
berdasarkan perkalian bobot kabupatenkota yang bersangkutan dengan jumlah DAU seluruh kabupatenkota. Bobot kabupatenkota merupakan
perbandingan antara celah fiskal kabupatenkota yang bersangkutan dan total celah fiskal seluruh kabupatenkota.
Kebutuhan fiskal daerah dihitung berdasarkan perkalian antara total belanja daerah rata-rata dengan penjumlahan dari perkalian masing-
masing bobot variable dengan indeks jumlah penduduk, indeks luas wilayah, Indeks Kemahalan Konstruksi, Indeks Pembangunan manusia,
DAU = Celah Fiskal + Alokasi
Celah Fiskal = Kebutuhan Fiskal – Kapasitas Fiskal
Universitas Sumatera Utara
dan Indeks Produk Domestik Regional Bruto per kapita, sedangkan kapasitas fiskal daerah merupakan penjumlahan dari Pendapatan Asli
Daerah dan DBH. Daerah yang memiliki nilai celah fiskal lebih besar dari 0 nol,
menerima DAU sebesar alokasi dasar ditambah celah fiskal. Daerah yang memiliki nilai celah fiskal sama dengan 0 nol menerima DAU sebesar
alokasi dasar. Daerah yang memiliki nilai celah fiskal negatif dan nilai negative tersebut lebih kecil dari alokasi dasar, menerima DAU sebesar
alokasi dasar setelah diperhitungkan nilai celah fiskal. Dan, daerah yang memiliki nilai celah fiskal negatif tetapi nilai negatif tersebut sama atau
lebih besar dari alokasi dasar, tidak menerima DAU.
2.1.5.2. Dana Alokasi Khusus DAK