Pengertian pola asuh Aspek-aspek pola asuh Tipe-tipe pola asuh

33 4. Orang tua memberikan otonomi dan kebebasan pada anak 5. Orang tua mendorong anak melakukan sesuatu dengan sebaik-baiknya

2.2 Pola asuh orang tua

2.2.1 Pengertian pola asuh

Pola asuh merupakan cara interaksi dan komunikasi antara orang tua dan anak, untuk pertumbuhan dan perkembangan kepribadian diri anak sesuai dengan karakteristik keluarga sendiri. Ditandai dengan adanya upaya orang tua untuk memberi perhatian, kasih sayang, dan mengontrol perilaku pada anak-anaknya. Dariyo, 2007. Tarmudji 2007 menyatakan, pola asuh orang tua merupakan interaksi antara anak dan orang tua selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Pengasuhan ini berarti orang tua mendidik, membimbing dan mendisiplinkan, serta melindungi anak untuk mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat. Pola pengasuhan parenting atau perawatan anak sangat bergantung pada nilai- nilai yang dimiliki keluarga. Supartini, 2002. Pola asuh merupakan proses dari tindakan yang mempunyai tujuan untuk dicapai, dan dimulai dari masa kehamilan. Wong, 2003. Sedangkan menurut kamus bahasa Indonesia, asuh adalah menjaga dan memelihara anak. Chaniago, 1995.

2.2.2 Aspek-aspek pola asuh

Baumrind dalam Boyd, 2006; 202 mengidentifikasikan adanya empat aspek dalam pola asuh orang tua, yaitu: 34 1. Kehangatan atau pengasuhan, yaitu orang tua menunjukan ekspresi-ekspresi kehangatan dan kasih sayang terhadap anak dan menunjukan rasa bangga akan prestasi yang diperoleh anak. 2. Kejelasan dan konsistensi peraturan, yaitu orang tua berusaha untuk mengontrol kebebasan, inisiatif, dan tingkah laku anaknya. 3. Tingkat pengharapan, dimana Baumrind menguraikan dalam masa dari tuntutan kedewasaan, yaitu orang tua menekankan pada anak untuk mengoptimalkan kemampuan agar lebih dewasa dalam segala hal. 4. Komunikasi antara orang tua dan anak, yaitu orang tua meminta pendapat anak disertai dengan alasan yang jelas ketika anak menuntut pemenuhan kebutuhannya.

2.2.3 Tipe-tipe pola asuh

Diana Baumrind dalam Santrock, 2007 , mengemukakan hasil penelitiannya melalui observasi dan wawancara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gaya perlakuan orang tua parenting style dan kontribusinya terhadap kompetensi sosial, emosional, dan intelektual. Dari hasil penelitiannya, Baumrind menyatakan ada tiga gaya perlakuan orang tua, yaitu: Tipe-tipe pola asuh orang tua: 1. Pengasuhan otoriter authoritarian parenting, yaitu suatu gaya yang membatasi dan menghukum yang menuntut anak untuk mengikuti perintah-perintah orang tua dan menghormati pekerjaan dan usaha orang tua. Orang tua yang otoriter menetapkan batas-batas yang tegas dan tidak memberi peluang yang besar kepada anak untuk berbicara bermusyawarah. Pengasuhan yang otoriter diasosiasikan dengan 35 inkompetensi sosial anak. Anak-anak yang orang tuanya otoriter seringkali cemas akan perbandingan sosial, gagal memprakarsai kegiatan, dan memiliki keterampilan komunikasi rendah. Lebih lanjut lagi Baumrind dalam Yusuf, 2004 menambahkan dampak terhadap anak yang orang tuanya otoriter adalah anak akan menjadi pribadi yang mudah tersinggung, penakut, pemurung, tidak bahagia, mudah terpengaruh, mudah stres, tidak mempunyai arah masa depan yang jelas, dan tidak bersahabat. 2. Pengasuhan autoritatif authoritative parenting yang dikenal juga sebagai pola asuh demokratis, ialah mendorong anak-anak agar mandiri tetapi masih menetapkan batas-batas dan pengedalian atas tindakan-tindakan mereka. Orang tua yang dapat bermusyawarah dengan anak dan memperlihatkan kehangatan serta kasih sayang kepada anak. Pengasuhan yang otoritatif diasosiasikan dengan kompetensi sosial anak-anak. Anak-anak yang mempunyai orang tua yang otoritatif berkompeten secara sosial, percaya diri, dan bertanggung jawab secara sosial. Baumrind dalam yusuf, 2004 menambahkan, orang tua yang otoritatif cenderung memiliki anak yang bersikap bersahabat, percaya diri, mampu mengendalikan diri, sopan, mau bekerja sama, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, mempunyai arah hidup yang jelas, orientasi terhadap prestasi. 3. Pengasuhan permisif terbagi menjadi dua bentuk, yaitu: permissive-indifferent dan permissive-indulgent. Pengasuhan permissive-indifferent adalah suatu gaya dimana orang tua sangat tidak terlibat dalam kehidupan anak. Tipe pengasuhan ini di asosiasikan dengan inkompetensi sosial anak. Anak-anak yang orang tuanya permissive-indifferent mengembangkan suatu perasaan bahwa aspek-aspek lain kehidupan orang tua lebih penting dari pada anak mereka. Anak-anak dengan tipe pengasuhan seperti ini akan memperlihatkan kendali diri yang buruk dan tidak membangun kemandirian dengan baik. 36 Sedangkan pengasuhan dengan permissive-indulgent ialah pengasuhan dimana orang tua sangat terlibat dalam kehidupan anak-anak mereka. Tetapi menetapkan sedikit batas dan kendali terhadap mereka. Pengasuhan yang permissive-indulgent diasosiasikan dengan inkompetensi sosial anak, khususnya kurangnya kendali diri. Orang tua seperti itu membiarkan anak-anak mereka melakukan apa saja yang mereka inginkan, dan akibatnya anak-anak tidak pernah belajar mengendalikan perilaku mereka dan kemauan mereka selalu ingin dituruti. Anak-anak yang orang tuanya permissive-indulgent jarang belajar menaruh hormat pada orang lain dan mengalami kesulitan mengendalikan perilaku mereka. Tetapi beberapa orang tua dengan sengaja mengasuh anak-anak mereka dengan cara seperti ini karena mereka yakin kombinasi keterlibatan yang hangat dengan sedikit kekangan akan menghasilkan seorang anak yang kreatif dan percaya diri. Anak yang orang tuanya permisif cenderung menjadi pribadi yang bersifat impulsif dan agresif, suka memberontak, kurang memiliki rasa percaya diri dan pengendalian diri, suka mendominasi, tidak jelas arah hidupnya, prestasi rendah.

2.2.4 Faktor-faktor pola asuh orang tua