4.2 Penutupan Tubulus Proksimal
Hasil pengamatan terhadap persentase penutupan tubulus proksimal ginjal mencit betina hamil dengan perlakuan ekstrak n-heksan buah andaliman dengan
perbedaan konsentrasi telah diuji analisis statistik. Dari data tersebut diperoleh bahwa bahwa rata-rata persentase penutupan tubulus proksimal yang diberi
perlakuan ekstrak n-heksan buah andaliman terjadi peningkatan bila dibandingkan dengan kontrol blank P0 dan kontrol pelarut P1. Rata-rata jumlah penutupan
Tubulus proksimal pada P0 41,84 dan P1 43,91 . Sedangkan rata-rata persentase penutupan tubulus proksimal pada P2 61,49 , pada P3 80,68 ,
dan pada P4 62,61 . Grafik dapat dilihat pada Gambar 4.2.1.
Gambar 4.2.1 Persentase Penutupan Tubulus Proksimal setelah diberi ekstrak n-heksan buah andaliman pada konsentrasi yang berbeda.
P0 = Kontrol Blank mencit tidak diberi perlakuan apapun selain pakan; P1 = Kontrol Pelarut pemberian CMC 1; P2, P3 dan P4= Perlakuan
dengan konsentrasi ekstrak n-heksan buah andaliman 2, 4, dan 6; huruf yang berbeda pada perlakuan berbeda menunjukkan berbeda nyata;
satuan dalam persen .
Hasil analisis statistik antara perlakuan kontrol blank P0 dengan kontrol pelarut P1 tidak menunjukkan adanya perbedaan yang nyata. Namun antara
perlakuan P0 dan P1 dengan perlakuan ekstrak n-heksan 2 P2, 4 P3, dan 6 P4 terdapat perbedaan yang signifikan terhadap peningkatan penutupan
a a
b c
b
Universitas Sumatera Utara
tubulus proksimal. Demikian pula terdapat perbedaan yang nyata P0,05 antara perlakuan P3 dengan perlakuan P2 dan P4. Peningkatan persentase penutupan
tubulus proksimal yang terjadi pada P3 sebesar 80,68 sedangkan pada P2 sebesar 61,49 dan P4 sebesar 62,61 . Hasil pengamatan histologis tubulus
proksimal ginjal ren mencit dapat dilihat pada Gambar 4.2.2.
Gambar 4.2.2. Gambar Histologi Ren Mencit, Pewarnaan HE, Perbesaran 400.
Keterangan: A. Kontrol: 1. Tubulus Proksimal Normal, 2. Tubulus
Proksimal Menutup Nekrosis; B. Perlakuan: 1. Tubulus Proksimal menutup Nekrosis
Pada kelompok kontrol dapat ditemukan tubulus proksimal normal maupun yang menutup Gambar 4.2.2A. Tubulus proksimal yang menutup pada
kelompok normal merupakan hal yang dapat terjadi karena setiap sel atau jaringan pasti memiliki kontak dengan senyawa-senyawa yang masuk ke dalam
tubuh baik melalui makanan, minuman, dan lingkungan yang dapat menyebabkan
1
2 2
1
A
B
Universitas Sumatera Utara
perubahan struktur, namun hal ini bukan merupakan masalah selama tidak atau belum menimbulkan perubahan fungsi fisiologis jaringan. Menurut Sarjadi et al.,
2003, pembengkakan pada tubulus proksimal merupakan gejala kerusakan paling ringan yang disebut degenerasi albuminosa cloudy swelling dimana
perubahan dapat kembali menjadi normal seperti semula. Sedangkan pada kelompok perlakuan ditemukan peningkatan jumlah tubulus proksimal yang
menutup, dapat dilihat pada Gambar 4.2.2B. Pada Gambar dapat dilihat perubahan yang terjadi pada tubulus proksimal dimana lumen mengalami penutupan dan
terjadi pembengkakan pada sel tubulus. Peningkatan persentase penutupan lumen pada tubulus proksimal ini diduga karena terdapat berbagai senyawa kimia seperti
terpenoid, alkaloid, dan flavonoid pada buah andaliman yang memberikan efek toksik terhadap organ ginjal mencit sehingga menyebabkan pembengkakan pada
tubulus proksimal Panjaitan, 2012. Terjadinya kerusakan tubulus proksimal mencit setelah pemberian ekstrak n-heksan andaliman ini sesuai dengan teori
bahwa proses ekskresi obat yang berlangsung pada suatu organ dapat menimbulkan dampak buruk bagi organ itu sendiri Robbins Kumar, 1995.
Ginjal menerima darah sebesar 20 dari curah jantung melalui arteri renalis. Tingginya aliran darah yang menuju ginjal inilah yang menyebabkan
berbagai macam obat dan bahan kimia dalam sirkulasi sistemik dikirim ke ginjal dalam jumlah yang besar. Faktor lain yang mungkin menyebabkan kerusakan
ginjal adalah kemampuan ginjal untuk mengkonsentrasikan substansi xenobiotik di dalam sel. Jika suatu zat kimia disekresi secara aktif dari darah ke urin, zat
kimia terlebih dahulu diakumulasikan dalam tubulus proksimal atau jika substansi kimia ini direabsorbsi dari urin maka akan melalui sel epitel tubulus dengan
konsentrasi tinggi. Proses pemekatan tersebut zat-zat toksik ini akan terakumulasi di ginjal dan menyebabkan kerusakan bagi ginjal Hodgson Levi, 2001.
Proses ekskresi senyawa-senyawa yang bersifat toksik dapat menyebabkan kerusakan tubulus, berupa Necrosis Tubular Accute NTA yang bersifat
reversibel karena sel-sel epitel tubulus proksimal kemampuan daya regenerasi yang baik. Secara histologi kerusakan tersebut ditandai dengan destruksi sel epitel
tubulus proksimal, namun membrana basalis tubuli pada umumnya masih baik. Sel epitel tubulus mudah hancur karena kontak dengan bahan-bahan toksik yang
Universitas Sumatera Utara
diekskresi melalui ginjal Wijaya Miranti, 2005. Sel-sel epitel tubulus proksimal akan membengkak dengan sitoplasma granuler karena pergeseran air
ekstraselular ke dalam sel Robbins Kumar, 1995. Pergeseran cairan ekstra selular ke dalam sel tubulus proksimal ini terjadi karena toksin menyebabkan
perubahan muatan listrik permukaan sel epitel tubulus, transpor aktif ion dan asam organik, dan kemampuan untuk mengkonsentrasikannya hingga mengakibatkan
tubulus rusak, aliran kemih terganggu, tekanan intra tubulus meningkat, kecepatan filtrasi glomerulus menurun Wijaya Miranti, 2005. Hal inilah yang
kemungkinan menyebabkan sel tubulus proksimal membengkak dan mengalami penyempitan hingga menutup pada penelitian ini.
Selain tubulus yang menutup, pada pengamatan juga ditemukan adanya kerusakan lain seperti hipertrofi, nekrosis dan serosis. Menurut Arifin et al.,
2004, nefron ginjal akan mengalami hipertropi apabila mendapat beban kerja yang besar. Hipertropi pada nefron ini dapat terjadi karena menggantikan fungsi
nefron lain yang telah hancur dan rusak, sehingga hemostatis tubuh tidak terganggu meskipun sejumlah nefron yang lain telah rusak. Nekrosis ditandai
dengan penyerapan warna oleh inti yang berkurang serta terlepasnya sel-sel tubulus kedalam lumen. Sedangkan serosis merupakan kematian sel yang bersifat
parah dan dapat meluas yang ditandai dengan hilangnya inti sel atau kekosongan pada jaringan dimana jaringan tersebut digantikan oleh jaringan parut jaringan
ikat yang sebelumnya mengalami lisis dan nekrosis Mayori et al., 2013 Selain menimbulkan kerusakan tubulus secara langsung, zat-zat toksik
juga memiliki kemampuan untuk merusak tubulus dengan cara mempengaruhi sistem hemodinamik. Beberapa zat toksik dapat merubah hemodinamik intrarenal
yang memicu terjadinya vasokonstriksi. Vasokonstriksi berkepanjangan mengakibatkan hipoksia pada medula dan pada akhirnya menyebabkan kerusakan
tubulus Pratita, 2008. Komposisi dari ekstrak buah andaliman mengandung zat- zat toksik yang merusak ginjal nephrotoxic agent. Zat-zat nefrotoksik ini
merusak ginjal melalui dua mekanisme yaitu merusak tubulus ginjal secara langsung maupun perubahan hemodinamik. Kandungan apa dalam buah
andaliman yang menyebabkan kerusakan ginjal dan mekanisme mana yang lebih berperan dalam merusak ginjal belum diketahui secara pasti.
Universitas Sumatera Utara
4.3 Diameter Tubulus Proksimal yang Menutup