4. Kalimat
Kalimat merupakan konstruksi sintaksis yang paling besar. Menurut Soeparno 2002: 105, merujuk pada definisi dari kaum struktural, kalimat adalah satuan
gramatikal yang tidak berkontribusi lagi dengan bentuk lain. Tidak berkontribusinya dengan bentuk lain itu ditandai dengan adanya intonasi final.
Ramlan 2001: 21 menambahkan bahwa satuan kalimat bukan merujuk pada banyaknya kata yang menjadi unsurnya, melainkan intonasinya. Setiap satuan
kalimat dibatasi oleh jeda panjang yang disertai dengan nada akhir turun ataupun naik.
Berdasarkan uraian ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa kalimat adalah satuan paling besar dalam kajian sintaksis. Kalimat adalah satuan gramatikal yang
tidak berkontribusi lagi dengan bentuk lain dan biasanya ditandai dengan adanya tanda baca berupa titik, tanda seru, tanda tanya, atau tanda elipsis dan intonasi
turun atau naik. Ada enam jenis kalimat yang dibedakan antara lain berdasarkan kelengkapan
fungtor-fungtornya, kehadiran unsur pengisi predikat, jumlah klausa yang membentuknya, tujuan sesuai dengan situasinya, sifat hubungan pelaku-tindakan,
dan langsung tidaknya penuturan. Berikut adalah uraian atas jenis-jenis kalimat tersebut.
1. Berdasarkan Kelengkapan Fungtor-Fungtornya Kaum struktural membedakan kalimat mayor dan kalimat minor Soeparno,
2002: 105. Kalimat mayor merupakan kalimat yang fungtor-fungtornya lengkap,
misalnya Suci akan membeli tas baru sedangkan kalimat minor merupakan kalimat yang fungtor-fungtornya tidak lengkap, misalnya pergi, sudah?.
2. Berdasarkan Kehadiran Unsur Pengisi Predikat Suhardi 2008: 127 mengatakan bahwa atas dasar ada atau tidaknya unsur
pengisi fungtor predikat, kalimat dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu kalimat berklausa dan kalimat tak berklausa. Kalimat berklausa adalah kalimat
yang selain unsur intonasi, terdiri atas satuan gramatik yang berupa klausa. Misalnya, Amir belajar S-P, abangnya seorang wartawan S-P, ibu membeli
sepeda S-P-O, kakak mengirim buku kepada saya S-P-Pel. Selanjutnya, kalimat tak berklausa adalah kalimat yang selain unsur intonasi, tidak berupa
klausa, misalnya astaga, selamat siang 3. Berdasarkan Jumlah Klausa yang Membentuknya