BAB LIMA PULUH EMPAT NICO

BAB LIMA PULUH EMPAT NICO

KEESOKAN HARINYA, TIDAK BANYAK JAWABAN. Selepas ledakan, Piper dan Jason —yang jatuh bebas dan tak sadarkan diri —diselamatkan dari langit oleh elang raksasa dan dibawa ke tempat aman, tapi Leo tidak muncul-muncul. Seluruh pekemah Pondok Hephaestus menelaah lembah, menemukan keping- keping lambung Argo //yang rusak, tapi tidak mendapati tanda-tanda keberadaan Festus sang naga maupun majikannya. Semua monster telah dibinasakan atau membubarkan diri. Banyak korban di pihak Yunani dan Romawi, tapi tidak sebanyak perkiraan. Malam itu, para satir dan peri alam menghilang ke dalam hutan untuk rapat Dewan Tetua Berkaki Belah. Pagi harinya, Grover Underwood muncul kembali untuk mengumumkan bahwa mereka tidak dapat merasakan kehadiran Ibu Pertiwi. Alam kurang-lebih telah kembali normal. Rupanya rencana Jason, Piper, dan Leo berhasil. Gaea telah terpisahkan dari sumber kekuatannya, dirayu hingga tertidur, dan kemudian dihancurkan menjadi atom-atom berkat gabungan ledakan api Leo dan komet buatan Octavian.

Yang kekal tidak pernah bisa mati, tapi sekarang Gaea akan menjadi seperti suaminya, Ouranos. Bumi akan terus berfungsi dengan normal, sama seperti langit, tapi esensi Gaea telah demikian terpencar- pencar dan tak berdaya sehingga kesadarannya takkan pernah mewujud kembali. Paling tidak, harapan mereka begitu Octavian akan dikenang sebagai penyelamat Roma karena melontarkan dirinya sendiri ke langit, menjemput maut bersama bola api. Tapi, Leo Valdez-lah yang membuat pengorbanan sejati. Perayaan kemenangan di perkemahan terasa sendu karena dukacita —bukan cuma karena kepergian Leo, melainkan juga karena kematian banyak orang lain dalam pertempuran. Demigod berselubung kafan, baik Yunani maupun Romawi, dikremasi di api unggun, sedangkan Nico memimpin upacara pemakaman atas permintaan Chiron. Nico seketika menyetujui permintaan itu. Dia bersyukur atas kesempatan untuk menghormati mereka yang meninggal. Kehadiran ratusan pelayat yang menyaksikan bahkan tidak mengusiknya. Bagian tersulit adalah sesudahnya, ketika Nico dan keenam demigod awak Argo II bertemu di beranda Rumah Besar. Jason menundukkan kepala, kacamatanya bahkan tidak kelihatan karena tersembunyi gelapnya bayang-bayang. "Kami seharusnya bertahan sampai akhir. Kami bisa membantu Leo." "Tidak seharusnya begini," Piper menyetujui sambil mengusap air matanya. "Susah

payah demi mendapatkan obat dari tabib, sia-sia belaka." Tangis Hazel pecah. "Piper, di mana obat itu? Tolong keluarkan." Kebingungan, Piper pun merogoh kantong serut di sabuknya. Dia mengeluarkan bungkusan chamois, tapi ketika kain itu dibuka, isinya kosong. Semua mata berpaling ke arah Hazel. "Kok bisa?" tanya Ann abeth. Frank merangkul Hazel. "Di Delos, Leo mengajak kami berdua menepi. Dia memohon agar kami membantunya." Sambil menitikkan air mata, Hazel menjelaskan bahwa dia telah menukar obat dari tabib dengan sebentuk ilusi —tipuan Kabut —supaya Leo bisa menyimpan vial sebenarnya. Frank memberi tahu mereka bahwa Leo berencana menghancurkan Gaea yang sudah dilemahkan dengan ledakan api besar-besaran. Setelah berbicara dengan Nike dan Apollo, Leo meyakini bahwa ledakan semacam itu niscaya akan menewaskan manusia fana mana pun dalam radius setengah kilometer, maka tahulah dia bahwa dia harus menjauhkan diri semaksimal mungkin dari semua orang. "Dia ingin melakukan itu sendirian," kata Frank. "Menurutnya, terdapat kemungkinan kecil bahwa dirinya, putra Hephaestus, bisa selamat dari api, tapi kalau ada orang lain yang bersamanya Kata Leo, karena Hazel dan aku orang Romawi, kami tentu paham bahwa pengorbanan itu perlu. Dia tahu bahwa kalian takkan mengizinkannya mengorbankan diri." Mula-mula yang lain terlihat marah, seperti ingin menjerit-jerit dan melemparkan barang. Tapi, sementara Frank dan Hazel berbicara, kegeraman kelompok tersebut tampaknya mereda. Sulit untuk marah pada Frank dan Hazel ketika kedua-duanya menangis. Selain itu rencana tersebut memang persis ide licik, sinting, konyol, menyebalkan, dan mulia khas Leo Valdez. Akhirnya Piper mengeluarkan suara setengah terisak- setengah tertawa. "Kalau Leo di sini sekarang, akan aku bunuh dia. Memangnya dia mau meminum obat itu dengan cara apa? Dia Ian sendirian!"

"Mungkin dia menemukan cara," kata Percy. "Namanya juga Leo. Dia bisa saja muncul tiba-tiba sebentar lagi. Kemudian kita bisa bergiliran mencekiknya." Nico dan Hazel bertukar pandang. Mereka berdua tahu kenyataannya bukan seperti itu, tapi mereka tak berkata apa-apa. Esoknya, hari kedua sesudah pertempuran, bangsa Romawi dan Yunani bekerja berdampingan untuk membersihkan zona perang dan merawat korban luka. Blackjack sang pegasus pulih dengan baik dari luka panah yang dideritanya. Guido memutuskan untuk menerima Reyna sebagai rekan manusianya. Dengan enggan, Lou Ellen setuju untuk mengubah anak babi piaraannya yang baru kembali ke wujud orang Romawi. Will Solace belum bicara dengan Nico sejak kejadian di onager. Putra Apollo menghabiskan sebagian besar waktunya di ruang kesehatan, tapi kapan pun Nico melihatnya berlari menyeberangi perkemahan untuk mengambil tambahan perlengkapan medis atau menjenguk demigod yang terluka, Nico merasakan kepedihan di hatinya. Tak diragukan lagi bahwa sekarang Will Solace mengganggap Nico sebagai monster, karena sudah membiarkan Octavian menewaskan dirinya sendiri. Orang-orang Romawi bersikeras membangun kamp lapangan standar di samping padang stroberi. Bangsa Yunani turun tangan untuk membantu mereka mendirikan tembok tanah dan menggali parit. Nico tidak pernah melihat apa pun yang lebih aneh atau lebih keren. Dakota berbagi Kool-Aid dengan anak-anak Pondok Dionysus. Anak-anak Hermes dan Merkurius tertawa-tawa dan berbagi cerita serta dengan nekat mencuri barang dari hampir semua orang. Reyna, Annabeth, dan Piper tidak terpisahkan, keluyuran di perkemahan bertiga untuk mengecek perkembangan renovasi. Chiron, dikawal oleh Frank dan Hazel, menginspeksi pasukan Romawi dan menyampaikan pujian atas keberanian mereka. Malam harinya, suasana hati mereka secara umum sudah membaik. Paviliun makan tidak pernah sepenuh malam itu. Orang-orang

Romawi disambut bagaikan kawan lama. Pak Pelatih Hedge mengeluyur dengan wajah berbinar-binar di antara para demigod sambil menggendong bayi laki-lakinya dan berkata, "Hei, kalian mau ketemu Chuck? Ini putraku, Chuck!" Anak-anak perempuan Aphrodite dan Athena dengan penuh semangat menggodai si bayi satir, yang melambai-lambaikan kepalan montoknya, menendangkan kaki belahnya yang mungil, dan mengembik, "Mbeeeek! Mbeeeek!" Clarisse, yang telah ditunjuk sebagai ibu permandian sang bayi, membuntuti sang Pelatih seperti pengawal dan terkadang menggumamkan, "Kasih jalan. Jangan berebut. Beni anak itu ruang." Pada waktu pengumuman, Chiron melangkah maju dan mengangkat gelas pialanya. "Tiap tragedi," katanya, "melahirkan kekuatan baru. Hari ini, kita panjatkan syukur kepada dewa-dewi atas kemenangan ini. Puji syukur kepada dewa-dewi!" Semua demigod ikut bersulang, tapi antusiasme mereka tampaknya tidak sepenuh hati. Nico memahami perasaan itu: Kita lagi-lagi menyelamatkan dewa-dewi dan sekarang kita yang mesti berterima kasih kepada mereka? Kemudian Chiron berkata, "Bersulang untuk teman-teman baru!" "BERSULANG UNTUK TEMAN-TEMAN BARU!" Suara ratusan demigod bergema ke sepenjuru perbukitan. Saat api unggun, semua orang berkali-kali menengok ke bintang-bintang, seolah mengharapkan kejutan dadakan berupa

kembalinya Leo secara dramatis. Mungkin dia bakal menukik ke dalam perkemahan, melompat dari punggung Festus, dan meluncurkan lelucon-lelucon norak. Yang demikian tidak terjadi. Setelah beberapa lagu, Reyna dan Frank dipanggil ke depan. Mereka mendapat tepuk tangan meriah dari bangsa Yunani maupun Romawi. Di atas Bukit Blasteran, Athena Parthenos bersinar semakin terang di bawah cahaya rembulan, seakan-akan menyiratkan: Anak-anak ini baik-baik saja. "Besok," kata Reyna, "kami bangsa Romawi harus pulang. Kami menghargai keramahtamahan kalian, terutama karena kami hampir membunuh kalian —" "Kalian hampir terbunuh," Annabeth mengoreksi. "Terserah, Chase." ooooohhhhh! Kata khalayak secara serempak. Lalu semua orang mulai tertawa dan saling dorong. Bahkan Nico mau tak mau tersenyum. "Singkat kata," Frank mengambil alih, "Reyna dan aku setuju peristiwa ini menandai era baru persabahatan antara kedua kubu." Reyna menepuk punggung Frank. "Benar sekali. Selama ratusan tahun, dewa-dewi mencoba memisahkan kita supaya kita tidak berkelahi. Tapi, ada bentuk perdamaian yang malah lebih baik, yaitu kerja sama." Piper berdiri di tengah-tengah hadirin. "Apa kau yakin ibumu memang Dewi Perang?" "Ya, McLean," kata Reyna. "Aku masih berniat untuk menjalani banyak pertarungan. Tapi mulai saat ini, kita bertarung bersama-samat' Pernyataan ini menuai sambutan meriah. Zhang angkat tangan supaya penonton diam. "Kalian semua dipersilakan datang ke Perkemahan Jupiter. Kami telah mencapai kata sepakat dengan Chiron: pertukaran bebas antara kedua perkemahan —kunjungan akhir pekan, program latihan, dan tentu saja, bantuan darurat di kala perlu—" "Pesta bagaimana?" tanya Dakota. "Setuju!" tukas Connor Stoll. Reyna merentangkan tangan. "Tentu saja. Kami bangsa Romawi adalah penemu pesta." Lagi-lagi oooooohhhhhhhh! nyaring. "Jadi, terima kasih," pungkas Reyna. "Kepada kalian semua. Kita bisa saja memilih kebencian dan peperangan. Akan tetapi, kita justru menemukan penerimaan dan persahabatan." Kemudian Reyna melakukan sesuatu yang tak terduga-duga sekali sehingga Nico belakangan berpikir dia hanya bermimpi. Reyna berjalan menghampiri Nico, yang berdiri menepi di bayang-bayang, seperti biasa. Reyna menggandeng tangan Nico dan menariknya dengan lembut ke dalam sorot cahaya api unggun. "Rumah kita dulu hanya satu," kata Reyna. "Sekarang kita punya dua." Reyna memeluk Nico erat-erat dan khalayak pun bersorak-sorai kembalinya Leo secara dramatis. Mungkin dia bakal menukik ke dalam perkemahan, melompat dari punggung Festus, dan meluncurkan lelucon-lelucon norak. Yang demikian tidak terjadi. Setelah beberapa lagu, Reyna dan Frank dipanggil ke depan. Mereka mendapat tepuk tangan meriah dari bangsa Yunani maupun Romawi. Di atas Bukit Blasteran, Athena Parthenos bersinar semakin terang di bawah cahaya rembulan, seakan-akan menyiratkan: Anak-anak ini baik-baik saja. "Besok," kata Reyna, "kami bangsa Romawi harus pulang. Kami menghargai keramahtamahan kalian, terutama karena kami hampir membunuh kalian —" "Kalian hampir terbunuh," Annabeth mengoreksi. "Terserah, Chase." ooooohhhhh! Kata khalayak secara serempak. Lalu semua orang mulai tertawa dan saling dorong. Bahkan Nico mau tak mau tersenyum. "Singkat kata," Frank mengambil alih, "Reyna dan aku setuju peristiwa ini menandai era baru persabahatan antara kedua kubu." Reyna menepuk punggung Frank. "Benar sekali. Selama ratusan tahun, dewa-dewi mencoba memisahkan kita supaya kita tidak berkelahi. Tapi, ada bentuk perdamaian yang malah lebih baik, yaitu kerja sama." Piper berdiri di tengah-tengah hadirin. "Apa kau yakin ibumu memang Dewi Perang?" "Ya, McLean," kata Reyna. "Aku masih berniat untuk menjalani banyak pertarungan. Tapi mulai saat ini, kita bertarung bersama-samat' Pernyataan ini menuai sambutan meriah. Zhang angkat tangan supaya penonton diam. "Kalian semua dipersilakan datang ke Perkemahan Jupiter. Kami telah mencapai kata sepakat dengan Chiron: pertukaran bebas antara kedua perkemahan —kunjungan akhir pekan, program latihan, dan tentu saja, bantuan darurat di kala perlu—" "Pesta bagaimana?" tanya Dakota. "Setuju!" tukas Connor Stoll. Reyna merentangkan tangan. "Tentu saja. Kami bangsa Romawi adalah penemu pesta." Lagi-lagi oooooohhhhhhhh! nyaring. "Jadi, terima kasih," pungkas Reyna. "Kepada kalian semua. Kita bisa saja memilih kebencian dan peperangan. Akan tetapi, kita justru menemukan penerimaan dan persahabatan." Kemudian Reyna melakukan sesuatu yang tak terduga-duga sekali sehingga Nico belakangan berpikir dia hanya bermimpi. Reyna berjalan menghampiri Nico, yang berdiri menepi di bayang-bayang, seperti biasa. Reyna menggandeng tangan Nico dan menariknya dengan lembut ke dalam sorot cahaya api unggun. "Rumah kita dulu hanya satu," kata Reyna. "Sekarang kita punya dua." Reyna memeluk Nico erat-erat dan khalayak pun bersorak-sorai