Clarify the problem klarifikasi masalah Breakdown analysis

27 raw material mengalami peningkatan tiap tahunnya termasuk untuk tipe resin material, seperti dapat dilihat untuk beberapa material pada Tabel 5. Tabel 5. Perbedaan harga raw material untuk kendaraan tipe IMV 4 dan IMV 5 OCT09- MAR10 0ct10-Mar11 X660T TSOP1 2.01 2.08 LA880T TSOP5 1.90 1.97 LA880WT-BTWT11BK02 Black 2.03 2.093 AZ564GTL-BT 1.66 1.8 TMMI N price US kg Grade PP2 Harga material yang meningkat ini tentu saja akan mempengaruhi manufacturing cost untuk pembuatan part komponen pada IMV 4 dan IMV 5 menjadi tinggi dan berarti berpengaruh besar terhadap keuntungan perusahaan. Selain manufacturing cost, equipment operating cost energy cost, maintenance cost, labor cost biaya untuk tenaga kerja dan service division cost adalah hal yang mempengaruhi harga suatu part nantinya sehingga perlu untuk diperhatikan. Untuk bisa mendapatkan CR pertama dengan menganalisa berdasarkan section, kemudian berdasarkan supplier. Setelah itu, dapat diperoleh supplier mana yang CR-nya masih kurang. Untuk Toyota ini memiliki dua kategori supplier dalam pembuatan part, yaitu CPP Central Purchasing Part dan n-CPP non- Central Purchasing Part . Dalam hal aktivitas untuk mendapatkan CR, hanya bisa dilakukan untuk supplier n-CPP. Hal ini dikarenakan, untuk supplier n-CPP dapat ditentukan sendiri oleh buyer sehingga bisa dinegosiasi sedangkan untuk CPP ditentukan oleh TMAP.

5.2.2 Analisis Toyota Business Practices TBP

a. Clarify the problem klarifikasi masalah

Tujuan dari klarifiasi problem ini adalah membuat permasalahan menjadi jelas. Problem yang ada akan digambarkan dalam bentuk celah gap antara current situation keadaan saat ini dengan ideal situation keadaan yang diharapkan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 12. Gambar 12. Clarify the problem 28 Berdasarkan Gambar 13 dapat dilihat bahwa problem yang ada termasuk jenis problem type setting , yaitu permasalahan yang ada muncul karena kondisi ideal yang ada diciptakan atau dibuat sendiri. Dimana divisi Purchasing menginginkan kondisi ideal di tahun 2011 CR bisa dilakukan sebesar 2.5 dari current. Akan tetapi sampai bulan Mei 2011 divisi Purchasing baru berhasil mencapai CR sebesar 1.99 Rp 83,854 milyar. Oleh karena itu, disini terdapat terdapat celah gap antara kondisi ideal dan kondisi saat ini, yaitu sebesar 0.51 Rp 21,350 milyar CR yang harus dicapai. Tujuan ultimate goal, yaitu untuk meningkatkan CR untuk menjadi harga yang terbaik di wilayah Asia.

b. Breakdown analysis

Langkah selanjutnya adalah breakdown problem pemecahan masalah. Masalah atau gap yang ada antara kondisi ideal dengan kondisi saat ini dapat dikerucutkan dengan menganalisis berdasarkan section bagian yang ada untuk kendaraan, yaitu interior and electrical section, body and exterior section, chassis and engine section, dan service and component section. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 13. Gambar 13. Breakdwon problem langkah 1 Pada langkah breakdwon problem ini mencari potensi-potensi yang menjadi akar masalah, yaitu disini belum bisa terpenuhinya target CR sebesar 0.51 Rp 21,350 M. Permasalahan dari target CR yang belum terpenuhi ini kemudian dicari potensi akar masalahnya, langkah pertama dipecahkan berdasarkan section bagian. Dari hasil perhitungan diketahui bahwa interior and electrical section merupakan section yang CR-nya masih kurang, yaitu sebesar 1.63 Rp 33,882 milyar. Besarnya CR yang belum bisa tercapai ini menyebabkan interior and electircal section menjadi akar permasalahan sehingga perlu dianalisis penyebabnya. Bagian interior ini memiliki komponen part yang lebih banyak dibandingkan lainnya Gambar 14. 29 Gambar 14. Perbandingan bagian section berdasarkan komponen Interior dan electrical section dapat dijabarkan lagi lebih spesifik, langkah kedua pemecahan masalahnya berdasarkan raw material yang digunakan untuk bagian interior. Pada interior digunakan empat jenis material, yaitu resin material, seat, rubber, dan others. Dari keempat jenis material, seat yang paling banyak digunakan tetapi dalam pembuatan part komponen Toyota hanya men-supply dari satu 1 supplier, yaitu TBINA sehingga sulit untuk dilakukan CR. Selain itu, untuk TBINA target CR telah terpenuhi, balance seimbang. Oleh karena itu, resin material dipilih menjadi akar masalah, selain merupakan material terbanyak kedua yang digunakan untuk interior, yaitu sekitar 6 dan supplier-nya banyak yang belum memenuhi target CR. Hal ini berarti prioritas penyelesaian berikutnya fokus pada resin material , untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 15. Gambar 15. Breakdown analysis langkah kedua Akan tetapi resin material ini, cakupannya masih terlalu besar sebab interior part dari resin material dibuat oleh banyak supplier. Oleh karena itu, resin material dipecah lagi berdasarkan supplier. Pada Gambar 16, dapat dilihat target CR masih kurang dicapai untuk supplier Astar Otoparts sebesar Rp 168 M, Innoac Rp 791 M, dan Sugity Rp 3,605 M. Dalam 30 analisis berdasarkan TBP dalam pemilihan prioritas pemecahan masalah berdasarkan nilai yang paling mempengaruhi dalam hal ini yaitu Sugity. Gambar 16. breakdown problem langkah ketiga Supplier Sugity ini memiliki andil yang cukup besar dalam pembuatan part kendaraan tipe IMV4 154 part name dan IMV5 19 part name. Part yang dibuat oleh Sugity ini kebanyakan melalui proses injection. Proses injection ini biasanya digunakan untuk material thermoplastic , karena material ini memiliki titik leleh yang rendah. Resin material disini akan meleleh ketika dipanaskan. Cetakan yang digunakan pada proses injection ini terbuat dari steel atau aluminium. Resin material yang digunakan oleh Sugity, terdiri atas beberapa tipe yaitu:

1. Polypropylene

Polypropylene PP ini memiliki titik leleh yang cukup tinggi 190-200 C, sedangkan titik kristalisasinya antara 130-135 C. PP ini memiliki sifat ketahanan yang tinggi terhadap bahan kimia chemical resistance tetapi ketahanan terhadap benturan impact strength rendah. Polypropylene ini terbagi atas tiga jenis, yaitu: a. PP -1 PP -1 ini termasuk ke dalam jenis homopolymer karena hanya terbuat dari polypropylene. PP -1 ini memiliki sifat ketahanan benturan rendah low impact, sehingga biasa digunakan pada part yang kecil dan hanya memiliki kapasitas yang kecil. Material ini biasanya digunakan di mesin. b. PP -2 PP-2 ini termasuk ke dalam co-polymer, karena terbuat dari campuran etilen dan propylene . PP-2 ini memiliki sifat ketahanan terhadap benturan sedang medium impact, 31 contohnya digunakan seperti pada part Door trim DT, scuff plate, garnish, dan sebagainya. Biasanya material ini disimbolkan dengan “PPPE”. c. PP -3 PP -3 ini termasuk ke dalam blok co-polymer, yang memiliki sifat high impact ketahanan terhadap benturan tinggi.

2. Acrylic Butadine Styrene ABS

ABS ini merupakan salah satu produk thermoplastic. ABS ini terbuat dari campuran resin dan rubber karet, karena memiliki kandungan butadine yang memudahkan penempalan material lain sehingga part yang terbuat dari material ABS ini dapat dicat. Pada ABS ini terdiri atas tiga monomer pembentuk, yaitu: a. Akrilonitril : bersifat tahan terhadap bahan kimia dan stabil terhadap panas. b. Butadiene : tahan terhadap benturan terhadap dan memiliki sifat liat toughness. c. Styrene : menjamin kekakuan rigidity dan mudah diproses. Berbagai sifat lebih lanjut juga dapat diperoleh dengan penambahan aditif sehingga diperoleh grade ABS yang bersifat menghambat nyala api, transparan, tahan panas tinggi, tahan terhadap sinar UV, tahan bahan kimia - biaya proses rendah, liat, keras, kaku-dapat direkatkan, tahan korosi - dapat dielektroplating, dan dapat didesain menjadi berbagai bentuk, memberi kilap permukaan yang baik. Part yang biasanya terbuat dari material ABS ini seperti radiator grill, arm rest, emblem .

3. Toyota Super Olefin TSOP

Resin material yang dibuat sendiri oleh Toyota, yang memiliki beberapa tingkatan dari TSOP1 – TSOP7, setiap tingkatan memiliki karakteristik yang berbeda, seperti: a. TSOP5 Memiliki sifat tahan terhadap sinar radiasi UV sehingga tidak akan mengalami peunturan. Material ini biasanya digunakan untuk part yang langsung terkena sinar matahari, seperti instrument panel, console box, dsb. b. TSOP7 Memiliki sifat ketahanan yang tinggi terhadap bentur impact resistant, lentur, dan bisa dicat plating. Material ini biasanya digunakan untuk bumper, karena part ini sangat rentan terhadap terjadinya tabrakan.

4. Polyacetal or Polyoxymethylene POM

Memiliki sifat heat resistance, chemical resistance, tahan terhadap benturan, lentur. Material ini biasanya digunakan untuk bumper side. Selain itu, juga ada tipe resin material lain antara lain:

1. Polycarbonate PC

Polycarbonate PC ini memiliki sifat ketahanan terhadap benturannya tinggi, tahan terhadap perubahan cuaca, tahan panas, mudah untuk diproses. Biasanya part yang terbuat dari material ini seperti lampu.

2. Polyamide PA

Polyamide atau biasa disebut nylon ini memiliki sifat memiliki kekuatan yang tinggi high strength , chemical resistance, fatigue resistance. Biasanya material PA ini digunakan untuk part 32 yang keras seperti bracket handle. Untuk PA ini terdiri atas dua jenis, yaitu PA 6 untuk hanger, seat shoulder belt dan PA 66 untuk pada lampu-stopper back door.

3. Polyethylene

Memiliki sifat tahan terhadap panas dan rigidity kekakuan, biasa digunakan untuk part outer mirror, plug hole.

4. Poly vinyl Chloride PVC

Material ini biasanya digunakan untuk seat atau bagian sandaran dudukan. Pada Sugity ini diketahui bahwa dalam pembuatan part-nya dilakukan dengan proses injection , yaitu melelehkan resin material kemudian material tersebut diinjek oleh screw injector melalui nozzle ke mold cetakan, setelah itu molding unit menutup dan cavity akan menahan tekanan yang diberikan sedangkan core membentuk part. Sugity ini memiliki tiga pabrik factory yang berlokasi di Cibitung, dimana factory I untuk kegiatan assembly, factory II untuk resin injection dan resin painting, factory III untuk resin injection dan resin plating, dan factory IV untuk resin injection, parts assembly, parts packing . Dalam proses injection tekanan yang diberikan untuk membentuk part tergantung dari besarnya machine tonnage yang digunakan, disini Sugity memiliki beberapa machine tonnage, antara lain 80T, 150T Thermosetting, 170T, 230T electric injection, 350T, 650T, 1300T, 1600T, 2500T, dan 3500T. Toyota dalam penentuan harga part dipengaruhi oleh material cost biaya material, process cost biaya proses, Factory Over Head FOH, dan depreciation. Untuk biaya material, terdiri atas harga raw material dan harga vendor-vendor. Harga raw material Sugity ini dapat dikatakan hampir mendekati dengan harga dari supplier lain dan bisa dikatakan relatif murah. Harga raw material yang berbeda antar supplier karena belum adanya centralisasi tempat pembelian raw material. Sedangkan untuk harga v-v ini sudah pasti dari supplier, tidak bisa dilakukan CR. Kemudian dari segi process cost, karena Sugity ini kegiatannya fokus pada proses injection yang berhubungan dengan machine tonnage, cycle time, dan weight berat. Dari data yang ada untuk pembuatan part belum jelas mengapa untuk suatu part, seperti Garnish SA back door outside yang menggunakan MC Tonnage 350 T memiliki cycle time 1.02 menit lebih lama dibandingkan dengan scuff plate dengan MC Tonnage 650T , cycle time 0.75 menit. Padahal MC tonnage, cycle time, berat, dan surface treatment dalam setiap part yang dibuat sangat mempengaruhi produktifitas yang berkaitan dengan keuntungan perusahaan. Selain itu, disini belum ada informasi apakah ada hubungan antara MC tonnage, cycle time, dan berat part. Kemudian dilihat dari FOH, yaitu penjumlahan biaya material dan biaya proses, termasuk juga perhitungan untuk pengiriman, pengemasan, tenaga kerja, listrik, air, dan sebagainya. Untuk PT TMMIN ini sendiri menetapkan sebesar 15 dari total biaya material dan biaya proses, yang dirumuskan sebagai berikut: 15 × + = proses biaya material biaya FOH Depreciation ini merupakan biaya penyusutan, seperti mesin, jig, mold, dan sebagainya yang dirumuskan dengan: years M quantity volume erest Investment time life tooling price tooling on Depreciati 2 int × + = = . 33 Untuk biaya depresiasi, telah terdapat kesepakatan antara supplier dengan Toyota ditetapkan selama 2 tahun. Karena Sugity dalam proses pembuatannya dengan proses injection, maka apabila terjadi kerusakan pada mesinnya hanya diganti bagian tertentu saja seperti mold cetakannya sehingga biaya perbaikan tidak terlalu besar. Dalam analisis yang dilakukan dengan TBP, maka dalam pemilihan prioritas didasarkan padahal hal yang paling mempengaruhi. Pada langkah ini dipilih prioritas penyelesaian pada manufacturing cost karena masih ada informasi aktual yang belum diperoleh baik dalam hal proses, material yang mempengaruhi CR nantinya. Gmabar 17. Breakdown problem langkah keempat Langkah berikutnya dalam menganalisi penyebab kurang terpenuhi CR adalah dengan mengklarifikasi point of occurance dari problem yang ada. Point of occurance ini merupakan titik kejadian dimana problem itu terjadi, dalam hal ini berkaitan dengan business process yang terjadi pada proses pembelian di departemen Purchasing no.1 . Gambar skema dari business process yang juga merupakan point of occurance dapat dilihat pada Gambar 18. Gambar 18. Skema Business process 1. Request for Quuatation RFQ Business process merupakan standar kerja yang telah ada di departemen Purchasing no.1, langkah pertama adalah Request for Quuatation RFQ. RFQ ini merupakan permintaan yang berasal dari buyer kepada supplier yang berisi daftar part yang akan dibuat. Disini bukan merupakan point of occurance karena disini merupakan awal dari negosiasi antara buyer dan supplier. Pada langkah ini dalam menentukan harga supplier akan menganalisis drawing kemudian membuat rancangan biaya untuk membuat part yang diminta dan mengisi format quuatation . 2. Quuatation diterima Langkah berikutnya adalah quuatation diterima oleh buyer. Setelah supplier menyelesaikan rancangan biaya yang dibuatnya kemudian buyer akan menerima balasan 34 quuatation yang dikirimnya. Pada balasan ini nantinya berisi estimasi harga untuk daftar part yang diminta. Langkah ini tidak terdapat point of occurance yang menyebabkan kurang terpenuhinya target CR. 3. Evaluasi harga Langkah berikutnya adalah mengevaluasi quuatation yang telah diterima. Pada langkah ini buyer akan mengecek apakah harga yang diberikan sesuai dan juga membandingkan antara supplier satu dengan supplier lainnya. Pada langkah ini bukan menjadi point of occurance yang menyebabkan kurang terpenuhinya target, akan tetapi bisa menjadi langkah awal dari buyer untuk bisa mendapatkan CR atau kadai finding dan buyer disini harus jeli. Apabila terdapat kejanggalan dan dirasa harga yang diberikan kurang sesuai, maka untuk memastikannya bisa dengan cara Genchi Genbutsu go and see atau turun langsung ke lapangan. 4. GENBA Setelah buyer menganalisa secara detail harga yang diberikan, maka hal berikutnya yang seharusnya dilakukan oleh buyer adalah Genba. Genba ini merupakan kegiatan kunjungan ke pabrik untuk melihat secara langsung kejadian yang sebenarnya terjadi di lapangan. Oleh karena itu, dapat saling memberikan saran dan solusi antara kedua belah pihak untuk project yang akan dibuat nantinya. Akan tetapi pada kenyataannya buyer masih bisa dikatakan cukup jarang melakukan Genba , meskipun buyer ini sering melakukan kunjungan ke supplier untuk membahas project tetapi sering tidak diikuti dengan Genba karena kendala waktu yang sempit. Padahal Genba ini cukup membantu untuk mendapatkan CR, baik dari manufacturing, negosiasi biaya depresiasi, packing, delivery , dsb. Seperti informasi tentang manufacturing, MC tonnage, cycle time, dan berat part disini belum ada informasi apakah ada hubungan antara ketiganya. Selain itu, apakah untuk part tertentu bisa diganti penggunaan raw material-nya dan belum adanya kumpulan data yang merekap semua ini. Informasi lebih lanjut tentang proses dan material yang mempengaruhi harga part masih belum jelas, sehingga masih banyak diperlukan informasi aktual yang dapat membantu mendapatkan CR ini salah satu satu caranya yang paling akurat dengan sering dilakukannya Genba dan benchmarking studi banding, karena Genba masih kurang dilakukan maka point of occurance terdapat pada langkah Genba, seperti pada Gambar 19. Gambar 19. Skema point of occurance dan problem to tackle 35

c. Problem to tackle