Pengaruh Edukasi terhadap Kemampuan Keluarga dalam Perawatan Stoma pada Anggota Keluarga yang Mengalami Kolostomi di Rindu B Ruang 2A RSUP. H. Adam Malik Medan

(1)

Pengaruh Edukasi terhadap Kemampuan Keluarga dalam

Perawatan Stoma pada Anggota Keluarga yang

Mengalami Kolostomi di Rindu B Ruang 2A

RSUP. H. Adam Malik Medan

Santy Ercelina Nainggolan

081101017

Skripsi

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Medan, 2012


(2)

(3)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Edukasi Terhadap Kemampuan Keluarga dalam Perawatan Stoma pada Anggota Keluarga yang Mengalami Kolostomi Di Rindu B Ruang 2A RSUP. H. Adam Malik Medan”.

Dalam penyusunan skripsi ini, tidak sedikit kesulitan yang dihadapi oleh penulis, namun atas berkat dan rahmat Tuhan Yang Maha Esa disertai usaha dan kemauan yang tinggi dari penulis serta bimbingan, bantuan, dan motivasi dari berbagai pihak, sehingga kesulitan dapat diatasi.

Penghargaan dan rasa terima kasih yang mendalam penulis sampaikan kepada Almh. Ibunda tercinta K. br. Tambunan yang telah mengajarkan kepada saya dalam mengejar cita-cita dan nasihat-nasihat, Ayahanda tercinta M. Nainggolan yang membuat saya semangat untuk meneruskan kuliah walaupun tanpa sosok kehadirannya, tante saya Astilia M. Tambunan, Spd. Msi dan Tante Bonur Tambunan, Spd. dalam dukungan materi dan bimbingan yang diberikan, dan terkhusus juga buat teman setia penulis: Dedi Gengsi Butar-Butar, ANT III yang selalu mendukung, membantu dalam menyemangati perkuliahan terlebih lagi dalam memfasilitasi penyelesaian skripsi saya dan selalu ada baik suka maupun duka.


(4)

Pada kesempatan ini, penulis juga ingin menyampaikan terima kasih setulus-tulusnya kepada:

1. Bapak dr. Dedi Ardianta, M.Kes sebagai Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Erniyati, S.Kp. MNS sebagai Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan izin penelitian dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.

3. Bapak Asrizal, S.Kep. Ns, WOC (ET)N, WCS sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan masukan/pengarahan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

4. Bapak Ikhsanudin Harahap dan Ibu Rosina Tarigan sebagai dosen penguji yang telah memberikan masukan untuk skripsi ini.

5. Seluruh staf pengajar yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Direktur Utama RSUP. H. Adam Malik Medan, Direktur SDM dan Penelitian, Kepala Instalasi LITBANG beserta stafnya, Kepala Instalasi Rindu B, Kepala Ruangan dan pegawai Rindu B Ruang 2A RSUP. H. Adam Malik Medan yang telah memberikan izin penelitian kepada saya dan membantu proses penelitian skripsi ini.

7. Seluruh keluarga terkhusus opung saya yang telah memberikan segala nasihat dan doa-doanya kepada saya.

8. Abang Mangiring, adik Julio Riki, dan adik Rita yang telah menyediakan laptop dan transportasinya demi kelancaran proses skripsi ini.


(5)

9. Sahabat saya Novayanti Tanjung yang telah menemani saya baik suka maupun duka selama proses penyelesaian skripsi ini.

10.Seluruh teman-teman seperjuangan Fakultas Keperawatan 2008 Universitas Sumatera Utara yang telah mendukung dan membantu menyemangati saya dalam penyelesaian skripsi ini.

11.Seluruh responden dalam penelitian saya yang sudah kooperatif bekerja sama selama proses penelitian.

Penulis menyadari bahwa penulisan Skripsi ini kurang sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan Skripsi ini. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi pembacanya.

Medan, Juli 2012 Penulis,


(6)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Halaman Pengesahan ... ii

Prakata ... iii

Daftar Isi ... vi

Daftar Skema ... ix

Daftar Tabel ... x

Abstrak ... xi

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1. Latar Belakang ... 1

2. Perumusan Masalah ... 5

3. Pertanyaan Penelitian ... 5

4. Hipotesa Penelitian ... 5

5. Tujuan Penelitian ... 6

5.1. Tujuan Umum ... 6

5.2. Tujuan Khusus ... 6

6. Manfaat Penelitian ... 6

6.1. Bagi keluarga ... 6

6.2. Bagi pendidikan keperawatan ... 7

6.3. Bagi praktisi keperawatan ... 7

6.4. Penelitian keperawatan ... 7

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

1. Konsep kolostomi ... 8

1.1. Pengertian ... 8

1.2. Stoma ... 8

1.3. Indikasi Kolostomi ... 10

1.4. Perawatan Stoma ... 10

1.5. Jenis Kantong Kolostomi ... 13

1.6. Prosedur Perawatan Kolostomi ... 16

2. Keluarga ... 18

2.1. Defenisi keluarga ... 18

2.3. Fungsi keluarga ... 19

3. Edukasi ... 19

3.1. Pengertian ... 19

3.2. Tujuan edukasi ... 21

4. Kemampuan ... 23

4.1. Defenisi kemampuan ... 23

4.2. Jenis kemampuan ... 24

4.2.1. Pengetahuan ... 24

4.2.2. Tindakan ... 27


(7)

BAB 3. KERANGKA PENELITIAN ... 31

1. Kerangka Konseptual ... 31

2. Defenisi Konseptual dan Defenisi Operasional ... 32

2.1. Defenisi konseptual ... 32

2.2. Defenisi operasional ... 32

BAB 4. METODOLOGI PENELITIAN ... 34

1. Desain Penelitian ... 34

2. Populasi, Sampel Penelitian dan Tehnik Sampling ... 34

2.1. Populasi ... 34

2.2. Sampel ... 35

2.3. Teknik Sampling ... 36

3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 37

4. Pertimbangan Etik Penelitian ... 37

5. Instrumen Penelitian ... 38

5.1. Kuesioner Data Demografi ... 38

5.2. Instrumen Kemampuan ... 38

5.2.1. Kuesioner Pengetahuan ... 38

5.2.2. Lembar Observasi Tindakan ... 39

6. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 40

7. Pengumpulan Data ... 42

8. Analisa Data ... 43

8.1. Statistik Deskripsi ... 44

8.2. Statistik Inferensial ... 44

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 46

1. Hasil Penelitian ... 46

1.1.Karakteristik Responden ... 46

1.2.Kemampuan Responden ... 48

1.2.1.Kemampuan Pre Test ... 48

1.2.2.Kemampuan Post Test ... 51

1.2.3.Perbedaan Kemampuan Pre dan Post Test ... 52

2. Pembahasan ... 55

BAB 6. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 59

1. Kesimpulan ... 60

2. Rekomendasi ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 62 LAMPIRAN

1. Surat Izin Penelitian dari F. Kep USU

2. Surat balasan survey awal dari RSUP. H. Adam Malik Medan 3. Surat balasan penelitian dari RSUP. H. Adam Malik Medan 4. Jadwal Tentatif Penelitian

5. Taksasi Dana 6. Inform Consent 7. Instrumen Penelitian 8. Leaflet


(8)

9. Hasil uji validitas (CVI) 10. Hasil uji reliabilitas

11. Hasil SPSS: Distribusi dan frekuensi karakakteristik responden,

Distribusi Normal Kolmogorov-Smirnov, Uji

Wilcoxon Signed Ranks Test dan Uji Paired T-Test

12. Master Data Daftar Riwayat Hidup


(9)

DAFTAR SKEMA


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Defenisi Operasional ………... 32 Tabel 4.1. Rancangan Penelitian ……….. 35 Tabel 5.1. Distribusi frekuensi dan persentase data demografi ………... 48 Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Kemampuan (pre test) ………... 49 Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Kemampuan (pre test)

ditinjau dari aspek pengetahuan tentang perawatan stoma ………….. 50 Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Kemampuan (pre test)

ditinjau dari aspek tindakan melakukan perawatan stoma ………….. 51 Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi dan Persentase Kemampuan (post test) …... 52 Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Kemampuan (post test)

ditinjau dari aspek pengetahuan tentang perawatan stoma …..….… 52 Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Kemampuan (post test)

ditinjau dari aspek tindakan melakukan perawatan stoma ……….… 53 Tabel 5.8. Hasil uji Wilcoxon kemampuan keluarga pre test dan post test

dalam perawatan stoma ………...………...… 54 Tabel 5.9. Hasil uji Wilcoxon kemampuan keluarga pre test dan post test

Ditinjau dari aspek pengetahuan dalam perawatan stoma ……... 55 Tabel 6.0. Hasil uji Pair T-Test kemampuan keluarga pre test dan post test


(11)

Judul Penelitian : Pengaruh Edukasi terhadap Kemampuan Keluarga dalam Perawatan Stoma pada Anggota Keluarga yang Mengalami Kolostomi Di Rindu B Ruang 2A RSUP. H. Adam Malik Medan

Peneliti : Santy Ercelina Nainggolan

Jurusan : Ilmu Keperawatan (S1 Keperawatan)

Tahun : 2012

ABSTRAK

Stoma merupakan lubang usus yang muncul dipermukaan abdomen yang berupa mukosa kemerahan. Edukasi merupakan suatu intervensi yang dapat membantu pasien dan keluarga untuk menjaga kesehatan stoma dengan perawatan yang tepat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh edukasi terhadap kemampuan keluarga dalam perawatan stoma pada anggota keluarga yang mengalami kolostomi di Rindu B Ruang 2A RSUP. H. Adam Malik Medan yang dilaksanakan pada tanggal 14 Maret sampai 21 Mei 2012. Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah quasi experimen dengan teknik sampling yaitu

purposive sampling terhadap 15 anggota keluarga pasien kolostomi di ruangan Rindu B Ruang 2A RSUP. H. Adam Malik Medan. Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur kemampuan keluarga dalam merawat stoma anggota keluarga yang mengalami kolostomi berupa kuesioner pengetahuan dan lembar observasi. Analisis yang digunakan adalah Wilcoxon, dengan nilai p = 0.001 (p<0.05). Hasil ini menunjukkan bahwa ada pengaruh edukasi terhadap kemampuan keluarga dalam perawatan stoma. Kemampuan keluarga sebelum diberi edukasi rata-rata 18,93 (SD=3,105), hal ini menunjukkan kemampuan keluarga kurang dalam merawat stoma. Sedangkan kemampuan setelah diberi edukasi rata-rata 35,67 (SD=1,175), hal ini berarti bahwa keluarga sudah mampu melakukan perawatan stoma pada anggota keluarganya yang mengalami kolostomi. Oleh sebab itu, hendaknya perawat dapat meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan keperawatan yang salah satunya dengan tetap memberikan edukasi perawatan stoma pada keluarga pasien kolostomi dan pada penelitian selanjutnya diharapkan dapat melakukan home care atau memonitoring perawatan yang dilakukan keluarga/pasien pada saat pulang kerumah.


(12)

Judul Penelitian : Pengaruh Edukasi terhadap Kemampuan Keluarga dalam Perawatan Stoma pada Anggota Keluarga yang Mengalami Kolostomi Di Rindu B Ruang 2A RSUP. H. Adam Malik Medan

Peneliti : Santy Ercelina Nainggolan

Jurusan : Ilmu Keperawatan (S1 Keperawatan)

Tahun : 2012

ABSTRAK

Stoma merupakan lubang usus yang muncul dipermukaan abdomen yang berupa mukosa kemerahan. Edukasi merupakan suatu intervensi yang dapat membantu pasien dan keluarga untuk menjaga kesehatan stoma dengan perawatan yang tepat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh edukasi terhadap kemampuan keluarga dalam perawatan stoma pada anggota keluarga yang mengalami kolostomi di Rindu B Ruang 2A RSUP. H. Adam Malik Medan yang dilaksanakan pada tanggal 14 Maret sampai 21 Mei 2012. Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah quasi experimen dengan teknik sampling yaitu

purposive sampling terhadap 15 anggota keluarga pasien kolostomi di ruangan Rindu B Ruang 2A RSUP. H. Adam Malik Medan. Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur kemampuan keluarga dalam merawat stoma anggota keluarga yang mengalami kolostomi berupa kuesioner pengetahuan dan lembar observasi. Analisis yang digunakan adalah Wilcoxon, dengan nilai p = 0.001 (p<0.05). Hasil ini menunjukkan bahwa ada pengaruh edukasi terhadap kemampuan keluarga dalam perawatan stoma. Kemampuan keluarga sebelum diberi edukasi rata-rata 18,93 (SD=3,105), hal ini menunjukkan kemampuan keluarga kurang dalam merawat stoma. Sedangkan kemampuan setelah diberi edukasi rata-rata 35,67 (SD=1,175), hal ini berarti bahwa keluarga sudah mampu melakukan perawatan stoma pada anggota keluarganya yang mengalami kolostomi. Oleh sebab itu, hendaknya perawat dapat meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan keperawatan yang salah satunya dengan tetap memberikan edukasi perawatan stoma pada keluarga pasien kolostomi dan pada penelitian selanjutnya diharapkan dapat melakukan home care atau memonitoring perawatan yang dilakukan keluarga/pasien pada saat pulang kerumah.


(13)

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Kolostomi merupakan sebuah lubang yang dibuat oleh dokter ahli bedah pada dinding abdomen untuk mengeluarkan feses (M. Bouwhuizen, 1991 dalam Murwani, 2009). Lubang kolostomi yang muncul dipermukaan yang berupa mukosa kemerahan disebut dengan stoma. Kolostomi dapat dibuat secara permanen ataupun temporer (sementara) yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien (Murwani, 2009).

Tindakan kolostomi paling sering dilakukan karena adanya karsinoma kolon dan rektum (Mayers, 1996). Angka kejadian karsinoma kolon dan rektum di Amerika Serikat bekisar 150.000 dalam setahun (Smeltzer & Bare, 2002). Sedangkan di Indonesia prevalensi karsinoma kolon dan rektum cukup tinggi, dan kejadiannya meningkat pada usia diatas 40 tahun (Sjamsuhidajat, 1997). Pada saat peneliti melakukan studi pendahuluan di RSUP H. Adam Malik Medan, jumlah pasien kolostomi mulai bulan januari 2009 sampai dengan September 2011 sebanyak 1.221 jiwa.

Pasien dengan pemasangan kolostomi disertai dengan tindakan laparotomi (operasi pembukaan dinding perut). Luka laparotomi sangat beresiko mengalami infeksi karena letaknya yang bersebelahan dengan lubang stoma yang kemungkinan banyak mengeluarkan feses yang dapat mengkontaminasi luka (Murwani, 2009). Komplikasi pada stoma yang dapat terjadi adalah obstruksi/penyumbatan yang diakibatkan karena adanya perlengketan usus atau


(14)

adanya pergeseran feses yang sulit dikeluarkan, stenosis akibat penyempitan lumen, prolap pada stoma akibat kelemahan otot abdomen, perdarahan stoma akibat tidak adekuatnya haemostasis dari jahitan batas mucocutaneus, edema jaringan stoma akibat tekanan dari hematoma peristomal dan pengkerutan dari kantong kolostomi, nekrotik stoma akibat cedera pada pembuluh darah stoma, dan retraksi/pengkerutan stoma akibat kantong stoma yang terlalu sempit/tidak pas untuk ukuran stoma dan akibat jaringan scar disekitar stoma (Blackley, 2004).

Penelitia kulit yang telah menggunakan kantong stoma yang normal. Dermatosis termasuk reaksi iritasi, terutama dari kebocoran urin atau tinja (42%); penyakit kulit yang sudah ada, terutama psoriasis, dermatitis seboroik dan eksim (20%), infeksi (6%); dermatitis kontak alergi (0,7%) dan pioderma gangrenosum (0,6% kejadian tahunan). Selanjutnya 15% dari pasien mengalami dermatitis persisten atau berulang tidak diketahui dengan pasti apakah akibat alergi, infeksi atau iritasi terang fekal. Hasil penelitian lain juga menunjukkan bahwa insiden peristomal

kulit pada pasien ostomy berkisar 25% sampai 35%. Penelitian

menyatakan tidak ada masalah kulit tapi secara keseluruhan 27 pasien memiliki gangguan kulit (11 dari mereka menyadari memiliki masalah dan 16 dari mereka tidak sadar). Pasien yang melakukan perawatan stoma tidak melaporkan masalah apapun meskipun 27 mempunyai beberapa gangguan kulit. Tidak ada pasien yang dilaporkan memiliki erosi kulit meskipun 13 terdeteksi oleh perawat stoma. Perhatian perawatan stoma harus dilakukan tidak hanya pada pasien dengan stoma


(15)

baru tetapi juga untuk pasien lain dengan stoma permanen yang mungkin lebih membutuhkan pendidikan.

Perawatan stoma harus diajarkan pada pasien dan keluarga bersamaan dengan bagaimana menerapkan drainase kantung dan melaksanakan irigasi. Karena singkatnya masa perawatan (2-4 minggu), pasien belum dapat sepenuhnya terlatih dalam teknik perawatan stoma sebelum pulang (Smeltzer & Bare, 2002). Dalam penelitian Panusur dan Nurhidayah (2007), sebagian besar responden pasien kolostomi (58,33%) mempunyai gambaran diri negatif setelah tindakan kolostominya ketika pasien akan pulang dari perawatan. Pasien dengan kolostomi akan menganggap bahwa stoma mereka akan tetap dapat terlihat oleh orang lain walaupun sebenarnya tidak terlihat sehingga mereka merasa takut akan di tolak oleh pasangan, teman dekat ataupun orang–orang disekitarnya.

Syok psikologis merupakan reaksi emosional pasien terhadap perubahan, dan dapat terjadi pada saat pertama pembuatan stoma ditetapkan atau setelah operasi dilakukan. Reaksi pasien saat ini mungkin menggunakan pertahanan ego mengingkari, menolak, proyeksi untuk mempertahankan keseimbangan diri. Tahap menarik diri merupakan tahap dimana pasien menjadi sadar akan kenyataan dan ingin lari dari kenyataan, reaksi pasien pada tahap ini mungkin pasien menjadi sangat tergantung, pasif, tidak ada motivasi dalam berperan dalam perawatannya. Oleh karena itulah, pasien membutuhkan orang lain yang dapat membantunya dalam melakukan perawatan ketika pasien meninggalkan rumah sakit (WHO, 2005). Dalam hal ini keluarga dapat terlibat dalam perawatan stoma pasien,


(16)

sehingga keluarga nantinya diharapkan dapat memantau dan ikut membantu pasien untuk mencapai self care-nya.

Menurut Friedman (1986, dalam Setiawan & Dermawan, 2008), salah satu fungsi keluarga adalah fungsi pemenuhan (perawatan/pemeliharaan) kesehatan yang merupakan fungsi keluarga untuk mencegah terjadinya masalah kesehatan dan merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan. Tujuan dari fungsi ini adalah untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit (Suprajitno, 2004). Berkembangnya kemampuan seseorang terjadi melalui tahapan tertentu, yang dimulai dari pembentukan pengetahuan, sikap, sampai dimilikinya keterampilan baru (Suliha, dkk, 2001).

Pada saat survey awal ke ruangan pada tanggal 26 september sampai 3 oktober 2012 terdapat 6 pasien kolostomi yang sedang dirawat inap yang terdiri dari 4 dirawat di Rindu B Ruang 3 (onkologi) dan 2 di Rindu B Ruang 2A ( bedah digestif). Peneliti mendapatkan bahwa 3 anggota keluarga dari pasien kolostomi tidak tahu dampak yang akan terjadi apabila stoma tidak dirawat, tidak tahu kapan kantong kolostomi harus diganti, tidak tahu apa yang harus dilakukan jika kantong kolostomi sudah penuh, tidak tahu dan tidak mampu bagaimana cara membuka kantong kolostomi dengan baik, tidak tahu dan tidak mampu apa yang dapat dilakukan apabila terjadi iritasi disekitar stoma, tidak tahu cara membersihkan stoma, dan tidak mampu untuk memasang kantong kolostomi seandainya lepas. Hal ini memungkinkan untuk diberikan edukasi pada keluarga tentang perawatan stoma pada pasien kolostomi.


(17)

Dari latar belakang masalah yang sudah disebutkan di atas, maka peneliti merasa tertarik untuk meneliti apakah ada pengaruh edukasi terhadap kemampuan keluarga dalam perawatan stoma pada anggota keluarga yang mengalami kolostomi di RSUP. H. Adam Malik Medan.

2. Perumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi apakah ada pengaruh edukasi terhadap kemampuan keluarga dalam perawatan stoma pada anggota keluarga yang mengalami kolostomi di Rindu B Ruang 2A RSUP. H. Adam Malik Medan.

3. Pertanyaan penelitian

a. Bagaimana kemampuan keluarga tentang perawatan stoma pada anggota keluarga yang mengalami kolostomi sebelum diberi edukasi tentang perwatan stoma?

b. Bagaimana kemampuan keluarga merawat stoma pada anggota keluarga yang mengalami kolostomi setelah diberi edukasi tentang perawatan stoma?

c. Apakah ada pengaruh edukasi terhadap kemampuan keluarga dalam perawatan stoma pada anggota keluarga yang mengalami kolostomi?

4. Hipotesa Penelitian

Hipotesa dalam penelitian ini adalah ada pengaruh edukasi terhadap kemampuan keluarga dalam perawatan stoma pada anggota keluarga yang mengalami kolostomi di Rindu B Ruang 2A RSUP H. Adam Malik Medan.


(18)

5. Tujuan penelitian 5.1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh edukasi terhadap kemampuan keluarga dalam perawatan stoma pada anggota keluarga yang mengalami kolostomi di Rindu B Ruang 2A RSUP. H. Adam Malik Medan. 5.2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk:

a. Mengidentifikasi kemampuan keluarga dalam perawatan stoma pada anggota keluarga yang mengalami kolostomi sebelum diberi edukasi tentang perwatan stoma.

b. Mengidentifikasi kemampuan keluarga dalam merawat stoma pada anggota keluarga yang mengalami kolostomi setelah diberi edukasi tentang perawatan stoma.

c. Mengidentifikasi pengaruh edukasi terhadap kemampuan keluarga dalam perawatan stoma pada anggota keluarga yang mengalami kolostomi. 6. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak.

6.1. Bagi Keluarga

Keluarga mendapat informasi dan pengetahuan tentang perawatan stoma dan dapat menerapkannya pada saat merawat stoma pada salah satu anggota keluarganya yang mengalami kolostomi.


(19)

6.2. Bagi Pendidikan Keperawatan

Sebagai informasi bagi pendidikan keperawatan tentang pentingnya perawatan stoma pada pasien kolostomi sehingga dapat dikembangkan dan diperkenalkan pada calon perawat di dunia pendidikan keperawatan.

6.3. Bagi Praktisi keperawatan

Bila hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh edukasi terhadap kemampuan keluarga dalam perawatan stoma pada anggota keluarga yang mengalami kolostomi, diharapkan sebagai perawat yang merupakan salah satu elemen pelayanan kesehatan agar dapat memberikan edukasi kepada keluarga tentang perawatan stoma agar keluarga mampu merawat pasien kolostomi. Selain itu hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai data dan informasi untuk evaluasi dalam pengembangan praktek keperawatan klinik khususnya di bagian keperawatan medikal bedah.

6.4. Penelitian keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data dasar pada penelitian berikutnya, yang menyangkut pengembangan asuhan keperawatan khususnya dibagian keperawatan medikal bedah.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Konsep Kolostomi 1.1. Pengertian

Kolostomi adalah sebuah lubang yang dibuat oleh dokter ahli bedah pada dinding abdomen untuk mengeluarkan feses (Bouwhuizen, 1991 dalam Murwani, 2009). Randy (1987, dalam Murwani, 2009) mendefenisikan kolostomi sebagai suatu pembuatan lubang sementara atau permanen dari usus besar melalui dinding perut untuk mengeluarkan feses. Evelyn (1991, dalam Murwani, 2009) juga mengatakan bahwa kolostomi merupakan lubang yang dibuat melalui lubang dinding abdomen kedalam kolon iliaka untuk mengeluarkan feses. Berdasarkan defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa kolostomi merupakan suatu tindakan pembedahan untuk membuat suatu lubang dari kolon melalui dinding abdomen baik sementara ataupun permanen agar feses dapat keluar melalui kolon.

1.2. Stoma

Lubang kolostomi yang muncul dipermukaan yang berupa mukosa kemerahan disebut dengan stoma (Muwarni, 2009). Untuk mengambil keluaran dari stoma, diperlukan sebuah kantong sekali pakai atau kantong drainase yang disebut appliance yang dilekatkan pada stoma. Karena kontrol sfingter normal tidak digunakan, mungkin akan muncul masalah-masalah kebocoran, pengendalian bau dan iritasi di sekitar area (Blackley, 2004). Perlengkapan ostomi terdiri atas satu lapis dengan barier kulit hipoalergik untuk mempertahankan integritas kulit peristomal. Perlindungan kulit peristomal adalah aspek pentinng


(21)

dalam perawatan stoma. Peralatan yang sesuai ukuran merupakan hal yang penting untuk mencegah kebocoran stoma (Wong, 2009).

Komplikasi pada stoma yang dapat terjadi jika tidak dilakukan perawatan adalah dapat terjadi obstruksi/penyumbatan yang diakibatkan karena adanya perlengketan usus atau adanya pergeseran feses yang sulit dikeluarkan, stenosis akibat penyempitan lumen, prolap pada stoma akibat kelemahan otot abdomen, perdarahan stoma akibat tidak adekuatnya haemostasis dari jahitan batas mucocutaneus, edema jaringan stoma akibat tekanan dari hematoma peristomal dan pengkerutan dari kantong kolostomi, nekrotik stoma akibat cedera pada pembuluh darah stoma, dan retraksi/pengkerutan stoma akibat kantong stoma yang terlalu sempit/tidak pas untuk ukuran stoma dan akibat jaringan scar disekitar stoma (Blackley, 2004). Oleh sebab itu, sangatlah penting dilakukan perawatan stoma untuk menjaga area tersebut agar tetap bersih dan kering. Untuk menampung drainase, digunakan kantong kolostomi sekali pakai yang menutupi stoma. Kantong tersebut ditahan menggunakan sabuk atau perekat.

Perawatan stoma yang benar sangat diperlukan untuk mempertahankan kesehatan jaringan karena daerah disekitar stoma mengalami kontak langsung dengan feses yang cair atau semicair (Hegner & Caldwell, 2003). Sebaiknya keluarga secara aktif dilibatkan karena keluarga mempunyai tanggung jawab akhir dalam mengatur hidup mereka sendiri, selain itu tindakan ini merupakan cara untuk menghormati dan menghargai keluarga (Carey, 1989 dalam Suprajitno, 2004). Menurut Suprajitno (2004), untuk menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah kebutuhan kesehatan dapat dilakukan dengan cara


(22)

memberikan informasi yang tepat, mengidentifikasi kebutuhan dan harapan keluarga tentang kesehatan, serta mendorong sikap emosi yang mendukung upaya kesehatan. Rencana tindakan ini diarahkan untuk mengubah pengetahuan, sikap dan tindakan keluarga sehingga pada akhirnya keluarga mampu memenuhi kebutuhan kesehatan anggota keluarganya (Calgary, 1994 dalam Suprajitno, 2004).

1.3. Indikasi Kolostomi

Lokasi kolostomi ditentukan oleh masalah medis dan kondisi umum klien ( McGarity, 1992 dalam Potter dan Perry, 2006).

Kolostomi dapat dibuat secara permanen ataupun temporer (sementara) yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien. Kolostomi temporer dibuat pada pasien yang tujuannya untuk dekompresi kolon sedangkan kolostomi permanen dibuat pada pasien yang tidak mampu lagi untuk defekasi secara normal melalui anus, hal ini biasanya disebabkan karena adanya keganasan, perlengketan, atau pengangkatan kolon sigmoid dan rektum.

1.4. Perawatan Stoma

Keadaan stoma yang baik adalah berwarna merah muda yang agak gelap mendekati warna merah. Apabila mengalami gangguan sirkulasi, stoma akan berubah warna menjadi merah gelap. Beberapa hari pertama stoma akan menjadi oedema dan akan menciut (Lewis & Collier, 1983). Oleh karena itu, perawatan stoma dapat dilakukan dengan tujuan untuk menjaga kebersihan pasien, mencegah terjadinya infeksi, mencegah terjadinya iritasi pada kulit sekitar stoma, dan untuk mempertahankan kenyamanan pasien dan lingkungannya (Murwani, 2009).


(23)

Kulit stoma harus dicuci dengan menggunakan air hangat dan dikeringkan segera. Kulit harus dijaga bebas dari cairan intestinal yang mungkin akan keluar. Sebuah barier kulit seperti topical sprays, ostomi cream, stomahesive, bedak karaya, dan produk lainnya dapat menjadi proteksi bagi kulit. Sebuah kantong kolostomi yang sekali pakai, open-ended, dan transparan lebih mudah untuk memproteksi kulit sekaligus dapat dilihat komponen didalamnya. Kantong harus sesuai atau pas untuk mencegah kebocoran sekitar stoma. Ukuran stoma ditentukan oleh kartu pengukur stoma. Kantong kolostomi akan dipasang setelah pembedahan tetapi belum berfungsi. Kolostomi akan berfungsi 2 sampai 4 hari lagi setelah operasi ketika peristaltik usus sudah cukup pulih.

Volume, warna, dan konsistensi drainase harus dicatat. Setiap kali kantong kolostomi tersebut diganti, kondisi kulit harus diamati apakah ada iritasi atau sebagai pertimbangan tindakan. Kantong kolostomi yang kotor tidak boleh digunakan lagi secara langsung pada kulit yang sudah teriritasi.

Diet pada pasien kolostomi bersifat individual. Pasien harus diajarkan untuk menghindari makanan yang menyebabkan gas, diare, sembelit, atau yang

odorforming atau yang mengiritasi kulit. Jika klien memperkenalkan satu makanan pada suatu waktu, makanan yang menyebabkan masalah dapat dengan mudah diidentifikasi. Masalah dengan diare dapat dikendalikan dengan obat-obatan. Laxative atau pencahar ringan dapat dikonsumsi ketika konstipasi (sembelit) menjadi suatu masalah.

Kantong kolostomi dapat juga dipakai untuk mengumpulkan drainase. Kolostomi yang berada di kolon asendens dan tranversum mempunyai


(24)

karakteristik tinja yang semiliquid dan lebih sulit dikendalikan daripada kolostomi di sisi kiri usus besar. Sedangkan kolostomi yang berada di kolon sigmoid atau menurun memiliki karakteristik tinja yang semipadat dan lebih mudah untuk mengkelolanya. Ada klien yang mungkin memakai kantong drainase atau mungkin ada juga yang tidak memakai kantong drainase. Sebuah cap

(pengatur udara) dapat dikenakan di atas stoma untuk membantu mengontrol bau. Deodorized seperti nilodar, arang, tablet klorofil, atau oral bismut subcarbonat (derifil) akan membantu mengontrol bau (Lewis & Collier, 1983).

1.4.1. Perawatan Kulit

Rabas efluen akan bervariasi sesuai dengan tipe ostomi. Pada kolostomi transversal, terdapat fese lunak dan berlendir yang mengiritasi kulit. Pada kolostomi desenden atau kolostomi sigmoid, feses agak padat dan sedikit mengiritasi kulit. Pasien dianjurkan melindungi kulit peristoma dengan sering mencuci area tersebut menggunakan sabun ringan, memberikan barier kulit protektif disekitar stoma, dan mengamankannya dengan melekatkan kantung drainase. Bedah nistatin (Mycostatin) dapat ditebarkan sedikit pada kulit peristoma bila terdapat iritasi atau pertumbuhan jamur.

Kulit dibersihkan dengan perlahan menggunakan sabun ringan, dan waslap lembab serta lembut. Adanya kelebihan barier kulit dibersihkan. Sabun bertindak sebagai agen abrasive ringan untuk mengangkat residu enzim dari tetesan fekal. Selama kulit dibersihkan, kassa dapat digunakan untuk menutupi stoma atau tampon vagina dapat dimasukkan dengan perlahan untuk mengabsorpsi kelebihan drainase.


(25)

Pasien diizinkan untuk mandi atau mandi pancuran sebelum memasang alat yang bersih. Plester mikropor yang yang dilekatkan pada sisi kantung akan melindunginya selama mandi. Kulit dikeringkan dengan seksama menggunakan kasa; hindari menggosok area tersebut. Barier kulit (wafer, pasta, atau bedak) digunakan disekitar stoma untuk melindungi kulit dari drainase fekal (Smeltzer & Bare, 2002).

1.4.2. Memasang Kantung Kolostomi

Stoma diukur untuk menentukan ukuran kantung yang tepat. Lubang kantung harus sekitar 0,3 cm lebih besar dari stoma. kulit dibersihkan sesuai prosedur di atas. Barier kulit peristoma dipasang. Kantung kemudian dipasang dengan cara membuka kertas perekat dan menekannya diatas stoma selam 30 detik. Iritasi kulit ringan memerlukan tebaran bedak karaya pada kulit atau bedak

stomahesive sebelum kantung dilekatkan (Smeltzer & Bare, 2002). 1.5. Macam-Macam Jenis Kantong Kolostomi

Menurut Setyorini (2009), ada bermacam – macam jenis kantong stoma yang perlu diketahui, antara lain:

1. Menurut jenis “Base Plate”/“Faceplate”/Lapisan dasar yang menempel di kulit sekitar stoma:

a. “One piece system”/sistem satu lempengan (lapisan): pada sistem ini lapisan dasarnya ada yang seperti perekat “double tape” saja, dan ada pula yang memiliki “skin barrier”.

b. “Two pieces system”/sistem dua lempengan (lapisan)”: pada sistem ini lapisan dasarnya sudah dibekali dengan “skin barrier”, dan


(26)

pasangannya/tangkupannya sesuai dengan ukurannya masing-masing (tidak boleh beda ukuran).

2. Menurut bentuk “Base Plate”/“Faceplate”/“Wafer”/Lapisan dasar yang menempel pada kulit sekitar stoma, ada 2 (dua) jenis:

a. Standard/Normal flange base plate/face plate. b. Convex flange base plate / face plate.

3. Menurut bentuk kantong stomanya, ada 3 (tiga) jenis:

a. Closed pouch/kantong yang tertutup pada bagian bawahnya.

b. Drainable pouch/kantong yang terbuka pada bagian bawahnya (barus ditutup menggunakan klip.

c. Mini closed pouch/kantong stoma yang kecil. 4. Menurut warna kantong stomanya, ada 2 (dua):

a. Clear bag/Transparant bag/kantong transparan.

b. Opaque bag/kantong warna gelap (sesuai dengan warna kulit). 5. Menurut jenis stomanya, ada 2 (dua):

a. Kantong stoma untuk menampung feses. b. Kantong stoma untuk menampung urin.

Biasanya pemilihan kantong ini disarankan secara umum sebagai berikut:

- Pada pasien pasca operasi hari ke 0–3 atau 5 (sesuai jumlah produksi stoma) disarankan untuk menggunakan kantong stoma yang transparan, supaya mudah diobservasi.

- Pada pasien yang akan pulang ke rumah disarankan untuk menggunakan kantong stoma yang gelap, agar rasa percaya diri pasien meningkat.


(27)

- Khusus untuk “Ostomate” dengan stoma kolon, apabila ingin berenang dapat menggunakan kantong stoma yang kecil/mini closed pouch.

Pada perawatan stoma ini ada kalanya menemukan berbagai masalah yang timbul akibat dari produksi stomanya sendiri atau bahan dari base plate yang membuat alergi terhadap kulit sekitar stoma; selain itu dapat juga terjadi infeksi disekitar jahitan stoma, sehingga jahitan stoma terlepas. Oleh karena itu perlu juga diketahui berbagai asesoris yang dapat dipilih untuk memberikan perawatan pada kulit sekitar stoma tersebut, antara lain:

1. Various standard size protective sheets: lapisan dasar untuk memproteksi kulit sekitar stoma dari cairan/produksi stoma.

2. Strip paste/pasta yang berupa lempengan seperti penggaris kecil, dan small paste tube/pasta seperti pasta gigi: bahan ini dapat dipergunakan untuk melapisi lubang yang terjadi akibat adanya infeksi pada jahitan sekitar stoma, atau pasta ini dapat dimanfaatkan juga untuk membantu lebih rekatnya base plate dengan kulit sekitar stoma

3. Powder: bahan yang dapat dimanfaatkan untuk melapisi kulit sekitar stoma yang mengalami iritasi/ekskoriasi, dan penggunaannya cukup pada daerah yang teriritasi tersebut, serta penggunaannya cukup tipis saja seperti menggunakan bedak (jika terlalu tebal, base plate kurang menempel ).

Ada bermacam-macam jenis klip yang dapat dipilihkan untuk “Ostomate”, akan tetapi tetap pilihan yang tepat adalah sesuai keinginan pasien setelah diberikan penjelasan. Klip ini bisa tahan lama pemakaiannya, sepanjang tidak patah, serta dibersihkan dengan baik, dan benar. Ada juga klip yang langsung


(28)

menempel pada stoma bag drainable/kantong stoma yang bagian bawahnya terbuka (ada beberapa cara pemakaiannya, yang dapat diikuti sesuai petunjuk pemakaian).

Selain asesoris di atas, ada satu lagi asesoris yang tidak kalah pentingnya, yaitu yang disebut dengan Stoma Guide/ukuran stoma yaitu alat yang dipergunakan untuk mengukur diameter stoma.

1.6. Prosedur Perawatan Kolostomi

Berikut akan dijelaskan tentang prosedur melakukan perawatan stoma rutin (kolostomi) menurut Hegner & Caldwell (2003) yang harus diketahui oleh keluarga dalam perawatan stoma :

a. Ingatlah untuk mencuci tangan anda dan mengidentifikasi pasien misalnya keluhan yang dirasakan pasien.

b. Siapkan peralatan yang diperlukan : 1. waslap dan handuk

2. baskom berisi air hangat 3. perlak

4. selimut mandi

5. kantung kolostomi sekali pakai dan sabuknya 6. bedpan

7. sarung tangan sekali pakai 8. losion kulit sesuai instruksi

c. Ganti selimut tempat tidur dengan selimut mandi d. Letakkan perlak di bawah pinggul pasien


(29)

e. Pakai sarung tangan, lepaskan kantong stoma sekali pakai yang kotor (appliance) dan letakan di dalam bedpan—perhatikan jumlah dan jenis drainase.

f. Buka sabuk yang menahan kantong stoma dan simpan jika bersih.

g. Bersihkan dengan perlahan daerah di sekitar stoma dengan tisu toilet untuk membersihkan feses dan drainase. Buang tisu di dalam bedpan.

h. Bersihkan daerah sekitar stoma dengan sabun dan air. Basuh dengan menyeluruh dan keringkan.

i. Jika diinstruksikan, oleskan sedikit losion di sekitar stoma—losion yang terlalu banyak dapat menggangu daya rekat kantong ostomi yang baru.

j. Letakkan sabuk yang bersih di sekeliling tubuh pasien—periksa kulit di bawah sabuk akan adanya iritasi atau kerusakan kulit.

k. Jika perlu, lepas dan ganti obat perekat. Letakan kantong ostomi bersih diatas stoma dan kaitkan sabuk tersebut.

l. Angkat perlak. Periksa seprei di bawahnya untuk memastikan bahwa seprei tersebut tidak basah dan ganti jika perlu.

m. Ganti selimut mandi dengan selimut tempat tidur, buat pasien merasa nyaman. n. Kumpulkan peralatan yang kotor dan bedpan. Buang semua bahan-bahan

sesuai ketentuan berlaku.

o. Kosongkan, cuci, dan keringkan bedpan. p. Lepas dan buang sarung tangan dengan tepat.

Lakukan semua tindakan penyelesaian prosedur. Ingatlah untuk mencuci tangan anda, dan perhatikan kondisi stoma dan jaringan sekitarnya, dan reaksi pasien.


(30)

2. Keluarga

2.1. Defenisi Keluarga

Keluarga merupakan satu kelompok atau sekumpulan manusia yang hidup bersama sebagai satu kesatuan unit masyarakat yang terkecil dan biasanya tidak selalu ada hubungan darah, ikatan perkawinan, atu ikan lain. Mereka hidup bersama dalam satu rumah, di bawah asuhan seorang kepala keluarga dan makan dari satu periuk (Sub Dit Kes. Mas Dep. Kes RI, 1983, dalam Setiawati dan Dermawan, 2008). Dep. Kes RI (1988, dalam Setiawati & Dermawan, 2008) menyatakan bahwa keluaraga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal disuatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Friedman (1998, dalam dalam Setiawati & Dermawan, 2008) juga menyatakan bahwa keluarga adalah kesatuan dari orang-orang yang terikat dalam perkawinan, ada hubungan darah, atau adopsi dan tinggal dalam satu rumah. Sedangkan Stuart dalam ICN (2001, dalam dalam Setiawati & Dermawan, 2008) menyatakan terdapat lima hal penting dalam defenisi keluarga, yaitu (1). Keluarga adalah suatu sistem atau unit. (2). Komitmen dan keterikatan antar anggota keluarga yang meliputi kewajiban di masa yang akan dating. (3). Fungsi keluarga dalam pemberian perawatan meliputi perlindungan, pemberian nutrisi dan sosialisasi untuk seluruh anggota keluarag. (4). Anggota-anggota keluarga mungkin memiliki hubungan dan tinggal bersama atau mungkin tidak ada hubungan dan tinggal terpisah. (5). Keluarga mungkin memiliki anak atau mungkin juga tidak.


(31)

2.2. Fungsi Keluarga

Friedman (1986, dalam setiawan & Dermawan, 2008), membagi fungsi keluarga menjadi 5 yaitu:

1. Fungsi afektif, yang merupakan fungsi dasar kekuatan keluarga atau sebagai fungsi internal keluarga. Didalamnya terkait saling mengasihi, saling mendukung, dan saling menghargai antar anggota keluarga.

2. Fungsi sosialisasi, yang merupakan fungsi yang mengembangkan proses interaksi dalam keluarga yang dimulai sejak lahir dan keluarga merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi.

3. Fungsi reproduksi, yang merupakan fungsi keluarga untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan menambah sumber daya manusia.

4. Fungsi ekonomi, yang merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan sekuruh anggota keluarganya seperti sandang, pangan, dan papan.

5. Fungsi perawatan kesehatan, yang merupakan fungsi keluarga untuk mencegah terjadinya masalah kesehatan dan merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan.

3. Edukasi 3.1. Pengertian

Edukasi adalah suatu upaya agar masyarakat berperilaku atau mengadopsi perilaku kesehatan dengan cara persuasi, bujukan, himbauan, ajakan, memberikan informasi, memberikan kesadaran, dan sebagainya. Memang dampak yang timbul dari cara ini terhadap perubahan perilaku masyarakat akan memakan waktu lama.


(32)

Namun demikian bila perilaku tersebut berhasil diadopsi masyarakat, maka akan langgeng, bahkan selama hidup dilakukan.

Dalam rangka pembinaan dan peningkatan perilaku kesehatan masyarakat, tampaknya pendekatan edukasi (pendidikan kesehatan) lebih tepat. Edukasi adalah suatu bentuk intervensi atau upaya yang ditujukan kepada perilaku, agar perilaku tersebut kondusif untuk kesehatan. Dengan perkataan lain edukasi mengupayakan agar perilaku individu, kelompok, atau masyarakat mempunyai pengaruh positif terhadap pemeliharaan dan peningkatan kesehatan (Notoatmodjo, 2003).

Edukasi merupakan penambahan pengetahuan dan kemampuan seseorang melalui teknik praktik belajar atau instruksi, dengan tujuan untuk mengingat fakta atau kondisi nyata, dengan cara memberi dorongan terhadap pengarahan diri (self direction), aktif memberikan informasi-informasi atau ide baru (Craven & Hirnle, 1996 dalam Suliha, dkk, 2002). Suliha, dkk (2002) juga menegaskan bahwa edukasi merupakan proses belajar dari individu, kelompok, atau masyarakat dari tidak tahu tentang nilai kesehatan menjadi tahu, dan dari yang tidak mampu mengatasi masalah kesehatan sendiri menjadi mampu mengatasi masalah kesehatan sendiri secara mandiri. Edukasi merupakan usaha/kegiatan untuk membantu individu, kelompok, dan masyarakat dalam meningkatkan kemampuan baik pengetahuan, sikap, maupun keterampilan untuk mencapai hidup sehat secara optimal.

Dalam keperawatan, edukasi merupakan satu bentuk intervensi keperawatan yang mandiri untuk membantu klien baik individu, kelompok,


(33)

maupun masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatannya melalui kegiatan pembelajaran, yang dialami perawat berperan sebagai perawat pendidik.

Istilah edukasi telah dirumuskan oleh para ahli pendidikan kesehatan dalam berbagai pengertian, tergantung sudut pandang masing-masing. Edukasi adalah komponen program kesehatan dan kedokteran yang terdiri atas upaya terencana untuk mengubah perilaku individu, kelompok maupun masyarakat yang merupakan perubahan cara berpikir, bersikap, dan berbuat dengan tujuan membantu pengobatan, rehabilitasi, pencegahan penyakit dan promosi hidup sehat (Stuart, 1968).

Edukasi adalah suatu proses perubahan pada diri seseorang yang dihubungkan dengan pencapaian tujuan kesehatan individu dan masyarakat. Edukasi tidak dapat diberikan kepada sesorang oleh orang lain, bukan seperangkat prosedur yang harus dilaksanakan atau suatu produk yang harus dicapai, tetapi merupakan suatu proses perkembangan yang berubah secara dinamis, dimana seseorang menerima atau menolak informasi, sikap maupun praktek baru yang berhubungan dengan tujuan hidup sehat (Nyswander, 1947).

3.1.1. Tujuan edukasi

Secara umum, tujuan dari edukasi ialah mengubah perilaku

individu/masyarakat dibidang kesehatan (WHO, 1954 dalam Notoatmojo, 1997). Tujuan ini dapat diperinci lebih lanjut menjadi:

a. Menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai di masyarakat.

b. Menolong individu agar mampu secara mandiri atau berkelompok


(34)

c. Mendorong pengembangan dan pengguanaan secara tepat sarana pelayanan kesehatan yang ada.

Secara operasional, tujuan edukasi diperinci oleh Wong (2009) sebagai berikut: a. Agar penderita (masyarakat) memiliki tanggung jawab yang lebih besar pada

kesehatan (dirinya), keselamatan lingkungan dan masyarakat.

b. Agar orang melakukan langkah-langkah positif dalam mencegah terjadinya sakit, mencegah berkembangnya sakit menjadi lebih parah dan mencegah keadaan ketergantungan melalui rehabilitasi cacat yang disebabkan oleh penyakit.

c. Agar orang memiliki pengertian yang lebih baik tentang eksistensi dan perubahan-perubahan system dan cara memanfaatkannya dengan efisien dan efektif.

d. Agar orang mempelajari apa yang dapat dia lakukan sendiri dan bagaimana caranya, tanpa selalu meminta pertolongan kepada system pelayanan kesehatan yang formal.

Dalam keperawatan, tujuan edukasi adalah untuk meningkatkan status kesehatan, mencegah timbulnya penyakit dan bertambahnya masalah kesehatan, mempertahankan derajat kesehatan yang sudah ada, memaksimalkan fungsi dan peran pasien selama sakit, serta membantu pasien dan keluarga untuk mengatasi masalah kesehatan (Suliha, 2002).

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya edukasi bertujuan untuk mengubah pemahaman individu, kelompok, dan masyarakat di bidang kesehatan agar menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai,


(35)

mandiri dalam mencapai tujuan hidup sehat, serta dapat menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada dengan tepat dan sesuai.

4. Kemampuan

4.1. Defenisi Kemampuan (Ability)

Mampu adalah kuasa (bisa, sanggup) melakukan sesuatu. Kemampuan adalah kesanggupan; kecakapan; kekuatan (KBBI, 2005). Menurut Chaplin (1997:34 yang dikutip dari Todar, 2008) ability (kemampuan, kecakapan, ketangkasan, bakat, kesanggupan) merupakan tenaga (daya kekuatan) untuk melakukan perbuatan sesuai kapasitasnya. Kemampuan bias merupakan kesanggupan bawaan sejak lahir, atau merupakan hasil latihan atau praktek (Robbins, 2003:46 yang dikutip dari Todar, 2008). Kompeten adalah berasal dari kata competence yang berarti mampu. Pengertian kompetensi menurut AZ/N2S ISO 9000 (2000, dalam Nurmianto & Nurhadi, 2006) ialah demon strated ability to apply knowledge and skill yang artinya pengetahuan yang ditunjukan untuk menerapkan pengetahuan dan keahlian. Menurut Nurhidayah (2009), ketidakmampuan melakukan suatu tindakan paling sering disebabkan oleh kurangnya pengetahuan tentang cara melakukan tindakan tersebut, atau merupakan akibat dari kurang atau sulitnya memperoleh sarana untuk melakukan tindakan tersebut.

4.2. Jenis Kemampuan

Kemampuan dapat digolongkan pada dua jenis, yaitu kemampuan fisik dan kemampuan intelektual (Robbins, 2003 yang dikutip dari Senen, 2007). Kemampuan intelektual (Intellectual ability) merupakan kemampuan melakukan


(36)

aktivitas secara mental dan berkaitan dengan pengetahuan dan atau pendidikan dan kemampuan fisik (Physical ability) merupakan kemampuan melakukan aktivitas berdasarkan stamina kekuatan dan karakteristik fisik.

Dalam penelitian ini kemampuan yang diberikan dan diukur berupa komponen pengetahuan dan tindakan (keterampilan) saja dalam hal perawatan stoma.

4.2.1. Pengetahuan

4.2.1.1. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan, kata dasarnya ‘tahu’, mendapatkan awalan dan akhiran pe

dan an. Imbuhan ‘pe-an’ berarti menunjukkan adanya proses (Suhartono, 2005). Menurut Setiawati (2008) pengetahuan adalah hasil dari proses pembelajaran dengan melibatkan indra penglihatan, pendengaran, penciuman dan pengecap. Pengetahuan akan memberikan penguatan terhadap individu dalam setiap mengambil keputusan dan dalam berperilaku. Demikian juga menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang.

4.2.1.2. Tingkat Pengetahuan dalam Domain Kognitif

Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu:

a) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau


(37)

rangsangan yang telah diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, dan menyatakan.

b) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan terhadap objek yang dipelajari.

c) Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, metode, prinsip dalam konteks atau situasi yang lain.

d) Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, dan mengelompokkan.

e) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.


(38)

Misalnya, menyusun, merencanakan, meringkas, menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

f) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

4.2.1.3. Cara Mengukur Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan pengetahuan (Notoatmodjo, 2007).

4.2.1.4. Pengetahuan Keluarga Tentang Perawatan Stoma

Fungsi kolostomi akan mulai tampak pada hari ke-3 sampai hari ke-6 pascaoperatif. Untuk itu, perawatan kulit harus diajarkan bersamaan dengan bagaimana menerapkan drainase kantung dan melaksanakan irigasi. Karena singkatnya masa perawatan, pasien mungkin belum dapat sepenuhnya terlatih dalam teknik perawatan stoma sebelum pulang. Anggota keluarga harus diberi tahu tentang prosedur dan perawatan stoma. Penyesuaian oleh keluarga sangat diperlukan agar mereka terbiasa dengan hal ini pada saat pulang kerumah. Mereka juga perlu untuk memahami pentingnya membuat penyesuaian untuk memungkinkan pasien menghadapi perubahan citra tubuh dan melakukan perawatan kolostominya. Keluarga didorong untuk berpartisipasi dalam


(39)

melakukan tindakan (irigasi, pembersihan luka) dan penggantian balutan. Mereka perlu mengetahui dengan pasti kapan komplikasi memerlukan perhatian segera seperti perdarahan, distensi abdomen, dan kekakuan, diare, dan sindrom dumping (Smeltzer & Bare, 2002). Keluarga dapat membantu pasien kolostomi dengan menjaga area kolostomi tetap kering dan bersih serta melakukan perawatan rutin pada stoma termasuk drainase dan atau mengganti appliance (kantong kolostomi sekali pakai)(Hegner & Caldwell, 2003).

4.2.2. Tindakan

Tindakan berorientasi kepada keterampilan motorik yang berhubungan dengan anggota tubuh, atau tindakan yang memerlukan koordinasi antara syaraf dan otot (Suciati, 2001 dalam Nurhidayah, 2009). Tindakan biasanya dihubungkan dengan mengungkapkan pendapat, mendemonstrasikan kembali, serta hal-hal yang berhubungan dengan keterampilan teknis. Keterampilan psikomotorik (tindakan) mudah diidentifikasi dan diukur karena keterampilan itu pada dasarnya mencakup kegiatan yang berorientasi pada gerakan yang relatif mudah diamati (Nurhidayah, 2009).

Tingkatan psikomotorik (tindakan/keterampilan) menurut Nurhidayah (2009) terdiri dari:

a. Persepsi: kemampuan untuk memperlihatkan keadaan sensorik terhadap objek atau isyarat yang berhubungan dengan tugas yang dilakukan. Isyarat yang relevan dengan suatu situasi disimak, ditafsirkan secara simbolik, dan diseleksi untuk memandu tindakan, mendapatkan wawasan, dan menerima umpan balik. jenjang ini meliputi tindakan membaca perintah atau mengamati


(40)

proses dengan memperhatikan semua langkah atau teknik yang inheren dalam sebuah proses.

b. Pengaturan: kemampuan peserta didik untuk memperlihatkan kesiapannya dalam melakukan suatu tindakan, misalnya, mengikuti perintah, dengan menyatakan kesediaan, menyimak dengan indera, atau bahasa tubuh yang mendukung suatu tindakan motorik (persepsi merupakan perilaku prasyarat). c. Respon terkendali: kemampuan peserta didik untuk mengeluarkan tenaga

melalui tindakan kasat mata yang dilakukan secara sadar untuk meniru perilaku yang dapat diamati di bawah bimbingan instruktur.

d. Mekanisme: kemampuan peserta didik untuk mengulangi langkah-langkah pada suatu keterampilan yang diinginkan dengan tingkat percaya diri tertentu, yang menunjukkan bahwa penguasaannya sudah sampai pada tahap tertentu dimana beberapa atau semua aspek proses tersebut sudah menjadi kebiasaan. Langkah-langkah tersebut sudah lebur menjadi satu kesatuan yang bermakna yang dapat dilakukan dengan lancar tanpa perlu banyak dipikirkan lagi (persepsi, pengaturan, respon terkendali merupakan perilaku prasyarat).

e. Respon yang kompleks: kemampuan peserta didik untuk secara otomatis melakukan tindakan motorikyang rumit dengan bebasdan dengan sangat mahir tanpa merasa ragu dan tanpa banyak menggunakan waktu serta tenaga; melakukan seluruh rangkaian perilaku yang rumit tanpa perlu memperhatikan rinciannya (persepsi, pengaturan, respon terkendali, dan mekanisme merupakan perilaku prasyarat).


(41)

f. Adaptasi: kemampuan peserta didik untuk melakukan modifikasi atau adaptasi dalam proses motorik agar sesuai dengan situasi tertentu atau situasi yang beragam, yang menunjukkan bahwa dia menguasai gerakan yang sangat unik yang dapat disesuaikan dengan berbagai kondisi (persepsi, pengaturan, respon terkendali, mekanisme, dan respon yang kompleks merupakan perilaku prasyarat).

g. Keaslian: kemampuan peserta didik untuk menciptakan tindakan motorik baru, misalnya cara baru untuk memanipulasi objek atau materi, yang terbentuk karena pemahamannya terhadap suatu keterampilan dan kemampuannya melakukan keterampilan (persepsi, pengaturan, respon terkendali, mekanisme, respon yang kompleks, dan adaptasi merupakan perilaku prasyarat).

Pengukuran tindakan dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden (Notoatmodjo, 2003).

4.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan

Menurut Suliha, dkk (2001) terbentuknya pola perilaku baru dan berkembangnya kemampuan seseorang terjadi melalui tahapan tertentu, yang dimulai dari pembentukan pengetahuan, sikap, sampai dimilikinya keterampilan baru. Setiawati & Dermawan (2008) menyatakan salah satu fungsi keluarga yaitu sebagai fungsi pemenuhan (perawatan/pemeliharaan) kesehatan yang merupakan fungsi untuk mencegah terjadinya masalah kesehatan dan merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan. Suprajitno (2004) menegaskan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit atau dalam hal ini pada pasien kolostomi, perlu dikaji tentang :


(42)

a) Pengetahuan keluarga tentang penyakit yang dialami anggota keluarga (sifat, penyebaran, komplikasi, kemungkinan setelah tindakan, dan cara perawatannya).

b) Pemahaman keluarga tentang perawatan yang perlu dilakukan keluarga. c) Pengetahuan keluarga tentang peralatan, cara, dan fasilitas untuk merawat

anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan.

d) Pengetahuan keluarga tentang sumber yang dimiliki anggota keluarga (anggota keluarga yang mampu dan bertanggung jawab, sumber keuangan/finansial, fasilitas fisik, dukungan psikososial).

e) Bagaimana sikap keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit atau membutuhkan bantuan kesehatan.


(43)

BAB III

KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual dalam penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasikan pengaruh edukasi terhadap kemampuan keluarga dalam merawat stoma pada anggota keluarga yang mengalami kolostomi di Rindu B Ruang 2A RSUP. H. Adam Malik Medan.

Berdasarkan tujuan penelitian dan Landasan teori maka kerangka konsepnya adalah sebagai berikut :

Skema 1. Kerangka konseptual penelitian pengaruhedukasi terhadap kemampuan keluarga dalam perawatan stoma pada anggota keluarga yang mengalami kolostomi. Edukasi tentang perawatan stoma Post test: Kemampuan merawat stoma,yang terdiri dari :

− Pengetahuan perawatan stoma − Tindakan dalam merawat stoma Pre test: Kemampuan merawat stoma,yang terdiri dari :

− Pengetahuan perawatan stoma − Tindakan dalam merawat stoma


(44)

2. Defenisi Konseptual dan Defenisi Operasional 2.1. Defenisi Konseptual

Edukasi (Pendidikan kesehatan) merupakan usaha/kegiatan untuk membantu individu, kelompok, dan masyarakat dalam meningkatkan kemampuan baik pengetahuan, sikap, maupun keterampilan untuk mencapai hidup sehat secara optimal (Suliha, dkk, 2002).

Mampu adalah kuasa (bisa, sanggup) melakukan sesuatu. Kemampuan adalah kesanggupan; kecakapan; kekuatan (KBBI, 2005). Menurut Chaplin (1997:34 yang dikutip dari Todar, 2008) ability (kemampuan, kecakapan, ketangkasan, bakat, kesanggupan) merupakan tenaga (daya kekuatan) untuk melakukan perbuatan sesuai kapasitasnya. Kemampuan bias merupakan kesanggupan bawaan sejak lahir, atau merupakan hasil latihan atau praktek (Robbins, 2003:46 yang dikutip dari Todar, 2008).

2.2.Defenisi Operasional Tabel 3.2. Defenisi Operasional No Variabel

Penelitian

Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala 1 Variabel

independen: edukasi

Pemberian

Pengetahuan dan

tindakan perawatan

stoma yang diberikan pada salah

satu anggota keluarga yang mempunyai anggota

keluarga dengan

stoma yang

mempunyai

hubungan dekat, tinggal satu rumah


(45)

berpengaruh pada pasien kolostomi. 2 Variabel

dependen: Kemampuan keluarga, yang terdiri dari: - Pengetahuan - Tindakan

Kecakapan atau kesanggupan yang dimiliki anggota keluarga yang mempunyai

hubungan dekat, tinggal satu rumah

dan sangat berpengaruh pada

anggota keluarga dengan stoma dalam melakukan tindakan perawatan stoma dan merupakan hasil dari

jumlah total pengetahuan dan tindakan keluarga dalam perawatan stoma.

Instrumen yang terdiri dari 39 pertanyaan yang berupa:

- Kuesioner pengetahuan yang terdiri dari 17 pertanyaan dengan 2 pilihan jawaban: ya (nilai 1) dan tidak (nilai 0) - Lembar

observasi berisi 22 pernyataan prosedur perawatan stoma pada pasien kolostomi mulai dari persiapan sampai selesai melakukan tindakan, dengan 2 pilahan jawaban: dilakukan/ada (nilai 1) dan tidak

dilakukan/tidak ada (nilai 0).

a.Mampu dengan nilai 26-39 b. Kurang mampu dengan nilai 13-25 c.Tidak Mampu dengan nilai 0-12 Interval


(46)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain penelitian

Desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan rancangan penelitian one group pre and post test design yang bertujuan untuk mengungkapkan kemungkinan adanya pengaruh pengetahuan yang dimiliki keluarga terhadap kemampuan keluarga dalam perawatan stoma pada pasien kolostomi. Desain ini melibatkan satu kelompok subjek serta melakukan pengukuran kemampuan keluarga dalam merawat stoma sebelum pemberian edukasi dan setelah pemberian edukasi perawatan stoma.

Tabel 4.1. Rancangan penelitian

Subjek Pre test Perlakuan Post test K O I O1 Time 1 Time 2 Time 3

Penelitian ini terdiri dari satu kelompok intervensi (K), kelompok ini sebelum dikenai perlakuan tertentu diberi pre test. Setelah itu diberi intervensi yaitu edukasi selama kurang lebih 30 menit. Selanjutnya akan diadakan kembali post test (O1) pada kelompok tersebut hari ke empat setelah dilakukan intervensi. 2. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling

2.1. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian yang mencakup semua elemen/objek yang ada di wilayah penelitian. Objek pada populasi yang diteliti,


(47)

hasilnya dianalisis, disimpulkan, dan kesimpulan itu berlaku untuk seluruh populasi (Arikunto, 2006).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien kolostomi dan sedang menjalani rawat inap di RSUP H. Adam Malik medan, pada bulan Maret sampai dengan Mei 2012. Dari studi pendahuluan yang dilakukan peneliti, diketahui jumlah rata-rata pasien kolostomi di RSUP H. Adam Malik Medan dalam 3 bulan terakhir mulai bulan Juli sampai September 2011 adalah sebanyak 35 orang per bulan.

2.2.Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah keseluruhan objek yang diteliti atau dianggap mewakili seluruh populasi dengan kriteria inklusi adalah karakteristik sampel yang dapat dimasukkan atau layak untuk diteliti (Hidayat, 2007).

Kriteria inklusi dalam penelitian ini :

a. Salah satu anggota keluarga dari pasien pasca kolostomi di Rindu B Ruang 2A RSUP. H. Adam Malik Medan yang bersedia menjadi responden dalam penelitian.

b. Salah satu anggota keluarga yang dapat membaca dan menulis dari keluarga pasien pasca kolostomi yang berada di Rindu B ruang 2A RSUP H. Adam Malik Medan.

c. Salah satu anggota keluarga pasien pasca kolostomi yang dapat diajak komunikasi dan berbahasa Indonesia yang berada di Rindu B Ruang 2A RSUP. H. Adam Malik Medan.


(48)

d. Salah satu anggota keluarga yang mempunyai hubungan darah, tinggal satu rumah dan yang memungkinkan untuk merawat stoma pasien pasca kolostomi yang berada di Rindu B Ruang 2A RSUP. H. Adam Malik Medan.

Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 32 responden yang ditentukan dengan menggunakan tabel penentuan jumlah sampel yang dikembangkan Isaac dan Michael dengan tingkat kesalahan 5% (Sugiyono, 2006). Tetapi selama 9 minggu, jumlah sampel yang diperoleh pada saat peneliti melakukan penelitian yaitu 15 orang, dikarenakan ada beberapa responden pulang sebelum waktu penelitian selesai dan untuk pasien bayi dan anak tidak menggunakan kantong kolostomi.

2.3.Teknik sampling

Teknik Sampling merupakan teknik pengambilan sampel untuk digunakan dalam penelitian (Sugiyono, 2006). Sampling adalah suatu proses dalam menyeleksi dari populasi untuk mewakilinya. Pada penelitian ini teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling yaitu pemilihan yang sesuai dengan yang dikehendaki, yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi (Hidayat ,2007). Teknik purposive sampling ini merupakan jenis non-probability sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2006).


(49)

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 14 Maret sampai dengan 21 Mei 2012 di Rindu B Ruang 2A RSUP. H. Adam malik Medan karena rumah sakit tersebut merupakan salah satu rumah sakit umum pendidikan, rumah sakit rujukan dan rumah sakit yang menangani kasus kolostomi yang cukup banyak dibandingkan rumah sakit lainnya, dengan kondisi inilah memungkinkan bagi peneliti untuk memperoleh sampel sesuai yang diinginkan.

4. Pertimbangan Etik Penelitian

Penelitian dilakukan setelah proposal disetujui oleh institusi pendidikan dan direktur RSUP. H. Adam malik Medan serta peneliti mendapat izin dari pihak rumah sakit untuk mengumpulkan data yang akan menjadi bagian penelitian.

Peneliti menjelaskan tentang maksud dan tujuan yang sudah dilampirkan di lembar persetujuan responden dan menyerahkan langsung lembar persetujuan penelitian kepada responden. Jika responden bersedia diteliti maka harus terlebih dahulu menandatangani lembar persetujuan. Jika responden menolak untuk diteliti maka peneliti tidak berhak memaksa dan tetap menghormati hak-hak responden (hak autonomy) atau bersifat sukarela. Tindakan atau intervensi yang dilakukan tidak akan membahayakan klien (nonmalaficence). Untuk menjaga kerahasian responden (confidentiality), peneliti tidak akan mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data yg telah di isi oleh responden. Lembar tersebut hanya diberi kode tertentu. Kerahasian informasi yang diberikan oleh responden dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok data tertentu saja yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian (Nursalam, 2003).


(50)

5. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang akan digunakan adalah kuesioner data demografi responden dan instrumen kemampuan yang terdiri dari: kuesioner pengetahuan responden merawat stoma, dan lembar observasi tindakan untuk melihat responden pada saat melakukan perawatan stoma.

5.1.Kuesioner Data Demografi

Data-data demografi responden yang terdapat pada bagian ini meliputi kode responden, tanggal, umur, jenis kelamin, suku, agama, pendidikan terakhir, dan pekerjaan responden.

5.2.Instrumen Kemampuan

Instrumen yang digunakan untuk mengukur kemampuan respoden dalam perawatan stoma ini terdiri dari 39 pertanyaan yang terdiri dari 17 pertanyaan untuk kuesioner pengetahuan perawatan stoma dan 22 pernyataan pada lembar observasi prosedur perawatan stoma.

5.2.1. Kuesioner Pengetahuan Keluarga tentang Perawatan Stoma

Kuesioner tingkat pengetahuan terdiri dari 17 pertanyaan yang bertujuan untuk mengidentifikasi pengetahuan keluarga dalam perawatan stoma yang disusun sendiri oleh peneliti dengan berpedoman pada konsep perawatan stoma. Kuisioner yang terdiri dari 17 pertanyaan tentang perawatan stoma ini dibuat ketentuannya, bahwa setiap pertanyaan bernilai 1 (satu) untuk jawaban yang benar dan 0 (nol) untuk jawaban yang salah (Riduwan, 2002).


(51)

5.2.2. Lembar Observasi Tindakan Keluarga Merawat Stoma

Lembar observasi prosedur tindakan keluarga dalam merawat stoma terdiri dari 22 pernyataan yang diadopsi dari Siregar, C. T, dkk (2009), yang terdiri dari 9 pernyataan tentang ketersediaan alat-alat/bahan perawatan stoma dan 13 pernyataan tentang prosedur tindakan perawatan stoma yang akan dilakukan anggota keluarga dari pasien kolostomi. Ketentuan penilaiannya yaitu; jika calon responden ada menyediakan alat-alat perawatan stoma sesuai dengan yang ditentukan pada instrumen, maka nilainya 1 dan jika alat-alat tersebut tidak ada disediakan, maka nilainya 0. Jika responden melakukan tindakan prosedur perawatan stoma, maka nilainya 1 dan apabila responden tidak melakukan tindakan prosedur yang ditetapkan maka nilainya diberi 0.

Berdasarkan rumus Hidayat (2007):

p =

dimana p merupakan panjang kelas dengan rentang sebesar 39 (selisih nilai tertinggi dengan nilai terendah) dan banyak kelas 3 (mampu, kurang mampu, dan tidak mampu) maka didapat panjang kelas sebesar 39/3 = 13 dan nilai 0 sebagai batas bawah kelas interval pertama, sehingga kemampuan keluarga tentang perawatan stoma dapat dikategorikan sebagai berikut:

- mampu dalam merawat stoma = 26-39

- kurang mampu dalam merawat stoma = 13-25


(52)

6. Uji Validitas dan Reliabilitas

Kuesioner pengetahuan keluarga tentang perawatan stoma dan lembar observasi kemampuan keluarga dalam perawatan stoma dibuat sendiri oleh peneliti, sehingga perlu dilakukan uji validas.

Kuesioner dan lembar observasi ini divalidasi dengan menggunakan validitas isi (Content validity) yang dilakukan oleh 3 orang ahli dalam penelitian ini yaitu dosen F. Kep USU bagian Departemen KMB; Ibu Rosina Tarigan, S.Kep, M.kep, sp. KMB, CWCC, Bapak Asrizal, S. Kep, Ns, WOC (ET)N, dan dari Rindu B Ruang 2A RSUP. H. Adam Malik Medan yaitu Ibu Lela Wira, S. Kep, Ns.

Hal ini dilakukan dengan mengajukan kuesioner, lembar observasi dan proposal penelitian kepada penguji validitas. Ahli diminta untuk mengamati secara cermat semua item dalam tes yang hendak divalidasi. Kemudian mengoreksi semua item yang telah dibuat. Pada akhir perbaikan, ahli diminta untuk memberikan pertimbangan tentang bagaimana tes tersebut menggambarkan cakupan isi yang akan diukur. Pertimbangan ahli tersebut juga menyangkut apakah semua aspek yang hendak diukur telah dicakup melalui item pertanyaan dalam tes (Sukardi, 2009). Dan hasil dari ketiga ahli tersebut dihitung dengan menggunakan CVI (content validity index) menurut Polit & Hungler (1999) dengan rumus:

r =


(53)

Pada instrumen penelitian ini, nilai validitas (r) yang didapat yaitu 0.86, jadi instrumen yang digunakan sudah valid.

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui konsistensi instrumen sehingga dapat digunakan untuk penelitian berikutnya dalam ruang lingkup yang sama (Notoatmodjo, 2005). Tes reliabilitas ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar derajat atau kemampuan alat ukur untuk mengukur secara konsistensi sasaran yang akan diukur. Alat ukur yang baik adalah bila beberapa kali dipakai sebagai alat ukur pada kelompok subjek yang sama akan memberikan hasil yang sama. Uji reliabilitas dilakukan sebelum pengumpulan data terhadap 9 responden yang memenuhi kriteria yang sama dengan sampel di RSUP. H. Adam Malik pada bulan Maret 2012.

Dalam penelitian ini akan menggunakan reability konsistensi internal. Untuk menguji instrumen berupa kuesioner pengetahuan, peneliti akan menggunakan formula Kuder Richardson 20 (K-R 20), dimana instrumen mempunyai dua pilihan jawaban yaitu benar dan salah (Sukardi, 2009). Arikunto (2006) juga menyatakan bahwa K-R 20 ini digunakan untuk jumlah pertanyaan yang merupakan bilangan ganjil dan dalam kuesioner ini terdiri dari 17 pertanyaan. Sedangkan untuk lembar observasi menurut Arikunto (2006), peneliti menggunakan crudel index agreement (index kesesuaian kasar). Reabilitas biasanya dinyatakan dalam bentuk angka yang disebut dengan koefisien.

Koefisien yang tinggi menunjukkan reabilitas yang tinggi. Instrumen pengukuran yang memiliki reabilitas yang sempurna, nilai koefisiennya 1.00. Akan tetapi, jarang sekali instrumen pengukuran benar-benar reliabel. Reabilitas yang sering


(54)

dilaporkan biasanya kurang dari 1.00, yaitu 0.80; 0.70; atau 0.50 (Dempey & Dempsey, 2002), sedangkan menurut Polit & Hungler (1997) suatu instrument dikatakan reliabel jika nilai koefisien reliabelnya (r) > 0.7.

Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan sudah diuji, dengan nilai r11 untuk kuesioner kemampuan = 0,74 dan untuk lembar observasi dengan nilai index kasarnya (KK) = 0,972. Kesimpulannya dari hasil uji, maka instrumen sudah reliabel karena nilainya lebih besar dari 0,7.

7. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dimulai dengan cara mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian kepada pendidikan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Kemudian mengirim surat izin penelitian dari F.Kep USU ke tempat penelitian RSUP. H. Adam Malik Medan. Setelah mendapat izin maka dilakukan pengumpulan data. Peneliti mencari responden sesuai dengan kriteria yang telah dibuat sebelumnya. Apabila peneliti sudah menemukan calon responden, peneliti menjelaskan tujuan dan manfat dari penelitian ini. Kemudian peneliti meminta persetujuan dari responden dan kontrak waktu selama 5 hari dengan menandatangani informed consent (lembar persetujuan).

Pada hari pertama peneliti akan mendapatkan responden. Setelah meminta persetujuan, peneliti menjelaskan cara pengisian kuesioner dan meminta responden untuk menjawab kuesioner pertanyaan tentang pengetahuan perawatan kolostomi. Setelah selesai pengisian kuesioner, peneliti meminta calon responden melakukan prosedur tindakan perawatan stoma dan peneliti mengisi lembar observasi prosedur perawatan stoma yang telah tersedia. Setelah selesai


(55)

pengisiaan lembar observasi, pada hari ke 2 peneliti memberi edukasi dengan menjelaskan informasi tentang kolostomi dan mengajarkan prosedur perawatan stoma selama kurang lebih 30 menit (warna stoma, pengukuran stoma pada kantong kolostomi, waktu mengganti kantong kolostomi, jenis-jenis kantong kolostomi, dan peralatan apa saja yang perlu dalam perawatan stoma, dan tujuan dilakukan perawatan stoma). Lalu pada hari ke-3 dan ke-4, responden melakukan perawatan sendiri dengan didampingi peneliti sekaligus mengevaluasi tindakan yang dilakukan. Pada hari ke-5 diadakan post test.

Pelatihan hanya sekali dilakukan dalam satu hari dan pada waktu sore hari, jika responden kurang jelas responden dapat bertanya kepada peneliti. Selanjutnya data dianalisa.

Pada saat pengumpulan data ada beberapa responden yang berumur diatas 50 tahun dan kurang dapat membaca dengan jelas, maka peneliti memberi bantuan kepada responden untuk mengisi lembar kuesioner dengan cara membacakan pertanyaan yang ada dilembar kuisioner kemudian responden diminta menjawab pertanyaan sesuai dengan yang mana yang paling dominan.

8. Analisa Data

Analisa data dilakukan setelah semua data berupa kuisioner dan lembar observasi dikumpulkan oleh peneliti dan diperiksa satu per satu. Data yang diperoleh dari setiap responden berupa data demografi dan hasil pengisian kuesioner pengetahuan keluarga sebelum dan sesudah intervensi. Sedangkan untuk lembar observasi kemampuan keluarga merawat stoma, peneliti sendiri yang menilainya. Analisis data akan dilakukan secara komputerisasi.


(56)

Data yang terkumpul diolah dengan mengecek kode (coding) data responden dan memastikan bahwa semua jawaban sudah diisi, data yang terkumpul dari kuisioner dikoreksi kembali ketepatan dan kelengkapannya secara manual (coding), dan memasukkan data melalui komputerisasi (entri). Selanjutnya dilakukan analisa data.

8.1. Statistik Deskripsi

Statistik deskripsi digunakan untuk menyajikan data-data demografi yang meliputi umur, jenis kelamin, suku, agama, pendidikan terakhir, dan pekerjaan. Data demografi ini akan mewakili karakteristik responden. Data demografi disajikan dalam bentuk tabel frekuensi dan persentase. Sedangkan untuk mengidentifikasi kemampuan keluarga sebelum dan kemampuan keluarga sesudah diberi edukasi dianalisa dengan pengukuran mean dan standar deviasi (Riwidikdo, 2008).

8.2. Statistik Inferensial

Statistik inferensial digunakan untuk mengidentifikasi kemampuan keluarga antara pre dan post pemberian edukasi tentang perawatan stoma. Adapun uji inferensial yang dipakai adalah uji statistik parametrik yaitu uji paired t-test

yang digunakan untuk membandingkan kemampuan keluarga pre dan post

edukasi perawatan stoma. Jika data yang diperoleh tidak berdistribusi normal, maka data tersebut akan diuji dengan Wilcoxon. Dalam penelitian ini data tidak berdistribusi normal dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov karena sampel yang dipakai 15 orang (<30) dan signifikansinya untuk pre test 0,200 (p>0,05) dan post test 0,014 (p<0.05). Uji Wilcoxon digunakan untuk


(57)

membandingkan data yang mempunyai ketergantungan atau untuk melihat perbedaan sebelum dan sesudah intervensi pada orang yang sama apabila data tidak berdistribusi normal (Wahyuni, 2008).

Pada uji Wilcoxon diperoleh nilai p, yaitu nilai yang menyatakan besarnya peluang hasil penelitian (probabiltas). Kesimpulan hasilnya diinterpretasikan dengan membandingkan nilai p dan nilai alpha (α = 0.05). Nilai p pada penelitian ini = 0.001, dimana p < α, maka keputusanya Ha diterima (Portney & Watkins, 2000), dengan kata lain ada pengaruh edukasi terhadap kemampuan keluarga dalam perawatan stoma.


(58)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama 9 minggu, yaitu mulai tanggal 14 Maret 2012 sampai tanggal 21 Maret 2012 di Rindu B Ruang 2A RSUP. H. Adam Malik Medan. Penyajian data meliputi deskriptif karakteristik responden, kemampuan responden merawat stoma sebelum diberi edukasi (pre test), kemampuan responden merawat stoma setelah diberi edukasi (post test), dan perbedaan kemampuan responden merawat stoma sebelum dan sesudah diberi edukasi. Jumlah keseluruhan responden dalam penelitian ini adalah 15 orang yang diberikan intervensi berupa edukasi perawatan stoma selama ± 30 menit selama 5 hari.

1.1.Karakteristik Responden

Deskripsi karakteristik demografi responden terdiri dari umur, jenis kelamin, umur, agama, suku, pendidikan, dan pekerjaan. Berdasarkan hasil penelitian, pada umumnya responden berumur dalam rentang usia 24-32 tahun (26,7%), 42-50 tahun (26,7%), dan 51-59 tahun (26,7%). Mayoritas responden berjenis kelamin perempuan (53,3%). Pada umumnya responden beragama Islam (73,3%) dan sebagian besar bersuku batak (40%). Berdasarkan latar belakang pendidikan, mayoritas responden memiliki jenjang pendidikan SMA (60%). Sedangkan untuk aktifitas sehari-hari, responden lebih banyak tidak bekerja (57,9%). Berdasarkan pekerjaan, pada umumnya responden ibu rumah tangga (33,7%).


(59)

Tabel 5.1. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan karakteristik responden (n=15)

Karakteristik Demografi

Frekuensi (f) Persentase (%) Umur 24-32 33-41 42-50 51-59 60-68 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Suku Batak Jawa Minang

Dll : Karo dan Aceh Agama Islam Protestan Khatolik Budha Hindu Pendidikan Akhir SD SMP SMA Akademi Sarjana 4 0 4 4 3 7 8 6 5 1 3 (1 dan 2)

11 2 2 0 0 3 1 9 2 0 26,7 0 26,7 26,7 20,0 46,7 53,3 40,0 33,3 6,7

20,0 (6,7 dan 13,3)

73,3 13,3 13,3 0 0 20,0 6,7 60,0 13,3 0


(60)

Pekerjaan

Pegawai BUMN Pegawai swasta Pedagang

Ibu rumah tangga Petani Buruh 1 1 2 5 4 2 6,7 6,7 13,3 33,3 26,7 13,3

1.2.Kemampuan responden dalam perawatan stoma

1.2.1. Kemampuan responden dalam perawatan stoma sebelum diberi edukasi (pre test)

Hasil penelitian sebelum intervensi (pre test) menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki kemampuan kurang dalam perawatan stoma sebanyak 93,3% (14 orang) dan tidak mampu merawat stoma sebanyak 6,7% (1 orang). Dengan rata-rata kemampuan 18,93 (SD=3,105). Berikut lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel.

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Kemampuan Responden dalam Perawatan Stoma Sebelum Diberi Edukasi (n=15)

Parameter Kemampuan Frekuensi (f) Persentase (%) Mampu Kurang mampu Tidak mampu Mean:18,93 ,(SD=3,105) 0 14 1 0 93,3 6,7

Akan tetapi apabila dilihat dari aspek sub variabelnya yaitu pengetahuan dan tindakan dalam perawatan stoma, maka timbul ketimpangan atau konflik dalam pengambilan kesimpulan kemampuan karena kemampuan diperoleh dari total pengetahuan dan tindakan.


(61)

Untuk aspek pengetahuan, berdasarkan rumus Hidayat (2007):

p =

dimana p merupakan panjang kelas dengan rentang sebesar 17 (selisih nilai tertinggi dengan nilai terendah) dan banyak kelas 3 (mampu, kurang mampu, dan tidak mampu) maka didapat panjang kelas sebesar 17/3 = 5,7 dan nilai 0 sebagai batas bawah kelas interval pertama, sehingga kemampuan keluarga yang ditinjau dari aspek pengetahuan tentang perawatan stoma dapat dikategorikan sebagai berikut:

- mampu dalam merawat stoma = 12-17

- kurang mampu dalam merawat stoma = 6-11

- tidak mampu merawat stoma = 0-5

Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan responden tentang perawatan stoma sebelum diberi edukasi, 73,3% (11 orang) termasuk kategori kurang mampu dalam merawat stoma dan 26,7% (4 orang) mampu merawat stoma anggota keluarganya. Dengan rata-rata kemampuan 10,60 (SD=1,993). Berikut lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel.

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi dan Persentase Kemampuan Responden Ditinjau dari Pengetahuan dalam Perawatan Stoma Setelah Diberi Edukasi (n=15)

Parameter Kemampuan Frekuensi (f) Persentase (%) Mampu

Kurang mampu Tidak mampu

Mean: 10,60 (SD=1,993)

4 11 0

26,7 73,3 0

Sedangkan apabila ditinjau dari aspek tindakan dalam melakukan perawatan stoma, berdasarkan rumus Hidayat (2007):


(1)

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic Df Sig. Statistic df Sig. Pre Test Pengetahuan .218 15 .053 .939 15 .373 Post Test Pengetahuan .316 15 .000 .790 15 .003 Pre Test Tindakan .114 15 .200* .938 15 .358 Post Test Tindakan .179 15 .200* .908 15 .126 Pre test Kemampuan .115 15 .200* .991 15 1.000 Post Test Kemampuan .248 15 .014 .910 15 .133

3.

Uji Inferensial

3.1.

NPar Tests (Wilcoxon Signed Ranks Test)

Statistics

Pre test Kemampuan

Post Test Kemampuan

Pre Test Pengetahuan

Post Test Pengetahuan

N Valid 15 15 15 15

Missing 0 0 0 0

Median 19.00 35.00 10.00 16.00

Minimum 13 34 7 15

Maximum 25 38 15 17

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks Post Test Kemampuan - Pre

test Kemampuan

Negative Ranks 0a .00 .00

Positive Ranks 15b 8.00 120.00

Ties 0c

Total 15

Post Test Pengetahuan - Pre Test Pengetahuan

Negative Ranks 0d .00 .00

Positive Ranks 15e 8.00 120.00

Ties 0f

Total 15

a. Post Test Kemampuan < Pre test Kemampuan b. Post Test Kemampuan > Pre test Kemampuan


(2)

Test Statistics

b

Post Test Kemampuan - Pre test Kemampuan

Post Test Pengetahuan - Pre Test Pengetahuan

Z -3.413a -3.425a

Asymp. Sig. (2-tailed) .001 .001

a. Based on negative ranks. b. Wilcoxon Signed Ranks Test

3.2.

T-Test

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean Pair 1 Pre Test Tindakan 8.33 15 1.759 .454

Post Test Tindakan 19.53 15 1.246 .322

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig. Pair 1 Pre Test Tindakan & Post Test

Tindakan 15 .076 .788

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviation Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Pair 1 Pre Test

Tindakan - Post Test Tindakan

-11.200 2.077 .536 -12.350 -10.050 -20.884 14 .000

4.

Frequencies Variabel dan Sub Variabel

Statistics

Hasil Pre Test Pengetahuan

Hasil Post Test Pengetahuan

HasilPre Test Tindakan

Hasil Post Test Tindakan

Hasil Pre Test

Hasil Post Test

N Valid 15 15 15 15 15 15


(3)

Frequencies

Statistics

Pre Test Pengetahuan

Post Test Pengetahuan

Pre Test Tindakan

Post Test Tindakan

Pre test Kemampuan

Post Test Kemampuan

N Valid 15 15 15 15 15 15

Missing 0 0 0 0 0 0

Mean 10.60 16.13 8.33 19.53 18.93 35.67

Std. Deviation 1.993 .640 1.759 1.246 3.105 1.175

4.1.

Frequency Table Of Variable

Hasil Pre Test Kemampuan Perawatan Stoma

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Kurang mampu 14 93.3 93.3 93.3

Tidak mampu 1 6.7 6.7 100.0

Total 15 100.0 100.0

Hasil Post Test Kemampuan Perawatan Stoma

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Mampu 15 100.0 100.0 100.0

4.2.

Frequency Sub Variable

Hasil Pre Test Pengetahuan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Mampu 4 26.7 26.7 26.7

Kurang mampu 11 73.3 73.3 100.0

Total 15 100.0 100.0

Hasil Post Test Pengetahuan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Mampu 15 100.0 100.0 100.0

Hasil Pre Test Tindakan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Mampu 1 6.7 6.7 6.7


(4)

Hasil Post Test Tindakan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


(5)

Lampiran Master Data Pre test dan Post

Responden

Pre Test

Kemampuan

Post Test

Kemampuan

Pre Test

Pengetahuan

Post test

Pengetahuan

Pre Test

Tindakan

Post Test

Tindakan

1

20

36

11

16

9

20

2

19

36

10

16

9

20

3

21

34

11

15

10

19

4

25

35

15

17

10

18

5

18

35

9

17

9

18

6

20

35

13

16

7

19

7

18

37

10

16

8

21

8

13

35

7

16

6

19

9

17

35

9

16

8

19

10

15

35

9

15

6

20

11

22

37

10

16

12

21


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama

: Santy Ercelina Nainggolan

Tempat/Tanggal Lahir

: Perdagangan/10 Januari 1989

Jenis Kelamin

: Perempuan

Agama

: Kristen protestan

Alamat

: Jln. Rajamin Purba SH. Kel. Pasar I,

Kabupaten Simalungun

Riwayat Pendidikan :

1. TK Sanggar Yuwana PTPN IV Gunung Bayu,

(1993-1995)

Kec. Bosar Maligas, Kab. Simalungun

2. SDN 091681 Gunung Bayu, Kec. Bosar Maligas

(1995-2001)

Kab. Simalungun

3.

SMP Swasta PTPN IV Gunung Bayu,

(2001-2004)

Kec, Bosar Maligas, Kab. Simalungun

4.

SMA Negeri I Bandar Perdagangan,

Kab. Simalungun

(2004-2007)

5.

Fakultas Ilmu Keperawatan (FIK) UNRI

(2007-2008)

6. Fakultas Keperawatan USU (S1)

(2008-Sekarang)

Kegiatan yang Pernah Diikuti

1.

Seminar Kesehatan:

a.

Penyakit Tropis “Chikungunya”, Epidemiologi, Diagnosa,

Penatalaksanaan dan Pencegahan. Medan, 06 Maret 2010.

b.

Seminar Sehari Keperawatan “Evidance Based dalam Praktik Pelayanan

Keperawatan”. Medan, 18 Maret 2011.

c.

Implementasi Asuhan Keperawatan Komunitas Program Pendidikan

Profesi Ners Fakultas Keperawatan USU. Medan, 31 Mei 2012.

d.

Seminar Kesehatan Perawatan Luka: Aplikasi

Modern Wound Care

(Perawatan Luka Modern). Medan, 16 Juni 2012.

2.

Kegiatan Mahasiswa:

Mahasiswa berprestasi dengan piagam penghargaan Lomba Cerdas Cermat

dan Debat 2011 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Medan, 21

Mei 2011.

Pengalaman Bekerja