Pengertian Wisata Religi Kepercayaan Trust

15 6 Lembaga Swadaya Masyarakat; merupakan organisasi non-pemerintah yang sering melakukan aktivitas kemasyarakatan di berbagai bidang, termasuk di bidang pariwisata, seperti proyek WWF untuk perlindungan Orang Utan di Kawasan Bahorok Sumatera Utara atau di Tanjung Putting Kalimantan Selatan, Kelompok Pecinta Alam, Walhi, dan lain-lain.

2.3 Pengertian Wisata Religi

Tentang mengapa semua orang melakukan perjalanan wisata, setiap orang akan mempunyai alasan-alasan tersendiri. Salah satu alasan adalah untuk berziarah atau untuk keperluan keagamaan lain. Hal ini disebut juga dengan wisata rohani. Wisata rohani adalah perjalanan wisata di mana tujuan perjalanan yang dilakukan adalah untuk melihat atau menyaksikan upacara-upacara keagamaan. Jenis wisata ini sedikit banyaknya dikaitkan dengan agama, sejarah adat istiadat dan kepercayaan umat atau kelompok dalam masyarakat. Wisata ini banyak dilakukan oleh perorangan maupun rombongan ke tempat-tempat suci, seperti kunjungan ke Istana Vatikan di Roma bagi orang yang beragama Katolik, ke Yerusalem dan ke Muntilan pusat pengembangan agama Kristen di Jawa Tengah bagi umat beragama Kristen Protestan, ke tanah suci bagi umat beragama Islam, upacara agama Hindu Bali di Sakenan, Bali, Umat beragama Budha ke tempat- tempat suci Agama Budha di India, Nepal, Tibet dan sebagainya. Yoeti 1983 : 116 Suwantoro berpendapat bahwa wisata rohani merupakan perjalanan wisata yang dimaksudkan guna melakukan ibadah keagamaan, misalnya umroh oleh sebuah konsorsium biro perjalanan, tour ke Lourdes di Perancis Selatan, tour Universitas Sumatera Utara 16 mengikuti Waicak di Candi Borobudur-Pawon-Mendut dan lain-lain, Suwantoro 1997:16. Dari kedua pengertian wisata rohani di atas, maka diambil kesimpulan bahwa wisata rohani adalah perjalanan yang dilakukan dengan tujuan keagamaan baik dalam bentuk upacara keagamaan dan juga merupakan tempat ibadah.

2.4 Persepsi

Persepsi adalah suatu proses untuk membuat penilaian judment atau membangun kesan impression mengenai berbagai macam hal yang terdapat di dalam lapangan penginderaan seseorang. Persepsi masyarakat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah nilai-nilai dalam diri setiap individu diperoleh dengan hal-hal yang diterima panca indera. Adapun faktor- faktor internal yang mempengaruhi persepsi adalah umur dan jenis kelamin, latar belakang, pendidikan, tempat tinggal, status ekonomi, waktu luang, fisik, dan intelektual Wibowo 1988. Persepsi merupakan pengalaman seseorang tentang obyek, peristiwa atau hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi merupakan proses merasa, menafsirkan pesan, mengorganisasi, menginterpretasi dan mengevaluasi informasi yang masuk Lumintang dan Murni,1998. Selanjutnya, masalah persepsi ini diuraikan secara lebih dalam oleh Bruner 1957. Ia mengatakan bahwa persepsi adalah proses kategorisasi. Organisme dirangsang oleh suatu masukan tertentu obyek-obyek di luar, peristiwa dan lain-lain dan organisme itu berespon dengan menghubungkan masukan itu dengan salah satu kategori golongan obyek-obyek atau peristiwa- peristiwa. Proses menghubungkan ini adalah proses yang aktif di mana individu yang bersangkutan dengan sengaja mencari kategori yang tepat sehingga ia dapat Universitas Sumatera Utara 17 mengenali atau memberi arti kepada masukan tersebut. Dengan demikian persepsi juga bersifat inferensial atau menarik kesimpulan Sarwono, 2000. Persepsi adalah proses kognitif yang bisa terjadi pada setiap orang dalam memahami informasi tentang lingkungan, yang dapat diperoleh melalui penglihatan, penghayatan, pendengaran, perasaan, maupun pnciuman. Persepsi merupaan penafsiran unik terhadap suatu situasi, bukan suatu pencarian yang sebenarnya dari situasi tersebut Thoha 1998 Lumintang dan Murni 1998 menyatakan bahwa persepsi individu dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, ras, kelompok, nilai, kepercayaan dan sikap yang dimiliki. Kayam dalam Basyuni 2001 menambahkan bahwa faktor-faktor dalam diri individu yang menentukan persepsi adalah kecerdasan, minat, emosi, pendidikan, pendapatan, dan kapasitas alat indera. Sedangkan faktor dari luar yang mempengaruhi persepsi menurut Kayam adalah pengaruh kelompok, pengalaman masa lalu, dan latar belakang sosial budaya. Menurut Wibowo 1988, banyak sekali faktor-faktor pada diri perseptor individu yang memberikan persepsi yang dapat mempengaruhi veridikalitas persepsinya sendiri atau menimbulkan perbedaan-perbedaan antara persepsinya dan persepsi orang lain. Faktor-faktor tersebut adalah meliputi beberapa hal berikut : 1. Faktor Pengalaman. Semakin banyak pengalaman yang dimiliki seseorang mengenai obyek-stimulusnya sebagai hasil dari seringnya kontak antara perseptor dan obyek. Semakin tinggi pula veridikalitasnya. Pengayaan pengalaman ini dapat pula terjadi karena kontak-kontak dengan obyek-obyek stimulus yang serupa. 2. Faktor Intelegensia. Semakin tinggi intelegensia seseorang atau semakin cerdas orang yang bersangkutan semakin besar kemungkinan ia akan bertindak obyektif dalam memberikan penilaian atau pembangunan kesan mengenai obyek stimulus. Universitas Sumatera Utara 18 3. Faktor Kemampuan Menghayati Stimuli. Setiap orang dalam taraf yang berbeda-beda, memiliki untuk menangkap perasaan orang lain sebagaimana adanya. Kemampuan ini dinamakan emphati. 4. Faktor Ingatan. Daya ingat seseorang juga menentukan veridikalitas persepsinya. 5.Faktor Disposisi Kepribadian. Disposisi kepribadian di sini diartikan sebagai kecenderungan kepribadian yang relatif menetap pada diri seseorang. 6. Faktor Sikap Terhadap Stimulus. Sikap secara umum dapat dinyatakan sebagai suatu kecenderungan yang ada pada diri seseorang untuk berpikir atau berpandangan, berperasaan dan berkehendak, dan berbuat secara tertentu terhadap suatu obyek. 7. Faktor Kecemasan. Seseorang yang dicekam oleh kecemasan karena suatu hal yang berkaitan dengan obyek-stimulusnya akan mudah dihadapkan pada hambatan-hambatan dalam mempersepsi obyek tersebut. Kecemasan dapat menyebabkan seseorang melakukan macam-macam hal untuk mengatasi keadaan di dalam dirinya. 8. Faktor Pengharapan. Faktor ini sebenarnya merupakan kumpulan dari beberapa bentuk pengharapan yang bersumber dari adanya asumsi-asumsi tertentu mengenai manusia, perilaku dan ciri-cirinya, yang sampai taraf tertentu diyakini kebenarannya. Berbagai faktor tersebut berfungsi tumpang tindih, sulit untuk menunjukkan faktor mana yang paling besar pengaruhnya dalam mempercepat rangsang, rangsang sosial. Selain itu persepsi dipengaruhi oleh minat, selera, Universitas Sumatera Utara 19 kebutuhan angan-angan dan lain-lain. Selanjutnya Wibowo 1988 mengungkapkan bahwa persepsi juga bergantung pada : 1. pendidikan seseorang 2. kedudukan dalam strata sosial 3. latar belakang sosial budaya 4. usia dan lain-lainnya.

2.4.1 Syarat Terjadinya Persepsi

Menurut Sunaryo 2004: 98 syarat-syarat terjadinya persepsi adalah sebagai berikut: a. Adanya objek yang dipersepsi b. Adanya perhatian yang merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam mengadakan persepsi. c. Adanya alat inderareseptor yaitu alat untuk menerima stimulus d. Saraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus ke otak, yang kemudian sebagai alat untuk mengadakan respon.

2.4.2 Faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Menurut Miftah Toha 2003: 154, faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang adalah sebagai berikut : a. Faktor internal: perasaan, sikap dan kepribadian individu, prasangka,keinginan atau harapan, perhatian fokus, proses belajar, keadaan fisik,gangguan kejiwaan, nilai dan kebutuhan juga minat, dan motivasi. b. Faktor eksternal: latar belakang keluarga, informasi yang diperoleh,pengetahuan dan kebutuhan sekitar, intensitas, ukuran, keberlawananpengulangan gerak, hal-hal baru dan familiar atau ketidak asingan suatu objek. Universitas Sumatera Utara 20 Menurut Bimo Walgito 2004: 70 faktor-faktor yang berperan dalampersepsi dapat dikemukakan beberapa faktor, yaitu: a. Objek yang dipersepsi Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor.Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi jug adapat datang dari dalam diri individu yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor. b. Alat indera, syaraf dan susunan syaraf Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus, disamping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Sebagai alat untuk mengadakan respon diperlukan motoris yang dapat membentuk persepsi seseorang. c. Perhatian Untuk menyadari atau dalam mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian, yaitu merupakan langkah utama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada sesuatu sekumpulan objek. Faktor-faktor tersebut menjadikan persepsi individu berbeda satu sama lain dan akan berpengaruh pada individu dalam mempersepsi suatu objek, stimulus, meskipun objek tersebut benar-benar sama. Persepsi seseorang atau kelompok dapat jauh berbeda dengan persepsi orang atau kelompok lain sekalipun situasinya sama. Perbedaan persepsi dapat ditelusuri pada adanya perbedaan- perbedaan individu, perbedaanperbedaan dalam kepribadian, perbedaan dalam Universitas Sumatera Utara 21 sikap atau perbedaan dalam motivasi. Pada dasarnya proses terbentuknya persepsi ini terjadi dalam diri seseorang, namun persepsi juga dipengaruhi oleh pengalaman, proses belajar, dan pengetahuannya.

2.4.3 Proses Persepsi

Menurut Miftah Toha 2003: 145, proses terbentuknya persepsi didasari pada beberapa tahapan, yaitu: a. Stimulus atau Rangsangan Terjadinya persepsi diawali ketika seseorang dihadapkan pada suatu stimulusrangsangan yang hadir dari lingkungannya. b. Registrasi Dalam proses registrasi, suatu gejala yang nampak adalah mekanisme fisik yang berupa penginderaan dan syarat seseorang berpengaruh melalui alat indera yang dimilikinya. Seseorang dapat mendengarkan atau melihat informasi yang terkirim kepadanya, kemudian mendaftar semua informasi yang terkirim kepadanya tersebut.

2.5 Kepercayaan Trust

Dalam Termonologi sosiologi,konsep kepercayaan dikenal dengan trust.Definisi kepercayaantrustdalam oxford english dictionary dijelaskan sebagai confidence in yang berarti yakin pada dan Reliance on yang bermakna parcaya atas beberapa kualitas atau atribut sesuatu. Torsvik2000:458menyebutkan kepercayaan merupakan kecenderungan perilaku tertentu yang dapat mengurangi resiko yang muncul dari perilakunya.Menurut Giddens2005 kepercayaan pada dasarnya terikat,bukan kepada resiko namun kepada berbagai kemungkinan.kepercayaan selalu mengandung konotasi keyakinan di tengah-tengah berbagai akibat yang serba Universitas Sumatera Utara 22 mungkin,apakah dia berhubungan dengan tindakan individu atau dengan beroperasinya sistem.Menurut Lawang2004:36Kepercayaan merupakan “hubungan antara dua belah pihak atau lebih yang mengandung harapan yang menguntungkan salah satu pihak atau kedua belah pihak melalui interkasi sosial. Ada beberapa situasi menurut giddens dimana pola resiko diinstitusionalkan di dalam kerangka kerja kepercayaaan disekitarnya,seperti di investasi pasar modal .disini skill dan kesempatan merupakan faktor pembatas resiko,namun secara normal resiko diperhitungkan secara sadar.Yang terlihat sebagai risiko yang “dapat diterima”minimalisasi bahaya-bervariasi pada konteks yang berlainan,namun biasanya ia menempati posisis sentral dalam menjalin kepercayaan. Dalam masyarakat pra-modern menurut giddens2005:131-146ditemukan 4 lingkungan yang menumbuh-kembangkan kepercayaan yaitu hubungan kekerabatan,komunitas masyarakat lokal,kosmologis religius,dan tradisi.Berbeda dengan masyarakat Pra-modern,masih berdasarkan pandangan giddens2005:147- 200dalam masyarakat modern terdapat 3 lingkungan yang dapat menimbulkan kepercayaan yaitu sistem abstrak,relasi personal,dan orientasi personal. Diskusi sosiologis tentang kepercayaan umumnya dikaitkan dengan keterbatasan perkiraan dan ketidakpastian yang berkenan dengan perilkau orang lain dan motifgambetta,1988.setiap orang memiliki keterbatasan dalam memperkirakan sesuatu untuk mengatasi ketidakpastian tersebut maka dia harus menjalani hubungan kepercayaan dengan orang lain.Kepercayaan merupakan suatu harapan yang didasarkan atas inconclusive evidenceHart,1988:187. Luhman 1973:30 memandang bahwa kepercayaan merupakan suatu cara yang terpenting dari orientasi manusia terhadap dunia.kepercayaan adalah suatu Universitas Sumatera Utara 23 mekanisme yang mereduksi kompleksitas sosial.Ia memelihara keberlangsungan suatu masyarakat.Kepercayaan memperbesar kemampuan manusia untuk bekerjasama,bukan didasarkan atas kalkulasi rasional kognitif tetapi melalui pertimbangan dari suatu ukuran penyangga antara keinginan yang sangat dibutuhkan dan harapan yang mungkin secara parsial mengecewakan.Kepercayaan meningkatkan toleransi terhadap ketidakpastian. Berbeda denagan Luhmann,Sako1992 melihat kepercayaan dalam konteks bisnis,Sako menemukan 3 bentuk:yaitu kepercayaan kompetensi,kepercayaan kontraktual,dan kepercayaan niat baik.

2.6 Partisipasi Masyarakat