Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Dwi Siswoyo dkk. 2011: 1 mengatakan bahwa pendidikan merupakan gejala semesta fenomena universal dan berlangsung sepanjang hayat manusia. Hal tersebut mengartikan bahwa pendidikan berlangsung di setiap kehidupan manusia dalam semua jenjang usia. Bahkan, sebelum manusia lahir di dunia. Sementara itu, Driyarkara Dwi Siswoyo dkk., 2011: 54 mengartikan pendidikan sebagai pemanusiaan manusia muda. Manusia sebagai makhluk secara utuh memiliki hati nurani dan akal pikir. Pendidikan tidak hanya ditujukan untuk mengolah akal pikir manusia menjadi lebih baik, akan tetapi juga meningkatkan kualitas moral dan karakter manusia. Sebagaimana dijelaskan di dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Penjabaran dari pengertian pendidikan telah merumuskan fungsi pendidikan dalam undang-undang tersebut pada pasal 3 bahwa, Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam 2 rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pernyataan di atas menjelaskan bahwa pendidikan hendaknya juga membentuk karakter anak didik, tidak hanya menciptakan manusia yang cerdas. Dengan memiliki karakter bangsa yang kuat, maka bangsa tersebut tidak akan hilang jati dirinya. Thomas Lickona Agus Wibowo, 2012: 1 mengatakan “Sebuah bangsa sedang menuju kehancuran, ketika karakternya tergadai.” Jati diri bangsa tercermin melalui karakter bangsa. Untuk itu, karakter bangsa harus melekat di dalam diri setiap bangsanya. Thomas Lickona Masnur Muslich, 2011: 35 mengungkapkan bahwa ada sepuluh tanda-tanda zaman yang harus diwaspadai karena jika tanda-tanda ini sudah ada, berarti sebuah bangsa sedang menuju jurang kehancuran. Tanda- tanda yang dimaksud adalah: 1 meningkatnya kekerasan di kalangan remaja 2 penggunaan bahasa dan kata-kata yang memburuk 3 pengaruh peer-group yang kuat dalam tindak kekerasan, 4 meningkatnya perilaku merusak diri, seperti penggunaan narkoba, alkohol dan seks bebas, 5 semakin kaburnya pedoman moral baik dan buruk, 6 menurunnya etos kerja, 7 semakin rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru, 8 rendahnya rasa tanggung jawab individu dan warga negara, 9 membudayanya ketidakjujuran, 10 adanya rasa saling curiga dan kebencian di antara sesama. Saat ini, sepuluh tanda-tanda tersebut sudah muncul di Indonesia. Misalnya, semakin banyaknya tawuran antar remaja, anak yang cenderung mengabaikan nasehat orang tua, menurunnya kesopanan dalam berbicara, serta maraknya korupsi di kalangan pejabat. Dapat dikatakan bahwa masa depan 3 Indonesia hampir mengalami krisis karakter. Bangsa Indonesia akan kehilangan jati dirinya secara perlahan, sehinga diperlukan pewarisan karakter dan budaya kepada generasi penerus. Pendidikan karakter dipandang menjadi hal yang mendesak, mengingat karakter bangsa yang mulai terkikis seiring berkembangnya zaman. Arus global yang terus mengalir tidak dapat dibendung dengan kecerdasan saja. Hal tersebut mengakibatkan degradasi moral yang tidak dapat dihindarkan. Kasus kejahatan semakin memarak, kericuhan terjadi di kalangan penjabat, serta generasi muda yang kurang tepat dalam memilih pergaulan. Hal-hal tersebut merupakan beberapa contoh kahancuran dari hilangnya karakter pada diri manusia. Di dunia pendidikan, nilai-nilai karakter mengalami penurunan. Budaya mencontek dan pelanggaran tata tertib menjadi hal yang mudah dijumpai di lingkungan sekolah, tidak hanya di sekolah menengah dan atas tetapi juga di sekolah dasar. Bahkan, kenakalan anak sekolah dasar yang menyebabkan korban jiwa sudah terjadi. Misalnya, perkelahian siswa sekolah dasar di Jakarta yang mengakibatkan korban meninggal dunia detik.news diakses 19 September 2016. Selain itu, school bullying masih saja menjadi masalah yang terjadi di lingkungan sekolah, termasuk di sekolah dasar yang sebagian besar siswa masih merupakan anak-anak MajalahKartini.co.id diakses pada 8 Oktober 2015. Kemudian berdasarkan penelitian yang di lakukan Sa’dun Akbar 2011: 13-14 di beberapa SD 2004-2009 ditemukan masalah-masalah perilaku 4 moral yang terjadi di sekolah dasar. Masalah-masalah tersebut antara lain, kurangnya rasa tanggung jawab dan rasa memiliki siswa terhadap barang yang dimilikinya dan fasilitas sekolah. Selain itu, masih terdapat siswa SD yang cenderung memilih teman dalam bergaul dan tidak mau membaur dengan teman yang lainnya. Permasalahan di atas menjadi tanda kurang berhasilnya pendidikan di negara kita. Sebagaimana dikatakan Akhmad Muhaimin Azzet 2011: 15 bahwa pendidikan di Indonesia dinilai oleh banyak kalangan tidak bermasalah dengan peran pendidikan dalam mencerdaskan para peserta didiknya, namun dinilai kurang berhasil dalam membangun kepribadian peserta didiknya agar berakhlak mulia. Dengan kata lain pendidikan di Indonesia telah mengalami peningkatan jika diukur dengan kecerdasan anak didiknya, tetapi anak didik yang cerdas belum tentu memiliki karakter yang unggul. Untuk itu, nilai-nilai karakter perlu diimplementasikan di dalam dunia pendidikan melalui pendidikan karakter. Pendidikan karakter memiliki makna lebih tinggi dari pendidikan moral, karena pendidikan karakter tidak hanya berkaitan dengan masalah benar-salah, tetapi bagaimana menanamkan kebiasaan habit tentang hal-hal yang baik dalam kehidupan, sehingga anakpeserta didik memiliki kesadaran, dan pemahaman yang tinggi, serta kepedulian dan komitmen untuk menerapkan kebajikan dalam kehidupan sehari-hari Mulyasa, 2013: 3. Hal yang esensi dari pendidikan karakter adalah anak didik menyadari bahwa apa yang 5 dilakukannya adalah hal yang terbaik bagi dirinya dan orang lain. Dengan begitu, siswa akan senantiasa melakukan hal-hal yang baik. Pendidikan karakter dinilai mampu memperbaiki karakter anak didik bangsa. Implikasinya, dalam dunia pendidikan diharapkan tidak hanya membelajarkan aspek kognitif dan psikomotor saja, tetapi juga memperhatikan aspek afektif pada diri siswa. Pembangunan karakter tersebut akan memberikan pengaruh pada kehidupan anak di masa yang akan datang, bukan hanya untuk dinilai saat itu. Sebagaimana dijelaskan Dharma Kesuma, Cepi Triatna dan Johar Permana 2013: 9 bahwa tujuan utama pendidikan karakter adalah memfasilitasi penguatan dan pengembangan nilai-nilai tertentu sehingga terwujud dalam perilaku anak, baik ketika proses sekolah maupun setelah proses sekolah setelah lulus dari sekolah. Implementasi pendidikan karakter sudah dilaksanakan di berbagai jenjang sekolah. Kurikulum di sekolah disusun ulang dengan menyisipkan nilai-nilai karakter di dalam pembelajaran. Akan tetapi, pelaksanaan di lapangan belum tentu sesuai dengan apa yang sudah direncanakan oleh sekolah. Dengan begitu, hasilnya pun belum tentu sesuai dengan apa yang diharapkan sekolah. Kemendikas merumuskan delapan belas nilai karakter dalam pendidikan karakter. Nilai-nilai karakter tersebut adalah religius, jujur, tanggung jawab, disiplin, toleransi, kerja keras, peduli sosial, peduli lingkungan, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, menghargai prestasi, gemar membaca, cinta damai, 6 kreatif, cinta tanah air, semangat kebangsaan, dan bersahabat. Disiplin dan tanggung jawab adalah bagian dari nilai-nilai tersebut. Disiplin merupakan titik masuk bagi pendidikan karakter bagi sekolah karena jika tidak ada rasa hormat terhadap aturan, otoritas, dan hak orang lain, maka tidak ada lingkungan yang baik bagi pengajaran dan pembelajaran Thomas Lickona, 2013:175. Menurut Emile Durkheim Thomas Lickona, 2013: 167, disiplin memberikan kode moral yang membuat disiplin memungkingkan untuk diterapkan ke dalam lingkungan kelas yang kecil menuju sebuah fungsi yang berguna. Pendekatan moral terhadap kedisiplinan menggunakan kedisiplinan sebagai sarana untuk mengajarkan nilai-nilai seperti sikap hormat dan tanggung jawab. Disiplin moral, hormat dan tanggung jawab memiliki hubungan yang erat. Disiplin moral menjadi alasan pengembangan siswa untuk menghormati peraturan, menghargai sesama, dan otoritas pengakuan guru; rasa tanggung jawab para siswa demi kebaikan sifat mereka; dan tanggung jawab mereka terhadap moral di dalam sebuah komunitas di dalam kelas Thomas Lickona, 2013: 168. Dengan mendisiplinkan dirinya, siswa akan siap bertanggung jawab atas dirinya pula. SD Negeri 1 Bantul merupakan salah satu sekolah di Kabupaten Bantul yang sudah mengimplementasikan karakter disiplin dan tanggung jawab. Memiliki warga sekolah yang memiliki karakter disiplin dan tanggung jawab merupakan salah satu tujuan pendidikan di SD Negeri 1 Bantul. Selain itu, di kurikulum sekolah juga sudah dituliskan bahwa sekolah sudah 7 mengimplementasikan pendidikan karakter, karakter disiplin dan tanggung jawab termasuk dalam karakter yang dikembangkan. Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah pada tanggal 9 Januari 2016, menyatakan bahwa segalanya dimulai dengan disiplin. Dalam artian, ketika siswa telah menanamkan karakter disiplin, maka karakter yang lainnya akan mengikuti, siswa juga akan melaksanakan tanggung jawabnya sebagai siswa. Sekolah membuat regulasi yang merupakan penanaman karakter-karakter lainnya. Sebagai bentuk disiplin dan tanggung jawab siswa, siswa menjalankan regulasi tersebut, dengan begitu siswa juga menanamkan nilai karakter lainnya. Sebelumnya, peneliti melakukan observasi di SD Negeri 1 Bantul, SD A dan SD B yang memberlakukan aturan kepada siswa untuk tidak membeli makanan di luar gerbang sekolah. Di SD A dan SD B, saat jam istirahat gerbang sekolah ditutup tetapi masih terdapat siswa yang membeli jajanan di luar sekolah melalui celah tembok samping sekolah. Di SD Negeri 1 Bantul, saat jam istirahat gerbang sekolah ditutup dan siswa tidak mencoba untuk membeli makanan di luar gerbang sekolah. Selain itu, tidak terdapat penjual makanan yang berjualan di luar gerbang kecuali di apotek seberang jalan. Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 9 Januari 2016, siswa di SD 1 Bantul sudah menanamkan karakter disiplin dan tanggung jawab. Siswa belajar menaati tata tertib yang berlaku baik tata tertib kelas ataupun tata tertib sekolah, membuang sampah pada tempatnya, serta mencuci tangan setelah makan atau setiap akan masuk kelas. Saat jam istirahat, siswa tidak membeli 8 makanan di luar gerbang sekolah karena terdapat aturan dilarang membeli makanan di luar gerbang sekolah. Selain itu, siswa juga mematuhi peraturan yang sudah dibuat meskipun peraturan tersebut belum lama diterapkan, misalnya siswa dilarang menunggu jemputan di luar gerbang sekolah karena maraknya kasus penculikan anak. Sebagian besar siswa sudah mematuhi peraturan tersebut dengan menunggu jemputan di dalam gerbang sekolah. Meskipun ada beberapa siswa yang berada di luar gerbang karena bersama dengan orang tua temannya. Di dalam kelas pun juga diberlakukan berbagai aturan sesuai dengan kesepakatan kelas masing-masing, misalnya di kelas IVA harus melepas sepatu saat masuk kelas. Siswa tidak hanya dianjurkan mendisiplinkan dirinya sendiri, tetapi juga memberi motivasi kepada siswa lain untuk disiplin dan tanggung jawab. Berdasarkan wawancara dengan kepala sekolah dicontohkan sebuah kasus yang melibatkan beberapa siswa, yaitu terdapat siswa yang mengadukan pelanggaran yang dilakukan oleh siswa lain. Di sekolah, terdapat peraturan dilarang membeli makanan di luar sekolah saat jam istirahat. Akan tetapi ada siswa yang mengabaikan aturan tersebut dan dilaporkan kepada guru oleh siswa lain. Dalam hal ini siswa dihadapkan pada pertanggungjawaban atas perbuatannya, baik siswa yang melanggar tata tertib maupun siswa yang melapor kepada guru. Keduanya harus siap bertanggung jawab atas perbuatannya, misalnya akan dikenakan sanksi atau dicemooh teman yang lain karena mengadu kepada guru. 9 Implementasi karakter disiplin dan tanggung jawab tersebut memberikan kontribusi dalam pencapaian prestasi sekolah dan siswa. Prestasi siswa baik akademik maupun non akasemik serta prestasi sekolah sebagai sekolah adiwiyata dan juara I sekolah sehat tingkat nasional. Berdasarkan paparan tersebut, peneliti ingin meneliti bagaimanakah penanaman karakter disiplin dan tanggung jawab di SD Negeri 1 Bantul dengan mengetengahkan judul penelitian Implementasi Pendidikan Karakter Disiplin dan Tanggung Jawab di SD Negeri 1 Bantul.

B. Identifikasi Masalah

Dokumen yang terkait

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER RELIGIUS DAN DISIPLIN DI SD NEGERI SRIMULYO 2 SRAGEN Implementasi Pendidikan Karakter Religius Dan Disiplin Di SD Negeri Srimulyo 2 Sragen.

0 4 16

IMPLEMENTASIPENDIDIKAN KARAKTER RELIGIUS DAN DISIPLIN Implementasi Pendidikan Karakter Religius Dan Disiplin Di SD Negeri Srimulyo 2 Sragen.

0 2 16

PENANAMAN PENDIDIKAN KARAKTER DISIPLIN DAN TANGGUNG JAWAB MELALUI METODE POINT SKORSING Penanaman Pendidikan Karakter Disiplin dan Tanggung Jawab Melalui Metode Point Skorsing (studi kasus di SMK Negeri 8 Surakarta).

0 3 14

PENANAMAN PENDIDIKAN KARAKTER DISIPLIN DAN TANGGUNG JAWAB MELALUI METODE POINT SKORSING Penanaman Pendidikan Karakter Disiplin dan Tanggung Jawab Melalui Metode Point Skorsing (studi kasus di SMK Negeri 8 Surakarta).

0 2 16

PENANAMAN KARAKTER DISIPLIN DAN TANGGUNG JAWAB SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN PENDIDIKAN Penanaman Karakter Disiplin Dan Tanggung Jawab Siswa Dalam Proses Pembelajaran Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan (Studi Kasus Kelas VII di SMP Negeri 3 Sura

0 4 22

PENANAMAN KARAKTER DISIPLIN DAN TANGGUNG JAWAB (Studi Kasus pada Kegiatan Ekstrakurikuler Paskibra Penanaman Karakter Disiplin Dan Tanggung Jawab (Studi Kasus pada Kegiatan Ektrakurikuler Paskibra di SMA Negeri 1 Sragen).

0 2 10

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER TANGGUNG JAWAB DAN DISIPLIN PADA ANGGOTA MARCHING BAND PURNA PASKIBRAKA Implementasi Pendidikan Karakter Tanggung Jawab Dan Disiplin Pada Anggota Marching Band Purna Paskibraka Kabupaten Sukoharjo Tahun 2014.

0 2 18

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER TANGGUNG JAWAB DAN DISIPLIN PADA ANGGOTA MARCHING BAND PURNA PASKIBRAKA Implementasi Pendidikan Karakter Tanggung Jawab Dan Disiplin Pada Anggota Marching Band Purna Paskibraka Kabupaten Sukoharjo Tahun 2014.

0 2 13

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER TANGGUNG JAWAB SISWA KELAS III DI SD ALAM BATURRADEN (SABAR)

2 2 16

PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER MANDIRI, DISIPLIN DAN TANGGUNG JAWAB MELALUI TUGAS PIKET MENGGUNAKAN MEDIA TUGASKU TANGGUNG JAWABKU DI SD NEGERI 2 KECILA - repository perpustakaan

0 1 15