Analisa Gugus Fungsi Karakteristik formasi emulsi dengan menentukan nilai HLB

5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan : 1. Perlakuan terbaik untuk proses butanolisis yaitu kombinasi rasio mol katalis : pati yaitu 0,027 : 1 dan suhu 140 O C. Pada perlakuan ini memiliki nilai kejernihan T sebesar 45,75 dan residu total gula sebesar 69.345,2 ppm atau sebesar 39,70. 2. Perlakuan terbaik pada proses pemurnian adalah kombinasi penambahan konsentrasi arang aktif 0 dan NaBH 4 0,2 dilihat dari karakteristik warna 59,02 Tdan kinerja produk yaitu kemampuan untuk menurunkan tegangan permukaan 61,94, kemampuan untuk menurunkan tegangan antarmuka 95,6, stabilitas emulsi 81,71, tinggi busa 62,5 dan kestabilan busa 315 menit. Hasil analisa gugus fungsi APG sintesis menunjukkan lintasan yang mirip dengan APG komersial. Nilai HLB APG hasil sintesis dan APG komersial masuk dalam kisaran surfaktan pengemulsi ow. 3. Kemampuan untuk menurunkan tegangan permukaan dan tegangan antar muka serta kestabilan emulsi APG hasil sintesis memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan APG komersial, namun nilai kejernihan dan pembusaan APG hasil sintesis lebih rendah jika dibandingkan dengan APG komersial. 4. Biaya bahan baku untuk memproduksi APG murni dengan basis perhitungan 1 ton tapioka yaitu sebesar Rp. 35.341.409, sedangkan untuk memproduksi APG kasar yaitu sebesar Rp. 27.645.531.

5.2 S a r a n

Dari hasil penelitian ini dapat disarankan untuk penelitian selanjutnya yaitu : 1. Penelitian lanjutan mengenai aplikasi dalam produk sehingga dapat dievaluasi pengaruh proses pemurnian terhadap berbagai konsentrasi APG 2. Dilakukan modifikasi perlakuan pada proses transasetalisasi antara lain dengan modifikasi waktu proses dan jumlah katalis yang tepat untuk mengurangi terbentuknya polidekstrosa. 3. Penelitian dengan menggunakan pelarut seperti gliserol dan polioksialkil glikol untuk membantu memisahkan APG dan alkohol lemak. 4. Penelitian analisis tekno ekonomi DAFTAR PUSTAKA Aida, TM., sato, Y., Watanabe, M., Tajima, K., Nonaka, T., Hattori, H., Arai, K., 2007. Dehydration of D-glucose in high temperature water at pressures up 80 MPa. J of Supercritical Fluid 40:381-388 Anonim, 2009. http:www.bps.go.id. Luas panen, produktivitas dan produksi ubi kayu. [diakses 10 Desember 2009]. Anonim, 2010a. http:www.cognis.comcountriesIndonesiabhHistory Sejarah cognis Indonesia. [diakses 5 November 2010] Anonim, 2010b. Sodium borohydride, http:en.wikipedia.orgwikiSodium _borohydride [1 November 2010] Bodner, G.M., dan Pardue, H.L. 1989. Chemistry An Experimental Science. John Willey and Sons. Inc., New York. Balzer, D., 2000. Surfactant properties. Di dalam : Balzer D and Luders H, editor. Noninonic Surfactants Alkyl Polyglucosides. Ed ke-10. USA: Marcel Dekker. Hlm 85-278. BPS, 2010. Statistik perdagangan luar negeri Indonesia. Badan Pusat Statistik, Jakarta Broadhursh, A. H., 2002. Modeling Adsorrption of Cane Sugar Solution Colorant in Packed-Bed Ion exchanges. Thesis. University Of Natal, South Africa Buchanan, M., Charles, W., dan Matthew . Penemu; United States Paten, 20 Juni 1998. Process for Making Alkylpolyglycosides. US006077945. Djatmiko, B.,dan S. Ketaren.1985. Pemurnian Minyak Makan. Agroindustri Press, Jurusan Teknologi Industri Pertanian. FATETA. IPB, Bogor. Eskuchen, R., dan Michael Nitsche. 1997. Technology and Production of Alkyl Poliglycosides. Di dalam : Hill, K., von Rybinski, W., Stoll, G., Editor. 1997. Alkyl Polyglicoside: Technology, Properties and Applications. New York : VCH Publishers. hlm : 10 – 11 Flider, F. J., 2001. Commercial considerations and markets for naturally derived biodegradable surfactant. Inform 12: 1161 – 1164 Fox, Marye A., dan Whitesell J.K. 1994. Organic Chemistry. Jones and Bartlett Publishers. London Fuadi, A.M., dan Sulistya H., 2008. Pemutihan pulp dengan hidrogen peroksida. Reaktor 12: 123-128.