namun penggunaan arang aktif serbuk dapat menyisakan partikel-partikelnya pada produk yang dihasilkan.
2.2.10 Proses Pencoklatan
Proses karamelisasi yang terjadi pada proses sintesis APG merupakan reaksi pencoklatan non enzimatis yang melibatkan degradasi gula karena pemanasan
Mathur 1978. Tanpa melibatkan reaktan yang mengandung nitrogen seperti protein dan asam amino Putra 1990. Karamelisasi memberikan warna mulai dari
kuning hingga coklat tua hingga warna gelap selama peningkatan suhu Broadhursh 2002.
Proses karamelisasi terbagi menjadi tiga tahap yaitu 1 tahap 1,2 enolisasi, 2 tahap dehidrasi, dan 3 tahap pembentukan pigmen. Pada tahap pertama
menghasilakn 1,2 enediol. Reaksi ini akan lebih cepat pada pH basa. Tahapan kedua dapat terjadi melalui tahapan dehidrasi pelepasan air atau reaksi fisi
pemecahan. Dehidrasi terjadi pada pemanasan gula dalam suasana asam, yaitu pada nilai pH dibawah 6,4 dan mencapai maksimal pada nilai pH dibawah 3.
Setelah reaksi dehidrasi maka terbentuk senyawa 4-hidroksimetil-2-furfuraldehida yang merupakan senyawa prekursor dari pigmen coklat Shallenber dan Birch
1975. Menurut Aida 2007, pembentukan furfural dari D-glukosa diawali dengan
pembentukan 1,2 enediol, kemudian terbentuk D-Fruktosa dan dilanjutkan pembentukan 3-Ketose. Setelah itu terbentuk arabinosa yang terdehidrasi
mengeluarkan H
2
O hingga menjadi furfural. Skema proses perubahan glukosa menjadi furfural dapat dilihat pada Gambar 5.
Pada keadaan asam encer, monosakarida bersifat relatif stabil dan pada penambahan asam kuat akan terhidrasi menjadi furfural atau hidroksi metil
furfural. Pada penambahan alkali encer monosakarida dapat mengalami isomerasi atau terbentuk senyawa yang lebih pendek D-manosa dan D-1-fruktosa. Sedang
pada penambahan alkali kuat enediol dapat berubah menjadi formaldehid atau pentosa Winarno 1992. Proses dehidrasi pelepasan H
2
O pada gula heksosa membentuk turunan-turunan furfuraldehida, misalnya hidroksil metil furfural
HMF.
Gambar 5 Proses perubahan D-Glukosa menjadi HMF Aida 2007
2.3 Bahan Baku Alkil poliglikosida 2.3.1 Alkohol lemak
Alkohol lemak dapat diperoleh dari sumber petrokimia alkohol lemak sintetik maupun dari sumber minyak dan lemak nabati. Alkohol lemak yang
digunakan dalam sintesis APG berfungsi untuk membangun gugus hidrofobik. Alkohol lemak alami dapat diperoleh setelah melalui proses transesterifikasi dan
fraksinasi lemak dan minyak trigliserida kemudian di hidrogenasi Noerdin 2008.
Alkohol lemak utamanya digunakan sebagai bahan intermediates, di eropa barat hanya 5 yang digunakan secara langsung dan kira-kira 95 dimanfaatkan
dalam bentuk turunannya. Pemanfaatan alkohol lemak untuk pembuatan surfaktan kira-kira sebesar 70-75 Presents 2000. Lebih dari dua per tiga atau sekitar
80 dari jumlah alkohol lemak yang diproduksi digunakan sebagai bahan baku pembuatan surfaktan. Sebagai bahan baku surfaktan alkohol lemak mampu
bersaing dengan produk turunan petroleum seperti alkilbenzena. Selain karena surfaktan yang dihasilkan bersifat lebih stabil, juga harganya lebih murah jika
dibandingkan dengan surfaktan turunan petroleum Kirk dan Othmer 1963. Alkohol mampu mengadisi ikatan C=O aldehidketon, gugus OR akan
melekat pada karbon dan proton akan melekat pada oksigen. Aldehid dapat bereaksi dengan alkohol membentuk hemiasetal. Sedangkan keton dapat bereaksi
dengan alkohol
membentuk hemiketal.
Mekanisme pembentukan
hemiasetalhemiketal melibatkan tiga langkah. Pertama oksigen karbonil C=O diprotonasi oleh katalis asam, kemudian oksigen alkohol menyatu dengan karbon
karbonil, dan proton dilepaskan dari oksigen positif yang dihasilkan Hart 2003. Alkohol lemak C
12
lebih dikenal dengan nama alkohol lauril dodekanoldodecy alcohol dengan rumus bangun C
12
H
26
O, bobot molekul 186,6 molg, densitas 0,8309 dan titik didih sekitar 259
O
C, tidak berwarna dan tidak larut dalam air.
2.3.2 Sumber Karbohidrat
Gugus Hidrofilik dari molekul APG berasal dari karbohidrat. Untuk proses sintesis sumber karbohidratnya dapat bersumber dari pati atau dari glukosa.
Pemilihan bahan baku tidak hanya mempengaruhi biaya bahan baku, tetapi juga biaya produksi. Pemilihan penggunaan bahan baku gula akan meningkatkan biaya
bahan baku, tetapi dapat menurunkan biaya produksi karena peralatan yang digunakan lebih sedikit Gambar 6 Eskuchen dan Michael 1997.
Pati merupakan polisakarida yang tersusun oleh unit-unit D-glukosa yang dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan APG karena lebih praktis, mudah
didapatkan dan lebih murah jika dibandingkan dengan penggunaan D-glukosa. Pati dari sereal, umbi-umbian ataupun dari biji-bijian dalam bentuk granula pati
dengan diameter sekitar 10-100 µ m. Pati terdiri dari gugus amilosa dan amilopektin dalam bentuk kristal dengan kandungan air sekitar 10. Amilosa
adalah polisakarida dimana unit-unit D-glukosa tergabung pada ikatan glikosida α1,4. Amilopektin merupakan polisakarida yang memiliki rantai cabang yang
menyusun unit D-gluk osa pada ikatan glikosida α1,4 dan α1,6 pada
percabangannya. Proses alkoholisis pati menjadi alkil glikosida membutuhkan