Sifat Kimia Tanah HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Sifat Kimia Tanah

Hasil analisis beberapa sifat kimia sampel tanah menunjukkan bahwa secara umum semua tingkatan mempunyai variasi yang sangat kecil dalam hal sifat kimia kecuali tingkat salinitas tanah. Hasil analisis beberapa sifat kimia sampel tanah disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil Analisis Beberapa Sifat Kimia Sampel Tanah No. Salinitas mS cm 1 pH 2 C 2 N-Total 2 P–Tersedia 2 ppm 1 15,5 6,00 as 0,64 sr 0,13 r 7,45 sr 2 13,5 5,94 as 0,66 sr 0,25 s 7,60 sr 3 10,0 5,86 as 0,65 sr 0,17 r 8,22 sr 4 8,5 5,83 as 0,65 sr 0,26 s 4,38 sr 5 8,0 5,80 as 0,70 sr 0,23 s 4,53 sr 6 7,5 5,87 as 0,68 sr 0,22 s 4,53 sr 7 4,0 5,70 as 0,82 sr 0,36 s 4,38 sr 8 3,5 5,81 as 1,10 r 0,34 s 4,38 sr 9 3,0 5,64 as 1,12 r 0,38 s 4,53 sr 10 2,5 5,60 as 1,23 r 0,23 s 4,23 sr Sumber : 1 Afandie dan Nasih, 2002. 2 Sarwono Hardjowigeno Keterangan : = Tidak bergaram = Sedikit garam = Bergaram as = Agak masam sr = Sangat rendah r = Rendah s = Sedang Dari data yang diperoleh tampak bahwa tanah Hutan Pantai Sonang Tapanuli Tengah dari nomor urut 1 sampai 7 merupakan tanah bergaram dengan nilai salinitas berkisar antara 15,5–4,0, sedangkan tanah dari nomor urut 8 sampai 10 termasuk tanah bebas garam. Menurut Afandie dan Nasih 2002 tanah dikatakan bergaram jika nilai 24 Universitas Sumatera Utara salinitasnya 4 mS cm dan dikatakan bebas garam jika tanah berada pada salinitas 4 mS cm. Nilai salinitas suatu lokasi ditentukan oleh konsentrasi dari NaCl, CaCl 2 , KCl, NaNO 3 , CaNO 3 2 , Na 2 SO 4 , CaSO 4 , K 2 SO 4 . Garam-garam ini dapat berasal dari batuan induk, air irigasi atau air laut. Untuk daerah pantai sumber utama salinitas tanah adalah air laut, dimana NaCl adalah penyusun utamanya Chapman, 1975; Afandie dan Nasih, 2002. Kandungan Na dan Cl dalam air laut menurut Carter 1975 masing-masing adalah 30.61 dan 55,04. Hasil pengukuran pH tanah menunjukkan bahwa pH memiliki kisaran antara 5,60- 6,00. Menurut Hardjowigeno 1987 tanah dengan kisaran 5,60–6,00 tergolong agak masam. Dalam penelitian ini sulit diketahui pengaruh pH tanah terhadap keberadaan dan keanekaragaman FMA karena tingkat keasaman pH tanah dari nomor urut 1 sampai dengan 10 adalah sama, yaitu agak masam. Kondisi pH mempengaruhi syarat tumbuh tanaman, sehingga mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan FMA. Hal ini disebabkan karena FMA merupakan simbion obligat sehingga semua faktor yang mempengaruhi tanaman inang juga mempengaruhi FMA sebagai simbionnya. Artinya kondisi yang cukup bagi pertumbuhan dan perkembangan inang memberikan pertumbuhan dan perkembangan terbaik bagi FMA. Dalam penelitian ini belum dapat diketahui secara pasti apakah pH mempengaruhi keberadaan dan keanekaragaman FMA, mengingat pH masih dalam kelompok yang sama yaitu kelompok asam sedang. Barbara dan Daniels 1984, menyebutkan bahwa masih sukar diketahui pengaruh pH terhadap keberadaan dan keanekaragaman FMA. Hal ini Universitas Sumatera Utara disebabkan pH optimum untuk keberadaan FMA berbeda-beda untuk masing-masing spesies FMA dan untuk lingkungan yang berbeda-beda pula. Hasil analisis terhadap C organik pada sampel tanah menunjukkan bahwa tanah pada daerah Pantai Sonang termasuk tanah kurang subur. Hal ini dapat dilihat dari nilai C organik yang terdapat pada sampel tanah dengan nilai antara 0,64–1,23. Menurut Hardjowigeno 1987, tanah yang memiliki persen C-organik antara 1,00 termasuk ke dalam harkat sangat rendah dan C-organik 1,00 – 2,00 termasuk ke dalam harkat rendah. Berdasarkan hasil analisis C organik menunjukkan bahwa peningkatan C organik dari nomor urut 1 sampai 7 tergolong ke dalam harkat sangat rendah dan nomor urut 8 sampai dengan 10 tergolong ke dalam harkat rendah. Menurut Sutanto 2005 kandungan bahan organik tanah biasanya diukur berdasarkan kandungan C organik. Kandungan bahan organik ini dipengaruhi oleh akumulasi bahan asli dan dekomposisi yang sangat tergantung pada kondisi lingkungan vegetasi, iklim, batuan, praktek pertanian. Meningkatnya C organik ini kemungkinan disebabkan oleh jumlah dan volume tanaman yang digugurkan oleh tanaman, dimana sampai batas tertentu semakin banyak sisa tanaman yang digugurkan, makin subur tanahnya. Dengan kata lain semakin rendah tingkat salinitas, maka keadaan tanah semakin baik dalam mendukung pertumbuhan tanaman. Hasil analisis terhadap N pada sampel tanah Pantai Sonang berkisar antara 0,13- 0,38 . Menurut Hardjowigeno 1987 tergolong ke dalam tingkatan rendah sampai sedang. Islami dan Wani 1995, menyatakan bahwa kondisi tanah yang dapat mempengaruhi perkembangan mikoriza salah satunya adalah ketersediaan hara tanaman. Analisis N total menunjukkan bahwa secara umum sampel tanah pada nomor urut 1 Universitas Sumatera Utara sampai 10 tergolong ke dalam tingkat sedang, sehingga sulit menentukan apakah N mempengaruhi keberadaan dan keanekaragaman serta daya infeksi akar. Hasil analisis terhadap P tersedia pada sampel tanah Pantai Sonang berkisar 4.23- 8.22 ppm yang tergolong sangat rendah. Menurut Hardjowigeno 1987 bahwa P tersedia 10 ppm termasuk ke dalam golongan sangat rendah. Dari analisis ini sulit diketahui apakah P tersedia mempengaruhi keberadaan dan keanekaragaman FMA serta daya infeksi akar, mengingat dalam penelitian ini unsur P tersedia dalam semua tingkat nomor urut masih dalam satu harkat, yaitu sangat rendah. Namun menurut Lynch 1983; Islami dan Utomo 1995 bahwa infeksi akar berkurang ketika ketersediaan P meningkat di tanah. Husin et al. 2000 menyatakan bahwa kesuburan tanah unsur N dan P tersedia, kadar air, drainase tanah dan pH tanah berpengaruh terhadap perkembangan FMA. FMA dapat berkembang dengan baik pada tanah yang mempunyai kandungan P lebih rendah dan aerasi yang lebih baik. Pernyataan ini dibuktikan oleh Habte and Soedarjo 1996 dalam penelitiannya yang menginokulasi FMA jenis Glomus aggregatum ke tanaman Acacia mangium. Hasil penelitiannya diperoleh bahwa pada konsentrasi P tersedia yang lebih rendah 0,002 me100 g dengan kisaran pH 4,3 – 6, inokulasi FMA memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap persen kolonisasi dan status P dalam jaringaan tanaman, bila dibandingkan dengan inokulasi FMA pada kondisi pH yang sama namun konsentrasi P yang lebih tinggi 0,008 me100 g.

4.2. Kepadatan Spora