Implementasi Pancasila Lembaga Pemerintah Non-Kementerian
                                                                                Dimensi  kultural  mengandung  makna  bahwa  Pancasila  merupakan landasan  falsafah  negara,  pandangan  hidup  bernegara,  dan  sebagai  dasar  negara.
Dimensi institusional mengandung makna bahwa Pancasila harus sebagai landasan utama  untuk  mencapai  cita-cita,  tujuan  bernegara,  dan  dalam  penyelenggaraan
pemerintahan.  Aktualisasi  nilai  spiritual  dalam  Pancasila  tergambar  dalam  Sila Ketuhanan Yang Maha Esa. Hal ini berarti bahwa dalam praktik penyelenggaraan
pemerintahan tidak boleh meninggalkan prinsip keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Nilai ini menunjukkan adanya pengakuan bahwa manusia,
terutama  penyelenggara  negara  memiliki  keterpautan    hubungan  dengan  Sang Penciptanya.  Artinya,  di  dalam  menjalankan  tugas  sebagai  penyelenggara  negara
tidak  hanya  dituntut  patuh  terhadap  peraturan  yang  berkaitan  dengan  tugasnya, tetapi  juga  harus  dilandasi  oleh  satu  pertanggungjawaban  kelak  kepada  Tuhan  di
dalam pelaksanaan tugasnya. Hubungan antara manusia dan Tuhan yang tercermin dalam  sila  pertama  tersebut  sesungguhnya  dapat  memberikan  rambu-rambu  agar
tidak  melakukan  pelanggaran-pelanggaran,  terutama  ketika  dia  harus  melakukan korupsi, penyelewengan harta negara, dan perilaku negatif lainnya. Nilai spiritual
inilah  yang  tidak  ada  dalam  doktrin
good  governance
yang  selama  ini  menjadi panduan  dalam  praktek  penyelenggaraan  pemerintahan  di  Indonesia  masa  kini.
Nilai  spiritual  dalam  Pancasila  ini  sekaligus  menjadi  nilai  lokalitas  bagi  Bangsa Indonesia  yang  seharusnya  dapat  teraktualisasi  dalam  tata  kelola  pemerintahan.
Sila  kemanusiaan  yang  adil  dan  beradab,  Sila  Persatuan  Indonesia,dan  Sila Kerakyatan  yang  dipimpin  oleh  Hikmat  Kebijaksaan  dalam  permusayaratan
perwakilan  merupakan  gambaran  bagaimana  dimensi  kultural  dan  institusional harus  dijalankan.  Dimensi  tersebut  mengandung  nilai  pengakuan  terhadap  sisi
kemanusian dan keadilan
fairness
yang nondiskriminatif; demokrasi berdasarkan musyawarah  dan  transparan  dalam  membuat  keputusan;  dan  terciptanya
kesejahteraan sosial bagi semua tanpa pengecualian pada golongan tertentu. Nilai- nilai  itu  sesungguhnya  jauh  lebih  luhur  dan  telah  menjadi  rumusan  hakiki  dalam
Pembukaan UUD NRI Tahun 1945. Tiga  nilai  utama  yang  tertuang  dalam  Pembukaan  UUD  NRI  Tahun  1945
tersebut di atas harus senantiasa menjadi pertimbangan dan perhatian dalam sistem dan  proses  penyelenggaraanpemerintahan  dan  pembangunan  bangsa.  Pancasila
sebagai  falsafah  bangsa  dalam  bernegara  merupakan  nilai  hakiki  yang  harus termanisfestasikan  dalam  simbol-simbol  kehidupan  bangsa,  lambang  pemersatu
bangsa,  dan  sebagai  pandangan  hidup  bangsa.  Dalam  praktik  penyelenggaraan pemerintahan,  nilai  falsafah  harus  termanifestasikan  di  setiap  proses  perumusan
kebijakan  dan  implementasinya.  Nilai  Pancasila  harus  dipandang  sebagai  satu
kesatuan  utuh  di  setiap  praktik penyelenggaraan pemerintahan  yang mengandung makna  bahwa  ada  sumber-sumber  spiritual  yang  harus  dipertimbangkan  dalam
memberikan  pelayanan  kepada  masyarakat  agar  tidak  terjadi  perlakuan  yang sewenang  dan  diskriminatif.  Selain  itu,  nilai  spiritualitas  hendaknya  menjadi
pemandu  bagi  penyelenggaraan  pemerintahan  agar  tidak  melakukan  aktivitas- aktivitas di luar kewenangan dan ketentuan yang sudah digariskan.
                