PENDAHULUAN Survei Motivasi Siswa Berkebutuhan Khusus (Tunarungu Wicara) Terhadap Proses Pembelajaran Penjasorkes Di SLB ABC “Swadaya” Kendal.

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Indonesia adalah salah satu bangsa yang sedang berkembang, yang ingin mensejajarkan diri dengan bangsa lain di dunia. Di era globalisasi ini sangat diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas, berguna bagi nusa dan bangsa. Sesuai dengan tujuan dari pembangunan suatu negara adalah meningkatkan kualitas manusia dan masyarakat pada umumnya. Pembangunan nasional di bidang pendidikan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan peningkatan kualitas manusia Indonesia. Peningkatan kualitas manusia dapat dihasilkan dari proses belajar pada diri individu. Belajar, perkembangan dan pendidikan merupakan hal yang menarik dipelajari. Ketiga hal tersebut terkait dengan pembelajaran. Dan belajar itu sendiri dilakukan oleh siswa secara individu. Bila siswa belajar, maka akan terjadi perubahan mental pada diri siswa itu sendiri. Pada diri siswa terdapat kekuatan mental yang menjadi penggerak belajar. Kekuatan penggerak itu berasal dari berbagai sumber. Siswa belajar karena didorong oleh kekuatan mentalnya. Kekuatan mental itu dapat berupa keinginan, perhatian, kemauan atau cita-cita. Kekuatan mental itu dapat tergolong rendah atau tinggi. Ada ahli psikologi pendidikan yang menyebutkan kekuatan mental yang mendorong terjadinya belajar tersebut adalah sebagai motivasi belajar. 2 Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar. Dalam motivasi terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan dan mengarahkan sikap dan perilaku individu belajar. Pembinaan jasmani merupakan salah satu bagian dari upaya peningkatan kualitas manusia. Sehubungan dengan hal tersebut, diperlukan pendidikan jasmani yang diarahkan guna terbentuk jasmani yang sehat dan mental yang baik, agar dapat dihasilkan manusia yang produktif. Pertumbuhan jasmani adalah proses berlangsungnya perubahan jasmani yang sejalan dengan meningkatnya usia seseorang. Pertumbuhan itu memungkinkan perkembangan ranah-ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Dengan pendidikan jasmani siswa akan memperoleh berbagai ungkapan yang erat kaitanya dengan kesan pribadi yang menyenangkan serta berbagai ungkapan yang kreatif, inovatif, terampil, memiliki kebugaran jasmani, kebiasaan hidup sehat, dan memiliki pengetahuan serta pemahaman terhadap gerak manusia. Dalam perkembanganya di Indonesia, pendidikan jasmani tidak hanya didominasi oleh orang-orang yang sehat saja. Kesehatan yang meliputi kesehatan badan, kesehatan rokhani, dan kesehatan mental. Berkaitan dengan pendidikan jasmani, maka siswa yang memiliki keterbatasan mempunyai hak yang sama dengan mereka yang normal dalam memperoleh pendidikan. Pelayanan pendidikan bagi anak-anak yang kesulitan belajar yang tidak didasarkan atas landasan teoritik yang dapat diandalkan, mungkin bukan hanya tidak efektif dan efesien untuk mencapai tujuan, tetapi juga menimbulkan kerugian bagi si anak. 3 Untuk itu anak-anak yang mempunyai kesulitan dalam belajar atau anak luar biasa harus digolongkan atau dipisahkan dalam proses pembelajarannya dengan anak- anak yang normal. Anak luar biasa dalam lingkungan pendidikan dapat diartikan sebagai anak yang memiliki keterbatasan dalam berpikir. Sehingga dalam pendidikanya perlu dibedakan dengan anak normal lainya. Hal ini disebabkan karena apabila anak luar biasa dalam pendidikanya diikutkan dalam anak-anak yang normal, maka anak tersebut tidak akan mampu mengikuti pelajaran seperti anak normal lainya. Agar anak luar biasa tidak kesulitan dalam mengikuti pelajaran Penjasorkes, maka dari golongan-golongan diatas tidak dijadikan satu dalam proses pembelajaranya. Hal ini dikarenakan agar anak dapat merespon hal apa saja yang telah diajarkan oleh guru apabila dikelompokkan menurut golongannya masing-masing. Anak tunarungu menurut derajat pendengaranya dapat diklasifikasikan dalam tuli dan kurang mendengar. Sebagai akibat dari ketunaan tersebut mempengaruhi pula dalam kepribadianya. Perkembangan kepribadian terjadi dalam pergaulan dan perluasan pengalaman, dan pada umumnya diarahkan oleh faktor-faktor pada anak itu sendiri. Ketidakmampuan menerima rangsangan pendengaran mengakibatkan kemiskinan berbahasa. Ketidaktetapan emosi, dan keterbatasan perkembangan pengetahuan, dihubungkan dengan sikap lingkungan terhadapnya akan mempengaruhi perkembangan kepribadiannya. Seorang anak tunarungu berusaha mengadakan kontak dengan orang lain, tetapi sering ditertawakan, sehingga menyebabkan anak enggan berlatih berbicara, enggan 4 berkomunikasi dan dapat menimbulkan perasaan malu, merasa selalu bersalah, takut menatap oarang lain, dan lain sebagainya. Ada beberapa ciri khas anak tunarungu, antara lain : Cara berjalanya cepat dan agak membungkuk, gerakan matanya cepat atau agak beringas, gerak anggota badannya lincah dan cepat, pada waktu berbicara pernafasannya pendek dan agak terganggu, miskin kosa kata, sulit mengartikan ungkapan-ungkapan bahasa yang mengandung arti kiasan, sulit mengartikan kata-kata yang abstrak, kurang menguasai irama dan gaya bahasa Depdikbud, 1983: 9. Dalam mengikuti kegiatan Penjasorkes dibutuhkan adanya kesegaran jasmani. Kegiatan berolahraga bagi penderita tunarungu perlu diberikan dorongan, baik berupa penyuluhan latihan-latihan keterampilan dalam kegiatan olahraga. Sehingga akan muncul keinginan dari diri si anak untuk terus bergerak aktif. Selain dorongan, motivasi yang dimiliki siswa dalam melakukan kegiatan Penjasorkes di sekolah juga penting, sebab dengan motivasi yang tinggi akan mendapatkan hasil yang tinggi pula dibandingkan dengan siswa yang memiliki motivasi rendah dalam mengikuti pelajaran Penjasorkes. Jadi apabila dalam melakukan suatu kegiatan tidak disertai dengan motivasi yang tinggi, maka tujuan yang diharapkan tidak akan tercapai dengan baik, untuk itu motivasi mempunyai peranan yang penting untuk mencapai keberhasilan dalam pembelajaran Penjasorkes. Salah satu Sekolah Luar Biasa yang ada di Kabupaten Kendal, adalah SLB ABC ”Swadaya” Kendal, yang beralamat di Jl. Masjid no. 30 Karangtengah, Kec. Kaliwungu, Kab. Kendal. Di SLB ABC ”Swadaya”, ada empat jenis golongan 5 anak luar biasa yaitu, tunanetra SLB-A, tunarungu wicara SLB-B, tunagrahita ringan SLB-C, tunagrahita sedang SLB-C 1 . Dari keempat golongan yang ada, golongan yang paling banyak jumlah muridnya adalah tunagrahita, yang terdiri dari tunagrahita ringan dan sedang, yang kedua adalah penderita tunarungu wicara, dan yang terakhir adalah tunanetra. SLB ABC ”Swadaya” Kendal merupakan salah satu lembaga sosial yang ada di Kabupaten Kendal yang peduli terhadap anak-anak cacat, kepedulian itu diwujudkan dengan menampung anak-anak cacat, termasuk tunarungu untuk dididik agar nantinya anak-anak tersebut bisa berkembang di masa depan. Dalam pengembangan pendidikan jasmani tidak terlepas dari penerapan ilmu dan teknologi. Pemberian bentuk pendidikan Jasmani Adaptif harus dapat disesuaikan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak didik, sehingga anak didik dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan perkembangan jasmani dan rokhaninya. Dengan didapatkannya mata kuliah Penjas Adaptif, penulis tertarik dengan penelitian tentang anak berkebutuhan khusus. Hal ini juga dikuatkan dengan kegiatan observasi yang sudah pernah dilakukan oleh penulis pada saat mendapat mata kuliah Penjas Adaptif, di SLB ABC ”Swadaya” Kendal. Dalam hal ini, penulis berinteraksi langsung dengan anak-anak berkebutuhan khusus di SLB ABC ”Swadaya” Kendal dalam kegiatan Penjasorkes. Dalam kegiatan ini banyak siswa saling bergerak aktif dalam kegiatan berolahraga. Dengan dilaksanakannya observasi tersebut, kemudian penulis berkeinginan untuk melanjutkan penelitian di SLB ABC ”Swadaya”, untuk mengetahui lebih lanjut tingkat motivasi siswa tunarungu wicara di SLB ABC ”Swadaya” Kendal. 6 Berdasarkan uraian diatas, maka penulis mengambil judul penelitian : Survei Motivasi Siswa Berkebutuhan Khusus Tunarungu Wicara Terhadap Proses Pembelajaran Penjasorkes Di Sekolah Luar Biasa ABC ”Swadaya” Kendal. 1.2.Permasalahan Permasalahan dalam penelitian ini adalah : bagaimana motivasi yang dapat mendorong siswa berkebutuhan khusus tunarungu wicara dalam mengikuti proses pembelajaran Penjasorkes di Sekolah Luar Biasa ABC “Swadaya” Kendal? 1.3.Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah : untuk mengetahui motivasi siswa berkebutuhan khusus tunarungu wicara dalam mengikuti proses pembelajaran Penjasorkes di Sekolah Luar Biasa ABC “Swadaya” Kendal. 1.4.Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan literature bagi para peneliti di bidang keolahragaan. 2. Bagi kepala sekolah dan pengurus di SLB ABC “Swadaya” dapat dijadikan sebagai bahan masukkan tentang gambaran motivasi siswa yang bervariasi sehingga dapat menerapkan cara untuk meningkatkan motivasi siswanya. 7 3. Sebagai pegangan bagi guru dan calon guru pendidikan jasmani, khususnya guru di SLB dalam melaksanakan tugasnya untuk memberi rangsangan dan motivasi agar murid-muridnya giat melaksankan aktivitas jasmani. 1.5.Penegasan Istilah Penulisan ini, agar tidak terjadi kesalahpahaman atau salah pengertian tentang judul yang penulis ambil, maka dalam penegasan istilah ini penulis akan menjelaskannya secara terperinci, yaitu : 1.5.1. Motivasi Motivasi adalah suatu keadaan dalam diri individu yang menyebabkan seseorang melakukan kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan. Dalam motivasi terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan dan mengarahkan sikap dan perilaku individu belajar. Dari segi dorongan menurut Hull, dorongan atau motivasi berkembang untuk memenuhi organisme. Disamping itu juga merupakan sistem yang memungkinkan organisme dapat memelihara kelangsungan hidupnya Monty, 2000: 72. Mc Donald merumuskan bahwa “Motivation is an energy change within the person characterized by affective arousal and anticipatory goal reaction”, yang diartikan, bahwa motivasi adalah suatu perubahan energi dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan Oemar Hamalik, 2007: 173. 8 1.5.2. Siswa Berkebutuhan Khusus Tunarungu wicara Para siswa penderita tunarungu wicara di SLB ABC “Swadaya” Kendal kec. Kaliwungu, kab. Kendal. Disini yang dimaksudkan dengan berkebutuhan khusus tunarungu wicara adalah anak-anak yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar yang disebabkan oleh kerusakan atau tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengaran sehingga ia mengalami hambatan dalam perkembangan bahasanya. 1.5.3. Terhadap Proses Pembelajaran Proses adalah runtutan perubahan atau peristiwa perkembangan sesuatu KBBI, 1993: 206. Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Siswa adalah penentu terjadinya proses belajar. Dan proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Menurut Gagne belajar terdiri dari tiga komponen penting, yaitu kondisi eksternal, kondisi internal dan hasil belajar Dimyati, 2002: 10. Proses belajar mengajar merupakan proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran atau media tertentu ke penerima pesan. Pembelajaran adalah seperangkat peristiwa yang mempengaruhi si belajar sedemikian rupa, sehingga si belajar itu memperoleh kemudahan dalam berinteraksi berikutnya dengan lingkungan. 9 Proses Pembelajaran adalah suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. 1.5.4. Penjasorkes Menurut Adang Suherman 2000: 23 Penjasorkes adalah proses pendidikan melalui aktivitas jasmani dan proses pendidikan untuk meningkatkan kemampuan jasmani. 1.5.5. Di Sekolah Luar Biasa ABC “Swadaya” Kendal Sekolah Luar Biasa ABC “Swadaya” Kendal adalah sebuah yayasan di bidang pendidikan yang merupakan Sekolah Luar Biasa. Letaknya di Jl. Masjid no. 30 Karangtengah, Kec. Kaliwungu, Kab. Kendal. Dari pengertian di atas, maka Survei Motivasi Siswa Berkebutuhan Khusus Tunarungu Wicara Terhadap Proses Pembelajaran Penjasorkes di SLB ABC ”Swadaya” Kendal adalah suatu penelitian tentang sejauh mana atau seberapa besar motivasi siswa berkebutuhan khusus tunarungu wicara di Sekolah Luar Biasa ABC ”Swadaya” Kendal dalam mengikuti kegiatan belajar- mengajar Penjasorkes. 10

BAB II LANDASAN TEORI