Kejernihan Pengaruh rasio mol katalis dan suhu pada proses butanolisis

polidekstrosa hasil polimerisasi glukosa yang tidak bereaksi dengan alkohol lemak. Endapan ini harus dipisahkan, karena akan menyebabkan penurunan kualitas fisik dan kinerja APG yang dihasilkan. Tidak semua polidekstrosa dapat tersaring, karena ada juga yang masih larut dalam larutan. Rata-rata endapan polidektrosa yang diperoleh dari penelitian ini yaitu 4,3 dari jumlah transasetalisasi. Hal ini sesuai dengan pendapat McCurry 2000 bahwa kandungan polidekstrosa berkisar antara 2-13 dan kandungan by-product lainnya sebesar 1-3 dari hasil proses transasetalisasi.

4.2.2.2 Proses Netralisasi

Proses netralisasi dilakukan untuk menghentikan proses transasetalisasi. Jika tidak dilakukan netralisasi maka APG yang telah terbentuk dalam larutan hasil transasetalisasi akan mengalami kerusakan pada proses destilasi. Hal ini disebabkan karena larutan masih bersifat asam dan suhu yang digunakan 140 O C yang dapat merusak APG yang telah terbentuk. Perlakuan proses netralisasi produk dilakukan dengan penambahan NaOH 50 hingga pH larutan mencapai pH 9. Penambahan NaOH menciptakan suasana basa dalam larutan karena gugus ether yang terbentuk dari ikatan asetal antara aldehid dan alkohol lebih stabil dalam kondisi basa Noerdin 2008. Penggunaan larutan sodium hidroksida NaOH sangat dianjurkan karena NaOH tidak bereaksi terhadap alkohol ataupun produk APG Wuess et al. 1996. Pada saat penambahan NaOH untuk menetralkan larutan terjadi perubahan warna pada larutan hasil proses transasetalisasi. Mulanya larutan berwarna coklat muda kemudian setelah penambahan NaOH larutan berubah menjadi coklat tua Gambar 15. Perubahan warna ini disebabkan karena masih terdapat kandungan sakarida dalam larutan. Menurut Soeharsono 1988, jika sakarida diberikan larutan basa berkadar tinggi, maka akan terjadi fragmentasi atau polimerisasi, D- glukosa akan berubah menjadi D-manosa atau D-fruktosa. Monosakarida akan mudah mengalami dekomposisi dan menghasilkan hidroksil metil furfural HMF selama proses pencoklatan non-enzimatis. Gambar 15 Perubahan warna pada saat netralisasi menggunakan NaOH

4.2.2.3 Penambahan Arang aktif dan NaBH

4 Untuk meningkatkan kejernihan produk maka diberikan perlakuan penambahan arang aktif 0, 5, dan 10 setelah netralisasi. Arang aktif dipisahkan dengan melakukan sentrifugasi dan penyaringan. Setelah itu ditambahkan NaBH 4 sebanyak 0,1, 0,2 dan 0,3 bb. Pada saat penambahan NaBH 4 akan menghasilkan gelembung dan busa yang cukup banyak. Hal ini menandakan terjadi pelepasan H 2 dari NaBH 4 yang akan mengubah gugus aldehid pada sisa glukosa yang tidak bereaksi menjadi gugus alkohol untuk menghasilkan sorbitol.

4.2.2.4 Proses Distilasi

Proses distilasi dilakukan untuk memisahkan kelebihan alkohol lemak yang tidak bereaksi. Alkohol lemak C 12 dodekanol memiliki titik didih 259 O C. Hasil pengamatan yang dilakukan pada suhu 140 O C dengan tekanan vakum -76cmHg dan selama kurang lebih 1 jam dodekanol mampu menguap. Proses distilasi dihentikan jika suhu mencapai 160 O C. Jika dari suhu melebihi 160 O C, maka produk yang dihasilkan akan gosong dan rusak. Proses aliran dodekanol yang menguap juga dapat diamati pada lubang kaca yang terdapat pada kondensor, jika sudah tidak terdapat titik-titik embun, maka proses distilasi dihentikan. Hasil akhir dari proses distilasi akan diperoleh APG kasar yang berwarna coklat tua Gambar 16. Mula-mula APG kasar ini berbentuk cair yang kemudian akan menjadi keras pada suhu kamar. Hal ini berhubungan dengan titik leleh dari APG C 12 yaitu berkisar antara suhu 116-119 O C Ware et al. 2007 Gambar 16 APG Kasar Hasil proses destilasi

4.2.2.5 Proses pemucatan bleaching

Sebelum dilakukan pemucatan, APG kasar hasil dari proses distilasi dilarutkan terlebih dahulu dengan perbandingan penambahan akuades suhu 90 O C 1 : 1 dengan APG kasar hingga konsentrasi bahan aktif APG 50. Setelah dipanaskan suhu diturunkan hingga 70 O C kemudian dilakukan penambahan MgO 500 ppm dan H 2 O 2 35 sebanyak 2 bb dari larutan. Selama penambahan H 2 O 2 suhu akan naik hingga 110 O C. Proses ini berlangsung selama kurang lebih 45 menit hingga gelembung akibat penambahan H 2 O 2 hilang. Kemurnian H 2 O 2 yg digunakan tidak boleh lebih dari 50 dan penambahan pada saat bleaching tidak boleh lebih dari 3, karena sifat H 2 O 2 yang sangat oksidatif Hill et al. 2000. Penambahan H 2 O 2 berlebih akan menyebabkan kerusakan pada produk APG sehingga APG yang dihasilkan menjadi 2 lapisan. hal ini menandakan bahwa ikatan antara gugus hidrofilik dan hidrofobiknya telah rusak. Hasil proses pemucatan dapat dilihat pada Gambar 17.

4.2.2.6 Karakteristik kejernihan

Pembentukan warna gelap selama proses sintesis APG terjadi karena terbentuknya polidekstrosa selama proses transasetalisasi karena kondisi asam, suhu tinggi dan kandungan air. Warna gelap juga terbentuk dari degradasi glukosa menjadi hidroksil metil furfural HMF. Arang aktif telah dikenal sebagai salah satu absorben yang mampu menyerap zat warna, sehingga dapat mengurangi warna gelap produk. NaBH 4 merupakan senyawa hidrogenasi yang mampu mereduksi glukosa menjadi sorbitol yang lebih tahan panas. Setelah dilakukan pemucatan terjadi perubahan warna pada produk APG, produk yang dihasilkan berwarna putih kekuningan hingga coklat muda Gambar