15
Penjasorkes, keduanya saling mendukung dan saling berpengaruh terhadap hasil akhir siswa yang mengikuti kegiatan Penjasorkes diawali dengan motivasi yang
baik, maka akan mendatangkan hasil yang baik. Sebaliknya apabila siswa yang mengikuti kegiatan Penjasorkes diawali dengan motivasi yang rendah maka akan
memperoleh hasil yang jelek. Motivasi bagi anak, remaja, dewasa dan orang tua mempunyai tujuan
sebagai berikut : 1. Untuk dapat bersenang-senang dan mendapatkan kegembiraan.
2. Untuk melepaskan ketegangan psikis. 3. Untuk mendapatkan pengalaman estetika.
4. Untuk dapat berhubungan dengan orang lain atau mencari teman. 5. Untuk kepentingan kebanggaan kelompok.
6. Untuk memelihara kesehatan badan. 7. Untuk kebutuhan psikis sesuai dengan pekerjaanya.
Dalam kegiatan belajar mengajar Penjasorkes peranan motivasi, baik motiasi intrinsik maupun ekstrinsik sangat diperlukan, karena aktivitas siswa
dapat berkembang dengan adanya motivasi dan inisiatif.
2.1.2. Anak Berkebutuhan Khusus Anak Luar Biasa
Anak Berkebutuhan Khusus menurut Heward adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu
menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik http:id.wikipediaAnak Berkebutuhan Khusus 20012009.
16
Yang termasuk kedalam ABK antara lain: tunanetra
, tunarungu
, tunagrahita
, tunadaksa
, tunalaras
, kesulitan belajar
, gangguan prilaku
, anak
berbakat , anak dengan gangguan kesehatan. Istilah lain bagi anak berkebutuhan
khusus adalah anak luar biasa
dan anak cacat
. Ditinjau dari aspek psikologi perkembangan, kesulitan dalam belajar dapat dipandang sebagai kelambatan
kematangan fungsi neurologist tertentu. Menurut pandangan ini, tiap individu mempunyai laju perkembangan yang berbeda-beda, baik fungsi motorik, kognitif
maupun afektif. Anak luar biasa ini meliputi anak yang memiliki cacat fisik, cacat mata termasuk buta atau setengah buta, cacat pada tulang termasuk lumpuh
karena gangguan otak, tuli termasuk tuli total dan sebagian, cacat pada alat bicara, epilepsy, gangguan emosi, dan cacat bawaan. Karena karakteristik dan
hambatan yang dimiliki, ABK memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka, contohnya bagi
tunanetra mereka memerlukan modifikasi teks bacaan menjadi tulisan Braille
dan tunarungu berkomunikasi menggunakan
bahasa isyarat . Anak berkebutuhan
khusus biasanya bersekolah di Sekolah Luar Biasa SLB sesuai dengan kekhususannya masing-masing.
SLB bagian A untuk tunanetra, SLB bagian B
untuk tunarungu, SLB bagian C untuk tunagrahita, SLB bagian D untuk tunadaksa, SLB bagian E untuk tunalaras dan SLB bagian G untuk cacat ganda.
1. Tunanetra Tunanetra adalah individu yang memiliki hambatan dalam penglihatan.
tunanetra dapat diklasifikasikan kedalam dua golongan yaitu: buta total
Blind dan low vision
. Definisi Tunanetra menurut Kaufman Hallahan
17
adalah individu yang memiliki lemah penglihatan atau akurasi penglihatan kurang dari 660 setelah dikoreksi atau tidak lagi memiliki penglihatan Amin,
1981: 23. Karena tunanetra memiliki keterbatasan dalam indra penglihatan maka proses
pembelajaran menekankan pada alat indra yang lain yaitu indra peraba dan indra pendengaran. Oleh karena itu prinsip yang harus diperhatikan dalam
memberikan pengajaran kepada individu tunanetra adalah media yang digunakan harus bersifat
aktual dan
bersuara , contohnya adalah penggunaan
tulisan braille , gambar timbul, benda model dan benda nyata. Sedangkan
media yang bersuara adalah tape recorder
. Untuk membantu tunanetra beraktifitas di sekolah luar biasa mereka belajar mengenai
Orientasi dan Mobilitas
. Orientasi dan Mobilitas diantaranya mempelajari bagaimana tunanetra mengetahui tempat dan arah serta bagaimana menggunakan
tongkat putih
tongkat khusus tunanetra yang terbuat dari alumunium. 2. Tunarungu
Tunarungu adalah individu yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik permanen maupun tidak permanen. Karena memiliki hambatan dalam
pendengaran individu tunarungu memiliki hambatan dalam berbicara sehingga mereka biasa disebut
tunawicara . Cara berkomunikasi dengan individu
menggunakan bahasa isyarat
, untuk abjad jari telah dipatenkan secara internasional sedangkan untuk isyarat bahasa berbeda-beda di setiap negara.
saat ini dibeberapa sekolah sedang dikembangkan komunikasi total
yaitu cara berkomunikasi dengan melibatkan bahasa verbal, bahasa isyarat dan bahasa
18
tubuh. Individu tunarungu cenderung kesulitan dalam memahami konsep dari sesuatu yang abstrak.
3. Tunagrahita Tunagrahita adalah individu yang memiliki
intelegensi yang signifikan berada
dibawah rata-rata dan disertai dengan ketidakmampuan dalam adaptasi prilaku yang muncul dalam
masa perkembangan .
http:id.wikipediaAnak Berkebutuhan Khusus 20012009. Klasifikasi tunagrahita berdasarkan pada tingkatan
IQ . Tunagrahita ringan
IQ : 51-70, Tunagrahita sedang IQ : 36-51, Tunagrahita berat IQ : 20-35, Tunagrahita sangat berat IQ dibawah 20. Pembelajaran bagi individu
tunagrahita lebih di titik beratkan pada kemampuan bina diri
dan sosialisasi
Amin, 1981: 24. 4. Tunadaksa
Tunadaksa adalah individu yang memiliki gangguan gerak yang disebabkan oleh kelainan
neuro-muskular dan struktur tulang yang bersifat bawaan, sakit
atau akibat kecelakaan, termasuk celebral palsy
, amputasi
, polio
, dan lumpuh
. Tingkat gangguan pada tunadaksa adalah ringan yaitu memiliki keterbatasan
dalam melakukan aktifitas fisik
tetap masih dapat ditingkatkan melalui terapi, sedang yaitu memilki keterbatasan motorik dan mengalami gangguan
koordinasi sensorik, berat yaitu memiliki keterbatasan total dalam gerakan fisik dan tidak mampu mengontrol gerakan fisik.
19
5. Tunalaras Tunalaras adalah individu yang mengalami hambatan dalam mengendalikan
emosi dan kontrol sosial. individu tunalaras biasanya menunjukan prilaku menyimpang yang tidak sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku
disekitarnya. Tunalaras dapat disebabkan karena faktor internal dan faktor eksternal yaitu pengaruh dari lingkungan sekitar.
6. Kesulitan belajar Adalah individu yang memiliki gangguan pada satu atau lebih kemampuan
dasar psikologis yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa, berbicara dan menulis yang dapat mempengaruhi kemampuan berfikir,
membaca, berhitung
, berbicara yang disebabkan karena gangguan persepsi
, brain injury
, disfungsi minimal otak
, dislexia
, dan afasia
perkembangan. individu kesulitan belajar memiliki IQ rata-rata atau diatas rata-rata,
mengalami gangguan motorik persepsi-motorik, gangguan koordinasi gerak, gangguan orientasi arah dan ruang dan keterlambatan perkembangan konsep.
Menurut Arch C. Meck dalam bukunya yang berjudul The Educational of Exeptional Children, anak cacat adalah anak yang penampilan geraknya
menyimpang dari gerakan normal secara keseluruhan http:id.wikipediaAnak Berkebutuhan Khusus 20012009.
Menurut The Committee of National Society For The Study of Education di AS, cacat adalah gerakan-gerakan yang dilakukan oleh seseorang yang
menyimpang dari gerakan yang normal, walaupun telah dikembangkan secara
20
maksimal. Penyimpangan itu dapat dilihat dari segi fisik, mental, tingkah laku, emosional, dan sosial.
Perbedaan utama anak cacat dengan anak normal terletak pada keadaan atau kondisi fisik termasuk alat-alat fisik yang tidak lengkap sehingga ia tidak
dapat melakukan tugas dan fungsinya seperti yang dilakukan oleh anak normal. Bila kita berbicara tentang anak luar biasa, mereka memiliki kondisi yang
berbeda dengan anak yang dikatakan normal dalam kaitannya dengan tuntutan pengetahuan, keterampilan, dan sikap atau moral. Mereka yang disebut anak-anak
luar biasa itu tidak merupakan kelompok anak yang terpisah benar-benar dari anak-anak pada umumnya.
Anak tunarungu menurut derajat pendengaranya dapat diklasifikasikan dalam tuli dan kurang mendengar. Gangguan pendengaran merupakan salah satu
hambatan yang sangat berarti untuk melakukan komunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu dampak gangguan pendengaran adalah sering terjadi salah
faham sehingga berpengaruh terhadap penyesuaian diri. Anak tunarungu adalah anak yang mengalami gangguan pendengarannya
kurang dengar atau bahkan tuli, Sehingga organ pendengarannya kurangtidak berfungsi dengan baik. Bagi yang sudah terlatih, mereka dapat berkomunikasi
dengan orang lain dengan cara melihat gerak bibir lip reading lawan bicaranya. Oleh karena itu ada yang menyebut anak tunarungu dengan istilah “pemata”,
karena matanya seolah-olah tanpa berkedip melihat gerak bibir lawan bicaranya. Prinsip ini menuntut guru ketika memberi penjelasan hendaknya menghadap ke
anak face to face sehingga anak dapat melihat gerak bibir guru. Demikian pula
21
halnya dengan anak yang mengalami gangguan komunikasi, karena organ bicaranya kurang berfungsi sempurna, akibatnya bicaranya sulit dipahami karena
kurang sempurna oleh lawan bicaranya. Agar guru dapat memahaminya, maka anak diminta menghadap guru face to face ketika berbicara.
Ada dua kategori gangguan pendengaran, yaitu: pertama, disebut ”tuli” dan yang kedua sulit mendengar, artinya seseorang baru bisa mendengar apabila
ada suara keras. ”Tuli” berarti adanya kerusakan pada pendengaran yang cukup berat sehingga tidak bisa menerima informasi bahasa termasuk memprosesnya.
Sedangkan ”sulit mendengar” berarti adanya kerusakan pada alat pendengaran yang sifatnya bisa tetap dan tidak tetap, namun tidak sama dengan tuli. Gangguan
pendengaran selain menjadi hambatan dalam proses komunikasi dan interaksi dengan orang lain juga dapat berakibat negatif terhadap munculnya konsep diri
yang rendah pada siswa. Tanda-tanda adanya gangguan awal pada pendengaran adalah dalam setiap pembicaraan kepala diarahkan pada sumber suara, pertanyaan
minta diulang, kurang konsentrasi, rasa sakit pada telinga, melamun dan lain-lain. Secara medis arti dari tunarungu adalah kekurangan atau kehilangan
kemampuan mendengar yang disebabkan oleh kerusakan atau tidak dapat berfungsinya sebagian atau seluruh alat-alat pendengaran.
Secara pedagogis tunarungu adalah kekurangan atau kehilangan pndengaran yang mengakibatkan hambatan dalam perkembangan bahasa sehingga
memerlukan pendidikan dan bimbingan khusus. Anak-anak yang menderita tuli biasanya juga akan mengalami kesulitan
dalam berbicara. Oleh karena itu pada penderita tunarungu biasanya juga
22
menderita tunawicara. Hal itu disebabkan karena si penderita sulit menerima dan mengolah informasi bahasa dari orang lain. Tidak mampu berbicara, tidak mampu
melakukan komunikasi melalui kata-kata, seperti gagap, artikulasi tidak jelas atau suara tidak terdengar.
1 Klasifikasi Anak Tunarungu a. Berdasarkan tingkat kerusakan kehilangan kemampuan mendengar
percakapan bicara, orang digolongkan dalam 5 kelompok, yaitu : 1. Sangat ringan 27-40 DB.
2. Ringan 41-55 DB. 3. Sedang 56-70 DB.
4. Berat 71-90 DB. 5. Ekstrim 91 DB keatas.
b. Ketunarunguan berdasarkan tempat terjadinya kerusakan, dapat dibedakan atas :
1. Kerusakan pada bagian telinga luar dan tengah, sehingga menghambat bunyi-bunyian yang akan masuk ke dalam telinga disebut tuli konduktif.
2. Kerusakan telinga bagian dalam dan hubungan ke saraf otak yang menyebabkan tuli sensoris.
c. Karakteristik Ketunarunguan Kognisi anak tunarungu antara lain adalah sebagai berikut:
1. Kemampuan verbal verbal IQ anak tunarungu lebih rendah dibandingkan kemampuan verbal anak mendengar. Namun performance
IQ anak tunarungu sama dengan anak mendengar.
23
2. Daya ingat pendek anak tunarungu lebih rendah daripada anak mendengar, terutama pada informasi yang bersifat suksesif berurutan.
Namun pada informasi serempak antara anak tunarungu dan anak mendengar tidak ada perbedaan.
3. Daya ingat jangka panjang hampir tidak ada perbedaan walaupun prestasi akhir biasanya tetap lebih rendah.
2 Beberapa ciri khas anak tunarungu wicara Depdikbud, 1983: 9, antara lain : a. Cara berjalanya cepat dan agak membungkuk. Hal ini disebabkan adanya
kerusakan pada alat pendengaran bagian alat keseimbangan. b. Gerakan matanya cepat atau agak beringas. Hal ini menunjukkan bahwa ia
ingin menangkap keadaan sekitarnya, sehingga anak tunarungu dapat disebut sebagai anak pemata.
c. Gerak anggota badannya lincah dan cepat. Hal tersebut terlihat saat mereka mengadakan komunikasi yang cenderung menggunakan gerak
isyarat dengan orang disekelilingnya, dan anak penderita tunarungu dapat disebut sebagai manusia motorik.
d. Pada waktu berbicara pernafasannya pendek dan agak terganggu. Hal ini disebabkan tidak terlatihnya sejak kecil, terutama pada saat menangis yang
merupakan dasar perkembangan bicara atau bahasa. e. Miskin kosa kata.
f. Sulit mengartikan ungkapan-ungkapan bahasa yang mengandung arti kiasan.
24
g. Sulit mengartikan kata-kata yang abstrak, kurang menguasai irama dan gaya bahasa.
2.1.3. Proses Pembelajaran