Hipertensi Faktor Risiko yang Bisa Dimodifikasi

insulin tidak mampu untuk mencukupi kelebihan lemak didalam tubuh, keadaan ini akan mengakibatkan terjadinya DM tipe 2 Soegondo dkk, 2009. Penelitian ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh National Health and Nutritions Examination Surveys NHANES tahun 1992-2002 didapat kan 80 dari responden dengan IMT 18,5 kgm² menderita DM ADA, 2007. Penelitian Kaban, dkk 2005 hubungan obesitas dengan DM diperoleh nilai p 0,000 dengan nilai OR sebesar 4,6 yang artinya orang yang obesitas kemungkinan 4,6 kali menderita DM tipe 2 dibandingkan dengan orang yang tidak obesitas, Peningkatan IMT adalah membuat pertambahan jaringan lemak ditubuh, hal ini akan membuat pankreas akan bekerja lebih banyak untuk menghasilkan insulin yang akan diberikan bagi lemak yang bertambah, jika badan dalam keadaan berat badan normal, insulin yang dihasilkan pankreas dapat secara normal memberikan pada jaringan tubuh tanpa harus bekerja keras untuk menghasilkan tambahan insulin. Peningkatan berat badan yang dilihat dari timbunan lemak diakibatkan oleh jumlah energi yang dikonsumsi melebihi energi yang dikeluarkan sehingga menimbulkan ketidakseimbangan energi yang dikeluarkan, keadaan ini akan mengakibatkan resistensi insulin yang berkembang menjadi DM tipe 2.

5.1.2. Hipertensi

Berdasarkan penelitian di Rumah Sakit Umum Hadrianus Sinaga Pangururan diketahui bahwa orang yang menderita hipertensi sebanyak 28 orang Universitas Sumatera Utara 40,6 yang menderita DM tipe 2 dan orang yang tidak menderita DM tipe 2 dengan hipertensi sebanyak 16 orang 23,2. Hasil uji statistik menunjukkan nilai p value 0,028 dimana 0,05 hal ini menunjukkan ada pengaruh yang bermakna hipertensi terhadap DM tipe 2, hal ini tidak sesuai dengan penelitian Kaban dkk 2005 tidak ada hubungan hipertensi dengan kejadian DM tipe 2 dimana diperoleh nilai p= 0,073 p 0,05. Hasil OR 2,26 95, CI: 1,08-4,7 artinya penderita DM tipe 2 kemungkinan hipertensi 2,26 kali lebih besar dibandingkan kelompok kontrol. Penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati 2009 kontribusi orang yang hipertensi terhadap pasien DM komplikasi stroke diperoleh hasil OR 8,574 Belum ada penelitian yang mengatakan penyebab langsung terjadinya hipertensi terhadap DM namun masih merupakan faktor risiko yang berpotensi terhadap tingginya kasus DM, artinya orang yang hipertensi 8,5 kali menderita DM komplikasi stroke. 5.1.3. hipertensi sebagai faktor resiko DM .Penelitian ini didukung oleh Nyoman di Tabanan Bali, dimana orang yang hipertensi memiliki risiko DM tipe 2 sebesar 1,5-3 kali dibandingkan dengan orang yang tidak hipertensi. Berdasarkan penelitian di Rumah Sakit Umum Hadrianus Sinaga Pangururan diketahui bahwa orang yang menderita DM tipe 2 dengan aktivitas fisik yang tidak baik sebanyak 55 orang 79,7 dan orang yang tidak menderita DM tipe 2 dengan aktivitas fisik tidak baik sebanyak 43 orang 62,3, hasil uji Aktivitas Fisik Universitas Sumatera Utara statistik menunjukkan nilai p value 0,024 dimana 0,05 hal ini menunjukkan ada pengaruh yang bermakna aktivitas fisik terhadap DM tipe 2 . OR 2,37 95 CI,: 1.1-5,06 hal ini berarti penderita DM tipe 2 kemungkinan hipertensi 2,3 kali dibandingkan kelompok kontrol. Hasil penelitian ini sesuai dengan Kaban, dkk 2005 dimana aktivitas fisik diperoleh nilai p = 0,000 dimana 0,05 menunjukkan ada pengaruh yang bermakna Aktivitas fisik terhadap DM tipe 2. Penelitian ini juga didukung oleh Nyoman bahwa aktivitas fisik berpengaruh terhadap terjadinya DM diperoleh nilai p = 0,000 dimana 0,05 menunjukkan ada pengaruh yang bermakna Aktivitas fisik terhadap DM tipe 2. Olahraga menyebabkan sel-sel otot dan organ hati menjadi lebih sensitif terhadap insulin, sebagai hasilnya dapat menyimpan dan menggunakan glukosa dengan lebih efektif sehingga dapat menurunkan kadar glukosa, keadaan ini dapat berlanjut beberapa jam setelah olahraga, manfaat olahraga akan hilang apabila berhenti dalam 3 hari, hal ini menekankan pentingnya olahraga secara teratur dan berkesinambungan dan dalam jangka waktu yang panjang Suharto, 2004. Jenis olahraga yang paling banyak dilakukan di Samosir adalah dengan jalan kaki yaitu sebanyak 54 78,3 pada kelompok kasus dan 65 59,5 pada kelompok kontrol. Olahraga tidak dilihat dari aktivitas fisik yang dilakukan sehari-hari tetapi kegiatan yang dilakukan dengan terencana, terstruktur, berulang dan bertujuan untuk memperbaiki atau menjaga kesegaran jasmani, olahraga selama 30-40 menit dapat meningkatkan pemasukan glukosa kedalam sel sebesar Universitas Sumatera Utara 7-20 kali lipat dibandingkan dengan tanpa olah raga, olahraga yang tepat untuk diabetes adalah jalan, jogging, renang, sepeda, aerobik Soewondo, 2006. Olahraga tidak saja untuk mengurangi berat badan tetapi juga membakar lemak dalam tubuh, dengan berkurangnya berat badan atau lemak dalam tubuh, insulin akan cukup terbagi keseluruh sel yang ada ditubuh.

5.1.4. Karbohidrat