IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Gambaran Umum Perusahaan
a. Sejarah Perusahaan
Es krim Baltic diproduksi pada tahun 1939. Sejak berdiri perusahaan dikelola oleh keluarga Setiawan. Saat ini pemilik perusahaan adalah Bapak
Mulya Setiawan, merupakan generasi kedua dari pendiri perusahaan. Konsep awalnya membuka kedai es krim di daerah Kramat Raya. Saat itu
di daerah sekitar Kramat Raya belum ada kedai es krim. Lokasi yang strategik dan suasana yang nyaman menjadikan es krim Baltic pada saat itu bernama
Istana Es Krim dikenal oleh masyarakat luas. Bahkan untuk mendapatkan semangkuk es krim Baltic orang harus antre. Namun berangsur-angsur masa
kejayaan terus menghilang. Hal ini disebabkan munculnya banyak pesaing, baik perusahaan lokal misalnya es krim Walls, Campina, maupun perusahaan
asing, misalnya Baskin Robins dan Hagen-daz. Saat ini pangsa pasar industri es krim di Indonesia dikuasai oleh merk
Walls dan Campina yang menguasai pasar masing-masing 50 dan 30. Es krim Walls yang diproduksi oleh PT. Unilever Indonesia pada tahun 1992 dan
es krim Campina yang diproduksi oleh PT. Campina Ice Cream Industry pada tahun 1970, mampu menyaingi industri sejenis, terutama industri berskala kecil
seperti PT. Balticindo Jayafood. Hal ini dianggap wajar, karena perusahaan tersebut merupakan perusahaan nasional dengan modal besar. Menurut Nielsen
Media Research di dalam Hidayat 2008, total biaya iklan es krim Walls untuk biaya pengembangan masing-masing Rp.106 miliar pada tahun 2005, Rp.120
miliar pada tahun 2006 dan Rp.172 miliar pada tahun 2007, total biaya iklan Campina untuk biaya pengembangan masing-masing Rp.8,5 miliar pada tahun
2005, Rp.12,9 miliar pada tahun 2006 dan Rp.17,4 miliar pada tahun 2007, sedangkan total biaya iklan es krim Baltic dari tahun 2005 - 2007 tidak lebih
dari Rp.10 juta. Namun pengembangan-pengembangan terus dilakukan PT. Balticindo Jayafood agar usaha tetap bertahan dan mampu menyaingi industri
sejenis di pasaran. Pengembangan-pengembangan yang dilakukan perusahaan
berupa diferensiasi produk, sistem paket pada harga, promosi-promosi sederhana, dan menambah jalur distribusi berupa outlet penjualan di 3 lokasi,
yaitu daerah Radio Dalam, Meruya dan Cibubur. Sebelum krisis moneter pada tahun 1997, proses pendistribusian dilakukan
melalui agen penjualan berupa titip jual, tetapi jalur distribusi yang dijalankan tidak memberikan pengaruh yang baik terhadap perusahaan, karena proses
perputaran uang berjalan lambat, sehingga jalur distribusi melalui agen akhirnya dihentikan. Saat ini, untuk memudahkan konsumen mendapatkan es krim Baltic,
jalur distribusi dilakukan dengan sistem pesan antar. b.
Struktur Organisasi Perusahaan
Struktur organisasi PT. Balticindo Jayafood, perusahaan yang memproduksi es krim Baltic, masih bersifat sederhana dan berbentuk lini line
organization, dimana kekuasaan mengalir secara langsung dari pimpinan ke kepala seksi dan kemudian diteruskan kepada pegawai-pegawai di bawahnya.
Pemilik bertindak sebagai manager sekaligus pengawas jalannya perusahaan secara umum. Bagan struktur organisasi dapat dilihat pada Gambar 4
.
Gambar 4. Struktur organisasi PT. Balticindo Jayafood
Pemilik
Supervisor 2 Supervisor 1
Bagian Operasional Bagian Pemasaran
Bagian Produksi
c. Proses Produksi dan Jenis Produksi