2.8.2 Obat-obat Antidiabetes
Antidiabetika Oral.
Pada tahun
1954 karbutamida
diperkenalkan sebagai obat diabetes oral pertama dari kelompok sulfonilurea
yang struktur dan efek sampingnya mirip sulfonamida. Beberapa tahun kemudian disintesa derivatnya, yaitu tolbutamida
dan klorpropamida tanpa efek sulfa, yang selanjutnya disusul oleh banyak turunan lain dengan adanya kerja lebih kuat Tan Hoan Tjay
dan Kirana Rahardja, 2000. Sementara itu sekitar tahun 1959 ditemukan senyawa lain
dengan daya antidiabetes, yakni kelompok biganida metformin. Akhirnya pada tahun 1990, dipasarkan kelompok penghambat enzim
akarbose miglitol yang cara kerjanya sangat berlainan dengan
kedua jenis lainnya. Berdasarkan mekanisme kerjanya, obat-obat hipoglikemia
oral dibagi menjadi 3 golongan, yaitu : a Obat-obat yang meningkatkan sekresi insulin, seperti golongan
sulfonilurea, contoh senyanya adalah gliburidaglibenklamid, glipizida, glikazida, glimepirida, dan glikuidon.
b Sensiter insulin obat yang dapat meningkatkan sensitifitas sel terhadap insulin, meliputi golongan biguanida dan tiazolidindon.
c Inhibitor katabolisme karbohidrat, antara lain alfa-glukosidase, contoh senyawanya acarbose dan miglitol.
26
Ada lima kelompok obat antidiabetika oral seperti sulfonilurea, biguanida, glukosidase-inhibitors, thiazolidindon dan
miglitinida. Antidiabetika oral umumnya diberikan bila diet selama minimal 3 bulan, gerak badan dan upaya penurunan berat badan
tidak cukup menurunkan kadar gula yang tinggi Tan Hoan Tjay dan Kirana Rahardja, 2000.
1. Sulfonilurea :
tolbutamida, klorpropamida,
tolazamida Tolinase, glibenklamida, gliklazida, glipzida
dan glikidon. Empat obat terakhir dinamakan obat-obat generasi ke-2,
yang daya kerjanya atas dasar bobot 10-100x lebih kuat daripada ketga obat pertama yang termasuk obat-obat generasi ke-1 Tan
Hoan Tjay dan Kirana Rahardja, 2000. Sulfonilurea menstimulasi sel-sel beta dari pulau
langerhans, sehingga sekresi insulin ditingkatkan. Disamping itu kepekaan sel-sel beta bagi kadar glukosa darah juga diperbesar
melalui pengaruhnya atas protein transpor glukosa. Obat ini hanya efektif pada penderita NIDDM yang tidak begitu berat,
yang sel-sel betanya masih bekerja cukup baik. Ada indikasi bahwa obat-obat ini juga memperbaiki
kepekaan organ tujuan bagi insulin dan menurunkan absorpsi insulin oleh hati. Obat generasi ke-2 terbaru 1996 adalah
glimeprida . Resorpsinya dari usus umumnya lancar dan lengkap,
sebagian besar terikat pada protein, antara lain 90-99. Plasma
27
t12-nya berkisar antara 4-5 jam tolbutamisa, glipizida, 6-7 jam glibenklamida
sampai 10 jam gliklazida atau lebih dari 30 jam klorpropamida
. Efek sampingnya yang terpenting adalah hipoglikemia
dapat terjadi secara terselubung dan adakalanya tanpa gejala khas, khususnya pada derivat kuat seperti
glibenklamda Tan Hoan Tjay dan Kirana Rahardja, 2000.
2. Biguanida : metformin. Berbeda dengan sulfonilurea, obat-obat ini tidak
menstimulasi pelepasan insulin dan tidak menurunkan gula darah pada orang sehat. Zat ini juga menekan nafsu makan efek
anorexia hingga berat badan tidak meningkat, sehingga tidak
layak diberikan pada penderita overweight. Penderitaini biasanya mengalami resistensi insulin, sehingga sulfonilurea
tidak kurang efektif. Mekanisme kerja bukan akibat stimulasi sekresi insulin, mungkin berdasarkan peningkatan kepekaan
reseptor insulin, sehingga absorpsi glukosa di jaringan perifer meningkat Tan Hoan Tjay dan Kirana Rahardja, 2000.
Efeknya ialah turunnya kadar insulin yang terlalu kuat dan penurunan berat badan, kemungkinan
lain adalah penghambatan gluconoegenesis dalam hati dan peningkatan
penyerapan glukosa di jaringan perifer . Efek sampingnya yang
paling sering terjadi berupa gangguan lambung-usus mual,
28
anorexia, sakit perut, diare tetapi umumnya bersifat sementara. Yang lebih serius adalah asidosis asam laktat dan angiopati luas,
terutama pada manula dan insufiensi hati atau ginjal Tan Hoan Tjay dan Kirana Rahardja, 2000.
3. Glukosidase-inhibitors : acarbosedan miglitol. Obat-obat ini termasuk kelompok obat baru yang
berdasarkan persaingan inhibisi enzim alfa-glukosidase di mukosa duodenum, sehingga reaksi penguraian di polisakarida-
monosakarid dihambat.dengan demikian glukosa dilepaskan
lebih lambat dan absorpsinya kedalam darah juga kurang cepat, lebih rendah dan merata, sehingga memuncaknya kadar gula
darah dihindarkan. Kerja ini mirip dengan efek dari makanan yang kaya akan serat gizi. Tidak ada kemungkinan hipoglikemia
dan terutama berguna pada penderita kegemukan, untuk siapa tindakan diet yang tidak menghasilkan efek. Kombinasi dengan
obat-obat lain memperkuat efeknya Tan Hoan Tjay dan Kirana Rahardja, 2000.
4. Thiazolidindon : troglitazon. Adalah kelompok obat baru pada tahun 1996 dipasarkan
di AS dan Inggris. Kegiatan farmakologinya luas dan berupa penurunan kadar glukosa dan insuln
dengan jalan meningkatkan
29
kepekaan bagi insulin dari otot,jaringan lemak dan hati. Efek sampingnya penyerapan glukosa kedalam jaringan lemak dan
otot meningkat Tan Hoan Tjay dan Kirana Rahardja, 2000. Begitu pula menurunkan kadar trigliseridaasam lemak
bebas dan mengurangi gluconeogenesis dalam hati. Zat ini tidak
mendorong pankreas untuk meningkatkan pelepasan insulin seperti
sulfonilurea. Disamping
itu troglitazon
bekerja antihipersensitif
, yaitu dapat menurunkan tekanan darah sistolisdan diastolis Tan Hoan Tjay dan Kirana Rahardja, 2000.
5. Miglitinida : repaglinida Novonorm. Kelompokobat terbaru ini 1999 bekerja menurut
mekanisme khususnya, yakni mencetuskan pelepasan insulin dari pankreas segera sesudah makan. Miglitinida harus diminum tepat
sebelum makan dan karena resorpsinya cepat, maka mencapai
kadar darah puncak dalam 1 jam. Insulin yang dilepaskan menurunkan glukosa darah secukupnya. Ekskresinya juga cepat
sekali, dalam waktu 1 jam sudah dikeluarkan dari tubuh Tan Hoan Tjay dan Kirana Rahardja, 2000.
30
2.9 HIPOGLIKEMIA