Faktor internal Maserasi Perkolasi Soxhlet Digesti

a. Faktor internal

1 Jenis senyawa aktif dalam bahan 2 Komposisi kualitatif senyawa aktif 3 Komposisi kuantitatif senyawa aktif 4 Kadar total rata-rata senyawa aktif

b. Faktor eksternal

1 Metode ekstraksi 2 Perbandingan ukuran alat ekstraksi diameter dan tinggi alat 3 Ukuran, kekerasan dan kekeringan bahan 4 Pelarut yang digunakan dalam ekstraksi 5 Kandungan logam berat 6 Kandungan pestisida

2.7.2 Metode Ekstraksi

Metode ekstraksi merupakan tahap awal yang penting dalam suatu proses senyawa dari tumbuhan dan biasanya dipilih berdasarkan beberapa faktor, seperti sifat dari bahan mentah obat dan daya penyesuaian dengan macam-macam metode ekstraksi dalam memperoleh ekstrak yang sempurna atau yang mendekati sempurna dari obat Depkes RI, 2000. 13

A. Proses Pembuatan Ekstrak 1. Cairan Pelarut

Cairan pelarut dalam proses pembuatan ekstrak adalah pelarut yang baik optimal untuk senyawa kandungan yang berkhasiat atau aktif, dengan demikian senyawa tersebut dapat terpisahkan dari bahan dan dari senyawa kandungan lainnya Depkes RI, 2000. Serta ekstrak hanya mengandung sebagian besar senyawa kandungan yang diinginkan. Dalam hal ekstrak total, maka cairan pelarut dipilih yang melarutkan hampir semua metabolit sekunder yang terkandung. Fakor utama untuk pertimbangan pada pemilihan cairan penyari adalah sebagai berikut Depkes RI, 2000 : 1 Selektivitas 2 Kemudahan bekerja dan proses dengan cairan tersebut 3 Ekonomis 4 Ramah lingkungan 5 Keamanan

2. Separasi dan Pemurnian

Tujuan dan tahapan ini adalah menghilangkan memisahkan senyawa yang tidak diinginkan semaksimal mungkin tanpa berpengaruh pada senyawa kandungan yang diinginkan, sehingga diperoleh ekstrak yang lebih murni. 14 Proses-proses pada tahapan ini meliputi pengendapan, pemisahan cairan tak campur, sentrifugasi, dekantasi, filtrasi serta proses adsorbsi dan penukaran ion Depkes RI, 2000.

3. PemekatanPenguapan vaporasi dan evaporasi

Pemekatan berarti peningkatan jumlah senyawa terlarut partial solute secara penguapan kondsi pelarut tidak menjadi kering sepenuhnya, ekstrak hanya menjadi kentalpekat Depkes RI, 2000.

4. Pengeringan Ekstrak

Pengeringan berarti menghilangkan pelarut dari bahan sehingga menghasilkan serbuk, massa kering rapuh, tergantung proses dan peralatan yang digunakan. Ada beberapa proses pengeringan ekstrak yaitu dengan cara Depkes RI, 2000 : 1 Pengeringan Evaporasi 2 Pengeringan Vaporasi 3 Pengeringan Sublimasi 4 Pengeringan Konveksi 5 Pengeringan Kontak 6 Pengeringan Radiasi 7 Pengeringan Dielektrik 15

5. Rendemen

Rendemen adalah perbandingan antara ekstrak yang diperoleh dengan simplisia awal Depkes RI, 2000.

B. Ekstraksi Dengan Menggunakan Pelarut 1. Cara dingin

a. Maserasi

Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan pada temperatur ruangan. Sampel yang sudah dihaluskan, direndam dalam bejana tertutup dan terlindungi cahaya matahari langsung selama + 1-2 hari Depkes RI,2000. Perendaman biasanya dilakukan sebanyak dua kali pengulangan, dimaksudkan agar proses perendaman dapat membantu mencari kandungan kimia tumbuhan, kemudian diamati secara visual, ekstrak yang telah jernih menandakan proses ekstraksi telah selesai Depkes RI, 2000.

b. Perkolasi

Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. 16 Proses perkolasi terdiri dari beberapa tahapan seperti : tahap pengembangan bahan, tahap maserasi, tahap perkolasi sebenarnya penetesanpenampungan ekstrak, dilakukan terus-menerus sampai diperoleh ekstrak perkolat yang jumlahnya 1-5 kali bahan Depkes RI, 2000.

2. Cara panas a. Refluks

Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didih, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya perbandingan balik. Umumnya dilakukan proses pengulangan pada residu pertama sebanyak 3-5 kali sehingga dapat termasuk proses ekstraksi sempurna Depkes RI, 2000.

b. Soxhlet

Soxhlet adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru dan umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi berlanjut dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik Depkes RI, 2000. 17

c. Digesti

Digesti adalah maserasi kinetik dengan pengadukan berlanjut pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan kamar, biasanya pada suhu antara 40 o -50 o C Depkes RI, 2000.

d. Infus

Dokumen yang terkait

Pemetaan Potensi Sebaran Tanaman Gambir (Uncaria gambir ROXB) di Kecamatan Pangkalan Kabupaten Lima Puluh Kota

3 68 74

”Studi Pembuatan Teh Daun Gambir (Uncaria gambir Roxb).

15 77 88

Uji Efek Ekstrak Etanol Biji Jengkol (Pithecellobium lobatum Benth) Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Tikus Putih Jantan Galur Wistar Yang Diinduksi Aloksan

5 51 113

Uji efek hioglikemia fraksi etil asetat biji jinten hitam pada tikus putih jantan dengan metode induksi aloksan dan toleransi glukosa

0 4 98

Perbandingan aktivitas dan mekanisme penghambatan antibakteri ekstrak air dengan ekstrak etil asetat gambir (uncario gambir roxb) terhadap bakteri staphylococcus epiderwidis, streptococcus mutans dan streptococeus pyogenes

4 30 100

Uji toksisitas akut campuran ekstrak etanol daun sirih (piper batle L). dan ekstrak kering gambir (uncaria gambir R.) terhadap mencit putih jantan

1 8 145

Uji Aktivitas Gel Isolat Katekin Gambir (Uncaria Gambir Roxb.) terhadap Penyembuhan Luka Bakar pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) Jantan Galur Sprague Dawley

2 6 96

Uji Aktivitas Gel Isolat Katekin Gambir (Uncaria Gambir Roxb.) terhadap Penyembuhan Luka Bakar pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) Jantan Galur Sprague Dawley

0 3 96

UJI EFEK ANTIDIABETES EKSTRAK GAMBIR (Uncaria gambir (Hunter) Roxb) YANG TERSTANDARISASI PADA MENCIT PUTIH JANTAN.

1 1 6

View of UJI AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL GAMBIR (Uncaria gambir Roxb.) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA BAKAR PADA KULIT PUNGGUNG MENCIT PUTIH JANTAN (Mus musculus)

0 0 7