2. Lokasi dan Waktu Kajian
Lokasi penelitian dilakukan di daerah Kramat Raya dan sekitarnya. Obyek kajian dan respondennya adalah konsumen yang melakukan pembelian komoditas
es krim Baltic dan es krim pesaing sejenis Campina dan Walls. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja purposive, yaitu didasarkan pada pertimbangan
bahwa lokasi tersebut merupakan daerah pemasaran dominan untuk produk es krim Baltic dibandingkan dengan 3 dua lokasi outlet Baltic lainnya Radio Dalam,
Meruya dan Cibubur. Waktu kajian dilakukan selama 2 bulan, yaitu Mei 2009 hingga Juni 2009.
3. Metode Kerja
Data yang digunakan dalam kajian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber pertama. Data primer
berkaitan dengan responden yang diperoleh secara langsung. Data primer dari pihak perusahaan diperoleh secara langsung melalui teknik wawancara dan observasi
terhadap pihak yang berkompeten dan terkait langsung dengan manajemen perusahaan.
Data sekunder diperoleh dengan cara pencarian informasi dari data kepustakaan, dokumen-dokumen perusahaan, makalah-makalah seminar dan data
dari instansi-instansi terkait. Metode yang digunakan dalam analisa ini adalah metode wawancara dengan
alat bantu daftar pertanyaan Lampiran 1 dan survei dengan alat bantu kuesioner Lampiran 2 untuk mengukur gejala-gejala yang ada tanpa penyelidikan mengapa
gejala-gejala tersebut ada. Wawancara dan survei dilakukan dengan pihak internal dan eksternal perusahaan yang dianggap berkompeten untuk menjawab pertanyaan.
Survei untuk data kajian persepsi pasar dilakukan dengan cara menyebar kuesioner kepada responden konsumen es krim Baltic, Campina dan Walls. Data yang
diperoleh merupakan data kualitatif dan kuantitatif yang diolah dengan bantuan aplikasi Microsoft Excel, yang disajikan dalam bentuk tabulasi.
Tahapan kerja tersebut dapat dirinci sebagai berikut : a.
Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini, dilakukan melalui langkah-langkah berikut :
1 Pengumpulan data internal, yang terdiri dari : i. Observasi berupa pengamatan langsung terhadap obyek yang diteliti,
meliputi observasi strategi, lokasi, produk, bahan dan proses produksi pada perusahaan PT. Balticindo Jayafood.
ii. Wawancara kepada pemilik perusahaan narasumber yang merangkap sebagai manajer di PT. Balticindo Jayafood, kepala bagian produksi dan
kepala bagian pemasaran. Aspek yang dikaji adalah kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman di PT. Balticindo Jayafood.
2 Pengumpulan data eksternal untuk mengungkap fakta yang terjadi di lapangan, terdiri dari :
i. Observasi berupa pengamatan langsung terhadap obyek yang diteliti, meliputi observasi strategi, lokasi dan produk pada perusahaan pesaing.
ii. Wawancara dan survei kepada konsumen es krim Baltic, Campina dan Walls meliputi segmentasi pasar dan persepsi pasar. Aspek yang dikaji
berupa persepsi pasar terhadap 16 faktor peubah, yaitu kemasan, tingkat kelezatan, pilihan rasa, ukuran, bentuk, tekstur, warna,
komposisi, harga, tempat penjualan, tingkat higienis, kemudahan memperoleh, promosi, merk, kejelasan ijin BPOM dan kejelasan
sertifikasi halal dari LP POM MUI.
b. Pengambilan Contoh
Pemilihan responden dilakukan dengan metode purposive sampling. Jumlah contoh yang digunakan pada kajian ini seluruhnya 80 kuesioner yang
disebar kepada para pelanggan es krim Baltic, Campina dan Walls, dengan perincian berikut :
1 40 kuesioner untuk kajian utama, di outlet es krim Baltic. 2 20 kuesioner untuk kajian pendukung, di outlet es krim Campina.
3 20 kuesioner untuk kajian pendukung, di outlet es krim Walls.
c. Pengolahan dan Analisis Data
1 Uji Validitas dan Reliabilitas
Sebelum dilakukan pengolahan data maka perlu dilakukan uji hipotesis berupa uji validitas. Uji validitas menunjukkan ketepatan dan
kecermatan suatu instrumen dalam mengukur peubah yang akan diukur. Metode pengukuran yang dilakukan pada penelitian ini adalah metode Alpha
Cronbach’s. Koefisien Alpha Cronbach’s yang berguna untuk mengestimasi validitas setiap skala indikator observarian. Bivariate
Pearson adalah analisis dengan cara mengkorelasikan masing-masing skor item dengan skor total. Skor total adalah penjumlahan dari keseluruhan
item. Item-item pertanyaan yang berkorelasi nyata dengan skor total menunjukkan item-item tersebut mampu memberikan dukungan dalam
mengungkap keadaan suatu perusahaan. Koefisien korelasi item total Bivariate Pearson dapat dirumuskan sebagai berikut :
r =
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑ ∑
− −
− ]
][ [
2 2
2 2
Y Y
n X
X n
Y X
XY n
Keterangan : r = Koefisien korelasi item total Bivariate Pearson Indeks validitas
X = Skor item pertanyaan Y = Skor total pertanyaan
N = Banyaknya butir pertanyaan Kriteria valid atau tidak valid adalah bila korelasi r hitung kurang
dari nilai r tabel dengan taraf nyata 0,05. Kriteria pengujian adalah sebagai berikut :
i. Jika r hitung ≥ r tabel, maka instrumen atau item-item pertanyaan berkorelasi nyata terhadap skor total pertanyaan, maka pertanyaan yang
diajukan kepada responden layak digunakan. ii. Jika r hitung r tabel, maka instrumen atau item-item pertanyaan tidak
berkorelasi nyata terhadap skor total pertanyaan, maka pertanyaan yang diajukan kepada responden tidak layak digunakan.
Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi alat ukur, apakah alat ukur yang digunakan tetap konsisten jika dilakukan pengulangan
terhadap pengukuran. Metode pengukuran yang dilakukan pada uji reliabilitas penelitian ini adalah metode Alpha Cronbach’s. Priyatno
2008 mengemukakan bahwa metode Alpha sangat cocok digunakan pada skor berbentuk skala misal 1-4, 1-5 atau skor rentangan misal 0-20, 0-50.
Arikunto 2002 merumuskan uji reliabilitas dengan metode Alpha sebagai berikut :
−
−
=
∑
1 2
1 1
t ii
b k
k r
σ σ
Keterangan :
11
r = Reliabilitas instrumen
k = Banyak butir pertanyaan
2 t
σ = Ragam total
∑
2 b
σ
= Jumlah ragam butir
Uji nyata dilakukan pada taraf nyata 0,05, artinya pertanyaan yang diajukan kepada responden dikatakan reliabel, bila nilai alpha lebih besar
dari r kritis r hitung. Program yang digunakan untuk melakukan olah data statistik dalam pengujian validitas dan reliabilitas pada penelitian ini adalah
Microsoft SPSS versi 16.0 for windows.
2 Analisa Persepsi Pasar
Metode yang digunakan untuk menganalisa persepsi pasar adalah analisa model Multiatribut. Model sikap multiatribut menggambarkan
rancangan yang berharga untuk mengidentifikasi hubungan diantara pengetahuan produk yang dimiliki konsumen dengan sikap terhadap produk
yang berkenaan dengan ciri atau atribut produk. Menurut Engel dkk. 1995 salah satu model multi atribut yang terkenal adalah model multiatribut
Fishbein. Analisa model multiatribut Fishbein digunakan untuk
mengidentifikasi bagaimana konsumen mengkombinasikan keyakinan belief terhadap merk. Rumus model Fishbein adalah :
Ao =
Keterangan : Ao = sikap terhadap obyek
bi = kekuatan kepercayaan ba ei = evaluasi mengenai atribut i
n = jumlah atribut yang menonjol
Dalam model Fishbein diperoleh prediksi sikap yang dibentuk seseorang terhadap objek tertentu yang dapat diidentifikasi melalui tiga
faktor utama, yaitu faktor keyakinan terhadap atribut yang menonjol dari objek, faktor kekuatan keyakinan terhadap atribut yang memiliki atribut
khas dan faktor evaluasi dari masing-masing keyakinan akan atribut yang menonjol.
Engel dkk. 1995 berpendapat bahwa komponen sikap Ao merupakan estimasi sikap konsumen terhadap masing-masing produk
dengan menggunakan indeks ∑ bi.ei, dimana skor kepercayaan harus dikalikan dengan skor evaluasi. Skor sikap Ao yang lebih tinggi yang
dimiliki suatu produk berarti produk tersebut lebih disukai konsumen. Skor sikap digunakan untuk menentukan posisi produk tertentu terhadap produk
pembandingnya. Pada produk pembanding ditentukan skor sikap maksimum Ao maksimum. Skor Ao maksimum diperoleh dari perkalian antara skor
evaluasi dan kepercayaan. Peubah yang digunakan dalam formulasi Fishbein untuk
menganalisa sikap konsumen terhadap es krim Baltic dan pesaingnya pada kajian ini adalah :
i. Peubah Ao perkalian peubah bi dan ei menyatakan penilaian sikap responden terhadap atribut merk es krim Baltic, Campina dan Walls
yang merupakan hasil perkalian setiap skor kekuatan kepercayaan bi dengan skor evaluasi atribut ei
∑
= n
i 1 i
i
e b
ii. Peubah ei menunjukkan seberapa kuat responden memiliki tingkat kepentingan terhadap atribut merk es krim Baltic, Campina dan Walls
yang diukur pada tingkat evaluasi skala -2 sampai 2, yaitu penilaian -2 sangat tidak penting, -1 tidak penting, 0 biasa, 1 penting dan 2
sangat penting. iii. Peubah bi menunjukkan seberapa kuat responden percaya terhadap merk
es krim Baltic, Campina dan Walls yang diteliti memiliki atribut yang diberikan. Skala pengukuran sama dengan peubah ei namun peubah
penilaiannya berbeda.
Berdasarkan hasil pengolahan data dengan metode Fishbein, diharapkan dapat diidentifikasi persepsi konsumen terhadap produk es krim
Baltic, Campina dan Walls sehingga dapat memberikan gambaran seberapa kuat produk es krim Baltic mampu bersaing dengan industri sejenis di pasar.
3 Analisa Hubungan Dua Variabel Crosstabs
Uji Khi Kuadrat chi square test diperlukan untuk mengetahui ketergantungan diantara dua variabel yang sedang diteliti. Pengujian
menggunakan Crosstabs tabel silang yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara baris dan kolom. Variabel antara baris dan kolom adalah
variabel independen dan data yang digunakan berskala nominal atau bisa ordinal tetapi tidak diukur tingkatannya dan menjadi data nominal.
Rumus Khi Kuadrat X
2
adalah :
X
2
=
∑
=
−
k i
h h
f f
f
1 2
Keterangan : f
o
= banyaknya observasi. f
h
= banyaknya observasi yang diharapkan.
4 Analisa SWOT
i. Matriks EFE dan IFE
Dalam mengambil keputusan, matriks EFE digunakan untuk membantu pengambil keputusan meringkas dan mengevaluasi informasi
lingkungan eksternal perusahaan sedangkan matriks IFE digunakan untuk meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama yang
dihadapi perusahaan. Menurut David 1997, langkah-langkah yang diperlukan untuk
menyusun matriks EFE dan IFE adalah : i Membuat daftar faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi
kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman terhadap perusahaan. ii Memberikan pembobotan untuk setiap faktor yang menunjukkan
kepentingan relatif setiap faktor. Skala Pembobotan berkisar antara 0,0 tidak penting hingga 1,0 sangat penting.
iii Menentukan rating setiap faktor untuk menunjukkan keefektifan strategi perusahaan dalam merespon faktor-faktor tersebut. Rating
tersebut adalah 1 lemah, 2 rataan, 3 di atas rataan dan 4 superior.
iv Menggandakan setiap rating dengan masing-masing bobot untuk setiap peubahnya.
v Menjumlahkan skor yang diperoleh yang menggambarkan total skor organisasi.
vi Total skor berkisar antara 1,0 – 4,0 dengan rataan 2,5. Total skor 4,0 menunjukkan organisasi merespon peluang maupun ancaman yang
dihadapinya dengan sangat baik. Sedangkan total skor 1,0 menunjukkan organisasi tidak dapat memanfaatkan peluang dan
mengatasi ancaman yang ada.
Tabel 1. Penilaian bobot faktor strategi eksternal perusahaan
Faktor Strategik Eksternal A
B C
D …. Total
A B
C D
…….. Total
Tabel 2. Penilaian bobot faktor strategi internal perusahaan
Faktor Strategik Internal A
B C
D …. Total
A B
C D
…….. Total
Tabel 3. Matriks EFE
Faktor Strategis Eksternal Bobot
a Rating
b Skor
axb
A. Peluang : 1.
2. .
Dst
Jumlah A
B. Ancaman : 1.
2. .
Dst
Jumlah B Total A+B
Tabel 4. Matriks IFE
Faktor Strategik Internal Bobot
Rating Skor
A. Kekuatan : 1.
2. .
dst
Jumlah A
B. Kelemahan : 1.
2. .
Dst
Jumlah B Total A+B
ii. Matriks Internal dan Eksternal IE
Matriks EFE dan IFE digunakan untuk mengumpulkan informasi pada tahap pemaduan. Matriks IE Gambar 3 didasarkan pada dua
dimensi, yaitu total skor EFE dan total skor IFE, yang dibagi menjadi tiga kategori, yaitu nilai 1,0 – 1,99 menunjukkan posisi eksternal lemah,
nilai 2,0-2,99 menunjukkan kondisi eksternal rataan dan nilai 3,0-4,0 menunjukkan kondisi eksternal yang kuat.
Daerah pada matriks IE dibagi menjadi tiga bagian utama yang mempunyai implikasi strategi berbeda. Tiga daerah tersebut terdiri dari :
i. Daerah 1 meliputi sel I, II, atau IV termasuk dalam daerah grow and build. Strategi yang sesuai dengan daerah ini adalah strategi intensif,
misalnya penetrasi pasar, pengembangan pasar, atau pengembangan produk dan strategi integratif.
ii. Daerah 2 meliputi sel III, V, atau VII. Strategi yang paling sesuai adalah strategi-strategi hold and maintain. Yang termasuk dalam
strategi ini adalah pengembangan produk dan penetrasi pasar.
iii. Daerah 3, meliputi sel VI, VIII, atau IX adalah daerah harvest dan divest.
iii. Matriks SWOT
Alat yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategi perusahaan adalah matriks SWOT. Matriks ini dapat menggambarkan
secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang
dimilikinya. Matriks ini dapat menghasilkan empat kemungkinan alternatif strategi yang dapat dilihat pada Tabel 5.
I F E
Kuat Rataan
Lemah 4,0
3,0 2,0 1,0
Tinggi I II III
THE 3,0
E XTERNAL
F A
Sedang IV V VI
E VA
2,0
Rendah VII VIII IX
1,0 Gambar 3. Matriks IE Kotler, 2000
Tabel 5. Matriks SWOT Faktor Internal
Faktor eksternal
Kekuatan Strengths
Kelemahan Weaknesses
Peluang Opportunities
Strategi S-O: Menggunakan kekuatan
internal perusahaan untuk meraih keuntungan
dari peluang eksternal Strategi W-O :
Mengembangkan kelemahan internal
perusahaan dengan meraih keuntungan dari peluang
eksternal
Ancaman Threats
Strategi S-T : Menggunakan kekuatan
internal perusahaan untuk menghindari
mengurangi pengaruh dari ancaman eksternal
Strategi W-T : Mengarahkan taktik
bertahan untuk mengurangi kelemahan
internal perusahaan dan menghindari ancaman
lingkungan
Sumber : Pearce and Robinson, 1997
4. Aspek Kajian
Langkah awal dalam melakukan kajian adalah mengetahui strategi atau sistem pemasaran yang sudah dan sedang dijalankan oleh perusahaan es krim Baltic saat
ini existing condition, sehingga diketahui permasalahan-permasalahan yang menjadi penyebab utama kurang berkembangnya sistem pemasaran yang ada.
Analisa persepsi pasar dilakukan untuk mengidentifikasi pesaing yang ada sekarang dan pesaing potensial serta mengidentifikasi pergerakan potensial, dari
pesaing untuk membantu perusahaan merencanakan persaingan yang efektif. Melalui analisa persepsi pasar, berupa bauran pemasaran yaitu product, price,
promotion and place 4P, maka dilakukan kajian meliputi 16 faktor peubah, yaitu kemasan, rasa, pilihan rasa, ukuran, bentuk, tekstur, warna, komposisi, harga,
tempat penjualan, tingkat higienis, kemudahan memperoleh, promosi, merk, kejelasan ijin BPOM dan kejelasan sertifikasi halal dari LP POM MUI, sehingga
diketahui seberapa kuat persepsi konsumen terhadap es krim Baltic dibandingkan dengan es krim pesaing Campina dan Walls. Selain itu kajian segmentasi pasar
juga dilakukan agar dapat menganalisa sasaran-sasaran yang diperlukan untuk mencapai tujuan perusahaan.
Analisis SWOT merupakan cara sistematis untuk mengidentifikasi faktor- faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dikaitkan dengan produk sejenis
dari perusahaan pesaing sehingga dapat memberikan masukan untuk pengembangan pemasaran suatu perusahaan di masa mendatang.
Analisis lingkungan internal dapat ditinjau dari 2 dua aspek, yaitu kekuatan dan kelemahan. Analisis ini didasarkan pada asumsi bahwa strategi yang efektif
akan memaksimalkan kekuatan dan meminimalkan kelemahan, sehingga diharapkan manajemen perusahaan dapat memperoleh informasi agar dapat
mengubah sisi kelemahan menjadi kekuatan yang baru. Dari sisi analisa lingkungan eksternal perusahaan didekati dari dua pendekatan yaitu peluang dan ancaman,
sehingga diharapkan manajemen perusahaan mampu mengenali adanya peluang- peluang baru yang dapat dimanfaatkan untuk meraih keunggulan dalan persaingan,
sedangkan ancaman dapat dihindari. Analisis SWOT akan membantu perusahaan dalam menyusun strategi
manajemen pemasaran yang efektif untuk mengelola sarana usaha secara terarah, sehingga dapat mencegah aktivitas pemborosan seoptimal mungkin sekaligus
mampu meningkatkan daya saing bisnis.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Gambaran Umum Perusahaan
a. Sejarah Perusahaan
Es krim Baltic diproduksi pada tahun 1939. Sejak berdiri perusahaan dikelola oleh keluarga Setiawan. Saat ini pemilik perusahaan adalah Bapak
Mulya Setiawan, merupakan generasi kedua dari pendiri perusahaan. Konsep awalnya membuka kedai es krim di daerah Kramat Raya. Saat itu
di daerah sekitar Kramat Raya belum ada kedai es krim. Lokasi yang strategik dan suasana yang nyaman menjadikan es krim Baltic pada saat itu bernama
Istana Es Krim dikenal oleh masyarakat luas. Bahkan untuk mendapatkan semangkuk es krim Baltic orang harus antre. Namun berangsur-angsur masa
kejayaan terus menghilang. Hal ini disebabkan munculnya banyak pesaing, baik perusahaan lokal misalnya es krim Walls, Campina, maupun perusahaan
asing, misalnya Baskin Robins dan Hagen-daz. Saat ini pangsa pasar industri es krim di Indonesia dikuasai oleh merk
Walls dan Campina yang menguasai pasar masing-masing 50 dan 30. Es krim Walls yang diproduksi oleh PT. Unilever Indonesia pada tahun 1992 dan
es krim Campina yang diproduksi oleh PT. Campina Ice Cream Industry pada tahun 1970, mampu menyaingi industri sejenis, terutama industri berskala kecil
seperti PT. Balticindo Jayafood. Hal ini dianggap wajar, karena perusahaan tersebut merupakan perusahaan nasional dengan modal besar. Menurut Nielsen
Media Research di dalam Hidayat 2008, total biaya iklan es krim Walls untuk biaya pengembangan masing-masing Rp.106 miliar pada tahun 2005, Rp.120
miliar pada tahun 2006 dan Rp.172 miliar pada tahun 2007, total biaya iklan Campina untuk biaya pengembangan masing-masing Rp.8,5 miliar pada tahun
2005, Rp.12,9 miliar pada tahun 2006 dan Rp.17,4 miliar pada tahun 2007, sedangkan total biaya iklan es krim Baltic dari tahun 2005 - 2007 tidak lebih
dari Rp.10 juta. Namun pengembangan-pengembangan terus dilakukan PT. Balticindo Jayafood agar usaha tetap bertahan dan mampu menyaingi industri
sejenis di pasaran. Pengembangan-pengembangan yang dilakukan perusahaan