Persepsi Peserta BPJS Kesehatan Terhadap Pelayanan Kesehatan Di Rumah Sakit Umum DR. Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Azrul. 1995. Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan: Aplikasi prinsip Lingkaran Pemecahan Masalah. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.

Nawawi, Hadari. 1990. Metode Penelitian Bidang Sosial. Gajah Madah University Press. Yogyakarta.

Rukminto, Isbandi. 1994. Psikologi, Pekerjaan Sosial dan Ilmu Kesejahteraan Sosial Dasar-Dasar Pemikiran. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Siagian, Matias. 2011. Metode Penelitian Sosial (Pedoman Praktis Penelitian Bidang Ilmu-Ilmu Sosial dan Kesehatan). PT. Grasindo Monoratama. Medan.

Situmorang, Chazali 2013. Reformasi Jaminan Sosial di Indonesia: Transformasi BPJS “Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan. CINTA Indonesia. Jawa Barat.

Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum Dalam Lintasan Sejarah. CV. Pustaka Setia. Bandung.

Soeharto. Edi. 2009. Membangun Masyrakat Memberdayakan Masyarakat (Kajian Strategis Pembangunan Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial). Reflika. Bandung.

Soetomo. 2008. Masalah Sosial dan Upaya Pemecahannya, Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Walgito, Bimo. 1999. Psikologi Sosial. PT. Rineka Cipta. Jakarta.

World Health Organization. 1992. Pendidikan Kesehatan. Penerbit ITB. Bandung Sumber lain:


(2)

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

Sumber online:

Anonim 2008. Karakteristik Pelayanan Kesehatan. www.astaqauliyah.com.

Badan Pusat Statistik. 2013. Tingkat kemiskinan Tahun 2013. diakses tanggal : 28 mei 2014

Diakses tanggal: 17 mei 2014

Noveniawanata. 2008. Pelayanan Kesehatan Bagi Pasien Pemegang Surat Kartu Tidak Mampu (SKTM) di RSUD Dr. Abdul Aziz.

Diakses tanggal: 20 mei 2014


(3)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian dekriptif yaitu penelitian yang dilakukan dengan tujuan mendeskripsikan objek dan fenomena yang diteliti. Termasuk di dalamnya bagaimana unsur-unsur yang ada dalam variabel penelitian itu berinteraksi satu sama lain dan apa pula produk interaksi yang berlangsung (Siagian, 2011). Melalui penelitian ini, penulis ingin menggambarkan bagaimana persepsi peserta BPJS Kesehatan terhadap pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir.

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Dr.Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir. Alasan peneliti memilih lokasi penelitian karena Rumah Sakit Dr.Hadrianus Sinaga Pangururan merupakan salah satu fasilitas kesehatan(FASKES) BPJS Kesehatan.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Secara sederhana populasi dapat diartikan sebagai sekumpulan obyek, peristiwa maupun individu yang akan dikaji dalam suatu penelitian. Berdasarkan pengertian ini dapat dipahami bahwa mengenal populasi termasuk langkah awal dan penting dalam proses penelitian. Secara umum populasi merujuk pada sekumpulan individu atau obyek yang memiliki persamaan (Siagian, 2011).


(4)

Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah jumlah peserta BPJS Kesehatan penerima bantuan iuran jaminan kesehatan yang mendapatkan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Dr.Hadrianus Sinaga Pangururan bulan Januari sampai Juni 2014 dengan perincian sebagai berikut:

Tabel 3.1

Jumlah pasien peserta BPJS Kesehatan penerima bantuan iuran jaminan kesehatan di Rumah Sakit Dr.Hadrianus Sinaga Pangururan

No Bulan Jumlah Pasien Rawat Inap (/Pasien)

1 2 3 4 5 6

Januari Februari

Maret April Mei Juni

26 46 50 42 44 58

JUMLAH 266

Sumber RSUD Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan. 2014

Dari jumlah pasien januari sampai juni adakalanya pasien yang sama mendapatkan pelayanan dalam dua bulan berturut-turut, oleh karena itu setelah direkam ulang maka jumlah pasien menjadi 248 orang. Jadi jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 248 (dua ratus empat puluh delapan) orang.

3.3.2. Sampel

Sampel adalah bagian yang bersifat refresentatif dari populasi yang diambil datanya secara langsung. Hal ini berarti bahwa sampel bukan sekedar bagian dari populasi, melainkan bagian yang benar-benar mewakili populasi (Siagian 2011:156). Roscoe menyebutkan apabila sampel lebih dari 100, maka


(5)

yang diambil adalah 10%-20% dari jumlah populasi. Dalam penelitian ini peneliti mengambil 10 % dari jumlah populasi untuk dijadikan sampel. Penetapan sampel dikarenakan populasi yang homogen. Dengan demikian jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 25 orang.

Adapun teknik penarikan sampel yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan teknik purposive sampling, yaitu teknik penarikan sampel yang digunakan dalam mencapai tujuan-tujuan tertentu. Dalam hal ini, yang akan menjadi sampel dalam penelitian ini adalah peserta BPJS Kesehatan Penerima Bantuan Iuran dengan kriteria-kriteria sebagai berikut :

a) Peserta BPJS Kesehatan Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan yang mendapat pelayanan kesehatan di RSUD Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan.

b) Pasien Rawat Inap Tingkat Lanjutan (RITL) yang menginap di ruangan kelas III minimal 3 hari di rumah sakit.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka teknik yang digunakan peneliti adalah sebagai berikut:

1. Studi kepustakaan

Studi kepustakaan adalah proses pengumpulan data dan informasi yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti melalui sumber kepustakaan, seperti buku, surat kabar, jurnal dan bahan tulisan lainnya yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Data yang dihasilkan dari studi kepustakaan merupakan data primer.


(6)

2. Studi lapangan

Studi lapangan adalah proses pengumpulan data dan informasi yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti, yang diperoleh melalui kegiatan penelitian langsung ke lokasi penelitian untuk mencari fakta-fakta yang berkaitan dengan masalah yang ada. Data yang dihasilkan dari studi lapangan merupakan data sekunder.

a) Observasi, yaitu mengumpulkan data mengenai gejala tertentu yang dilakukan dengan mengamati, mendengar, dan mencatat kejadian yang menjadi sasaran penelitian.

b) Kuisioner, yaitu kegiatan mengumpulkan data dilakukan dengan cara menyebar daftar pertanyaan tertutup dan terbuka untuk dijawab oleh reponden. sehingga peneliti memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan untuk penelitian.

3.5. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dimana pengelolaan data dilakukan dengan manual, data dikumpulkan dari hasil kuisioner dan wawancara. Kemudian ditabulasi dalam bentuk frekuensi dan kemudian dianalisa. Dimana analisa data yang dilakukan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:


(7)

1. Editing, yaitu meneliti data-dat yang diperoleh dari penelitian.

2. Pracoding, yaitu untuk mengetahui kategori-kategori jawaban apa yang ada untuk mengklasifikasikan jawaban sehingga jawaban yang beraneka ragam menjadi singkat.

3. Coding, yaitu mengklasifikasikan jawaban menurut macamnya.

4. Membuat kategori untuk mengklasifikasikan jawaban sehingga jawaban yang beraneka ragam menjadi singkat.

5. Menghitung besarnya frekuensi data pada masing-masing kategori. 6. Tabulasi, disini data dalam keadaan ringkas dan tersusun dalam suatu


(8)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1. Sejarah Singkat

Rumah sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan terletak di kota Pangururan Samosir, tepatnya di JL. Dr. Hadrianus Sinaga No 86 Kelurahan Pintusona Pangururan, Telepon (0626) 20923, adalah pemekaran dari Kabupaten Toba Samosir sesuai dengan Undang-Undang RI No.36 Tahun 2003 pada tanggal 18 desember 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Samosir dan Kabupaten Serdang Bedagai. Pemanfaatan lahan RSUD Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan seluas 37.500 m2 dengan luas bangunan 12.500 m2. Adapun batas-batas lahan sebagai berikut:

1. Sebelah Utara : Berbatasan dengan rumah penduduk

2. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan SMA Negeri 1 Pangururan 3. Sebelah Timur : Berbatasan dengan jalan Dr. Hadrianus Sinaga 4. Sebelah Barat : Berbatasan dengan Danau Toba

Rumah sakit umum daerah Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan, didirikan pada tahun 1956 di areal seluas 37.500 m2, dengan swadaya masyarakat Pulau Samosir secara khusus warga kelurahan Pintu sona Kecamatan Pangururan dan melalui bantuan pemerintah pusat diberi nama Rumah Sakit umum Pangururan pada waktu Dr. Hadrianus Sinaga menjabat sebagai menteri kesehatan Republik Indonesia. Untuk menghargai jasa beliau (dr. Hadrianus Sinaga), Bupati kepala daerah Tingkat II Kabupaten Tapanuli Utara menetapkan nama Rumah Sakit Umum Pangururan menjadi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Hadrianus Sinaga


(9)

Pangururan sesuai dengan SK Bupati Tapanuli Utara No.893 Tahun 1988. Mulai tahun 1988 RSUD Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan beroperasi dengan tipe kelas D, dengan kapasitas 45 (empat puluh lima) tempat tidur.

Pada tahun 2007 RSUD Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan diusulkan visitasi untuk mendapatkan criteria sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat samosir dan berdasarkan hasil evaluasi maka ditetapkan sebagai rumah sakit tipe C berdasarkan SK Menteri Kesehatan Republik Indonesia dengan kapasitas 60 (enam puluh) tempat tidur. Banyaknya perkembangan dan kemajuan yang dialami rumah sakit ini telah berlangsung dibawah kepemimpinan secara berkala sebanyak 7 (tujuh) orang Direktur.

1. Dr. Washington Simarmata : Tahun 1968-1982 2. Dr. Pontas Siburian : Tahun 1982-1988 3. Dr. F.L.P Sitorus : Tahun 1988-1999 4. Dr. Sihar Sagala : Tahun 1999-2002 5. Dr. Frida Sinaga : Tahun 2002-2006 6. Dr. Haposan Siahaan, M.Kes : Tahun 2006-2009 7. Dr. Nimpan Karo-Karo, MM : Tahun 2009-sekarang

Untuk mengatasi berbagai permasalahan dan tantangan pembangunan kesehatan di Kabupaten Samosir yang berkembang semakin kompleks dan tidak terduga, maka terkait dengan upaya penanggulangan masalah tersebut Pemerintah Kabupaten Samosir dalam hal ini RSUD Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan telah melaksanakan upaya pengembangan dan pembangunan sarana dan prasarana, penambahan tenaga medis (dokter spesialis baik jumlah maupun jenis) paramedic


(10)

dan non medis. Menjadi catatan sejarah yang kedua dalam kurun waktu kurang 50 tahun RSUD Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan dengan keberadaan gedung yang sangat tidak layak dalam menunjang pelayanan kesehatan yang berkualitas, maka pada tahun 2010 telah dilakukan pembangunan gedung pelayanan kesehatan secara menyeluruh dengan kapasitas 103 (seratus tiga) tempat tidur, melalui dana Tugas Perbantuan (TP) dari Kementrian Kesehatan RI, dan acara mangoppoi (memfungsikan) sesuai budaya batak terhadap gedung telah dilaksanakan pada perayaan puncak Hari Jadi Kabupaten Samosir ke VII pada tanggal 27 februari 2011 yang lalu.

VISI

“Menjadi Rumah Sakit Rujukan Yang Terakreditasi” MISI

1. Meningkatkan manjemen pelayanan kesehatan.

2. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia kesehatan.

3. Meningkatkan sarana dan prasarana rumah sakit sesuai standar. NILAI-NILAI

1. JUJUR

Dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit harus selalu menjunjung tinggi kebenaran, karena dengan pelayanan yang ikhlas masyarakat yang berobat merasa nyaman dan puas akan pelayanan di Rumah Sakit.


(11)

Dalam pelaksanaan tugas, aparatur di satuan Kerja Perangkat Daerah Rumah Sakit Umum Dr. Hadrianus Sinaga harus dilandasi dengan rasa tanggung jawab terhadap segala tindakan yang dilakukan.

3. DISIPLIN

Dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Umum Dr. Hadrianus Sinaga disiplin kerja merupakan salah satu tonggak keberhasilan. Kemauan diri akan budaya tepat waktu menjadi salah satu factor kepercayaan masyarakat untuk berobat di rumah sakit.

4. RAMAH

Pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Umum Dr. Hadrianus Sinaga adalah pelayanan yang penuh dengan keramahtamahan, masyarakat yang memerlukan pengobatan adalah raja yang selalu dilayani dengan bahasa yang sopan dan santun.

5. EFEKTIF

Program Rumah Sakit Umum Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan harus mencapai hasil yang signifikan sesuai target yang ditetapkan 6. BERSIH

Penyelenggaraan pembangunan pada SKPD RSU. Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan harus bebas Kolusi, Korupsi dan Nepotisme.


(12)

BUDAYA ORGANISASI

• Berfikir Positif, Kreatif dan Inovatif • Bersikap Cepat dan Tanggap

• Bertindak Tepat dan Produktif MOTTO

4 S yaitu “ Senyum, Sapa, Santun dan Sentuh”

MAKLUMAT

1. Kami Bangga Dapat Melayani Anda Dengan Cepat.

2. Kami Akan Memberikan Pelayanan Bagi Siapapun Tanpa Membedakan.

3. Kami Akan Memberikan Pelayanan Yang Berorientasi Pada Kepuasan Pelanggan.

4.2. Struktur Organisasi Rumah Sakit Umum Dr.Hadrianus Sinaga Pangururan

Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan adalah unit pelaksana teknis kesehatan di Kabupaten Samosir dipimpin oleh seorang direktur yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah dimana fungsinya menyelenggarakan pelayanan penunjang medik, pelayanan keperawatan dan pelayanan penunjang medik secara berdaya guna dengan mengutamakan usaha penyembuhan dan pemulihan di Kabupaten Samosir. Susunan Organisasi RSUD Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan dibentuk


(13)

berdasarkan Peraturan Pemerintah No 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Samosir. Adapun susunan Organisasi RSUD Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan terdiri dari :

1. Direktur;

2. Bagian Tata Usaha; 3. Bidang Pelayanan Medis; 4. Bidang Keperawatan;

5. Bidang Penunjang Medik dan Rekam Medik; 6. Komite Medik;

7. Kelompok Jabatan Fungsional. Kondisi Sumber Daya Manusia

Tabel 4.1 1. Berdasarkan Jabatan

NO URAIAN JABATAN JUMLAH

1 ESELON III 4

2 ESELON IV 9

3 FUNGSIONAL PNS 108

4 NON FUNGSIONAL PNS 26

5 PEGAWAI TIDAK TETAP/TENAGA HARIAN LEPAS

84

6 TENAGA SUKARELA 20

TOTAL 251


(14)

Tabel 4.2 2. Berdasarkan Klasifikasi Pendidikan

NO KLASIFIKASI PENDIDIKAN PNS PTT/THL TKS JL H I TENAGA MEDIS

1 DIREKTUR (MM) 1 1

2 DOKTER UMUM 11 1 12

3 DOKTER GIGI 1 1

4 DOKTER SPESIALIS/RESIDEN PENYAKIT DALAM

1 1 1

5 DOKTER RESIDEN

SPESIALIS BEDAH 1 1

6 DOKTER RESIDEN/SPESIALIS OBGYN

1 1

7 DOKTER SPESIALIS ANAK 1 1

8 DOKTER RESIDEN/SPESIALIS RADIOLOGI

1 1

9 DOKTER SPESIALIS PATOLOGI KLINIK

1 1

10 DOKTER RESIDEN/SPESIALIS ANESTESI

1 1

11 DOKTER RESIDEN/SPESIALIS THT-KL

1 1

12 PSIKOLOG 1 1

JUMLAH 16 8 0 24

II TENAGA PARAMEDIS

1 D-IV/S-1 KEPERAWATAN 4 4


(15)

3 D-III KEPERAWATAN GIGI 2 1 3

4 D-III KEBIDANAN 13 10 11 34

5 D-I KEBIDANAN 2 2

6 SPK 11 11

7 SPRG 2 2

JUMLAH 72 42 19 133

III TENAGA PARAMEDIS NON KEPERAWATAN

1 APOTEKER 2 2

2 S-1 KESEHATAN MASYARAKAT 6 6

3 S-1 FARMASI 2 2

4 D-III SANITARIAN 1 1 2

5 D-III REKAM MEDIK 1 1

6 D-III GIZI 5 5

7 D-III FARMASI 6 2 8

8 D-III ATRO 5 5

9 D-III AKFIS 1 1

10 SMA ANALIS KESEHATAN 1 1

11 SMF 1 1

12 TEKINIKAL GIGI 1 1

JUMLAH 39 5 1 45

IV TENAGA NON MEDIS

1 SARJANA/S-1 1 1

2 DIPLOMA I/III 4 5 9

3 SMA SEDERAJAT 13 26 39

JUMLAH 17 32 0 49

TOTAL REKAPITULASI 144 87 20 251


(16)

Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan merupakan satu-satunya rumah sakit milik pemerintah Kabupaten Samosir yang melaksanakan pelayanan kesehatan bagi seluruh lapisan masyarakat. Dalam memberikan pelayanan yang berkualitas bagi masyarakat, jenis pelayanan yang disediakan RSUD Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan yang memiliki standar pelayanan yang dimanfaatkan oleh publik, antara lain:

1. Pelayanan Administrasi dan Manajemen

Pelayanan administrasi dan manajemen RSUD Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan meliputi: pelayanan administrasi kepegawaian, pelayanan pengembangan staf (pendidikan dan pelatihan), pelayanan pelaporan akuntabilitas kinerja, pelayanan pengelolaan keuangan, dan pelayanan penyedia informasi.

2. Pelayanan Rekam Medik

Pelayanan rekam medik bukan pelayanan dalam bentuk pengobatan, tetapi merupakan bukti pelayanan, finansial, aspek hokum dan ilmu pengetahuan. Peran rekam medik sangat dibutuhkan untuk mengelola bahan bukti pelayanan kesehatan dengan aman nyaman dan rahasia. Pelayanan rekam medik RSUD Dr.Hadrianus Sinaga juga menyediakan pelayanan surat keterangan dokter yang meliputi surat keterangan berbadan sehat, surat keterangan DPT, surat keterangan untuk istirahat, surat keterangan opname, surat keterangan kondisi kehamilan, surat keterangan


(17)

lahir, surat visum et refertum (VER), surat kematian, dan surat keterangan bebas narkoba.

3. Pelayanan Medik

Pelayanan medik di RSUD Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan dilaksanakan oleh staff Medik fungsional (SMF). SMF yang terdapat di RSUD Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan terdiri dari:

a. Dokter Umum dan Dokter Gigi b. Dokter Spesialis antara lain:

 Spesialis Dasar yaitu: spesialis penyakit dalam, spesialis bedah, spesialis kebidanan dan kandungan serta spesialis kesehatan anak.

 Spesialis penunjang medik yaitu spesialis radiologi, spesialis patologi klinik dan spesialis anestesi.  Spesialis lainnya yaitu THT-KL, Cardiologi dll. 4. Pelayanan Keperawatan

Pelayanan keperawatan yang dilaksanakan di RSUD Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan adalah pelayanan asuhan keperawatan- asuhan kebidanan yang meliputi:

a. Pelayanan gawat darurat: Instalasi Gawat Darurat(IGD). b. Perawatan rawat jalan : klinik VCT dan poliklinik (poli

umum, poli anak, poli penyakit dalam, polih bedah, poli kebidanan, poli gigi dan mulut, poli DOTS, dan poli THT). c. Perawatan rawat inap: instalasi PONEK, R. VVIP & VIP,


(18)

5. Pelayanan Penunjang Medik

Pelayanan penunjang medik yang dilaksanakan di RSUD Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan meliputi:

a. Pelayanan diagnostik antara lain:

 Laboratorium kimiawi, hematologi, bakteriologi  Radiologi

 Ultra-sonografi (USG) dan Elektrokardiografi (EKG)

b. Pelayanan terapeutik antara lain:

 Farmasi, ruang operasi serta UTDRS c. Pelayanan rehabilitasi medik, antara lain:

 Terapi fisik d. Pelayanan kamar jenazah. e. Pelayanan ambulance.

4.3. Informasi Pelayanan RSUD Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan 4.3.1. Pelayanan Rawat Jalan

Adapun layanan yang disediakan oleh Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan untuk pasien rawat jalan, antara lain:

a) Poliklinik Gigi dan Mulut b) Poliklinik Umum

c) Poliklinik Penyakit Anak

d) Poliklinik Kebidanan dan Penyakit Kandungan e) Poliklinik Penyakit Dalam


(19)

g) Poliklinik Telinga Hidung Tenggorokan h) Poliklinik VCT, dan

i) Poliklinik DOTS

4.3.2. Pelayanan Rawat Inap

Adapun layanan yang disediakan oleh Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan untuk pasien rawat inap, antara lain:

a) Ruangan Rawat Inap VVIP

Ruangan VVIP ada 2 (dua) tempat tidur, dilengkapi dengan fasilitas: - Dokter jaga (dokter umum) dan perawat jaga 24 jam

- Dokter spesialis konsul on call 24 jam - 1 (satu) tempat tidur elektrik

- 1 (satu) kamar mandi, TV, dan kulkas - Kursi tamu untuk keluarga pasien b) Ruang Rawat Inap VIP

Ruangan VIP ada 8 (delapan) tempat tidur, dilengkapi dengan fasilitas: - Dokter jaga (dokter umum) dan perawat jaga 24 jam

- Dokter spesialis konsul on call 24 jam - 1 (satu) tempat tidur elektrik

- 1 (satu) kamar mandi, TV, dan kulkas - Kursi tamu untuk keluarga pasien c) Ruang Rawat Inap Kelas I

Ruangan Rawat Inap Kelas I terdiri dari ruangan Mawar yaitu sebanyak 12 tempat tidur, dengan fasilitas sebagai berikut:


(20)

- Dokter jaga (dokter umum) dan perawat jaga 24 jam - Dokter spesialis konsul on call 24 jam

- 1 (satu) kamar dengan 2 tempat tidur dan 1 kamar mandi d) Ruang Rawat Inap Kelas II

Ruangan Rawat Inap Kelas II terdiri dari ruangan Melati yaitu sebanyak 18 tempat tidur, dengan fasilitas sebagai berikut:

- Dokter jaga (dokter umum) dan perawat jaga 24 jam - Dokter spesialis konsul on call 24 jam

- 1 (satu) kamar dengan 3 tempat tidur dan 1 kamar mandi

e) Ruang Rawat Inap Kelas III

Ruangan Rawat Inap Kelas III terdapat sebanyak 36 tempat tidur, dengan fasilitas sebagai berikut:

- Dokter jaga (dokter umum) dan perawat jaga 24 jam - Dokter spesialis konsul on call 24 jam

- 1 (satu) kamar dengan 6 tempat tidur dan 1 kamar mandi f) Ruang Rawat PONEK

Ruangan Rawat PONEK terdapat sebanyak 10 tempat tidur, 4 perawatn inkubator dengan fasilitas sebagai berikut:

- Dokter jaga (dokter umum) dan perawat jaga 24 jam - Dokter spesialis konsul on call 24 jam

- Ruangan menyusui

- Ruangan AC dan 2 kamar mandi g) Recovery Room


(21)

Ruangan ini terdiri dari 2 tempat tidur yang digunakan untuk pasien post operasi, sebelum dipindahkan ke ruang rawat inap.

h) Ruang Rawat Inap ICU

Ruangan ICU RSUD Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan memiliki fasilitas: - 3 (tiga) tempat tidur ICU

- 4 (empat) Patient Monitor

4.3.3. Pelayanan Penunjang

Pelayanan penunjang di RSUD Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan antara lain:

1. Pelayanan Penunjang Medis  Instaslasi Radiologi

Pelayanan Radiologi selama 24 jam yang melakukan sesuai kebutuhan dan permintaan dari instalasi pelayanan lain di RSU dan juga melayani permintaan dari luar rumah sakit.

 Instalasi Farmasi

RSUD Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan mempunyai pedoman terapi dan formularium (daftar obat baku) yang lengkap sehingga sangat jelas untuk mendapatkan informasi tentang obat yang rasional. RSUD Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan menyediakan obat esensial dengan nama generic untuk kebutuhan pasien rawat jalan dan rawat inap. Pelayanan obat di apotik RSUD Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan dilaksanakan 24 jam setiap hari.  Instalasi Laboratorium


(22)

Pelayanan laboratorium selama 24 jam yang saat ini melayani bidang keahlian yaitu patologi klinik (hematologi, analisa urine dan tinja, kimia klinik, mikrobiologi).

 Instalasi Fisioterapi

Pelayanan fisioterapi saat ini menyesuaikan jadwal instalasi rawat jalan dan melayani permintaan dari instalasi pelayanan lain di rumah sakit maupun dari luar rumah sakit.

 Instalasi Kamar Bedah (OK)

Pelayanan kamar bedah selama 24 jam yang melakukan pelayanan sesuai kebutuhan dan permintaan dari instalasi pelayanan lain di rumah sakit dan juga melayani permintaan dari luar rumah sakit.

 Instalasi Giji

Instalasi giji melakukan pelayanan sesuai waktu kebutuhan pasien, yaitu: - Pagi : 07.00 - 08.00 WIB

- Siang : 12.00 - 13.00 WIB - Malam : 18.00 - 19.00 WIB 2. Pelayanan Penunjang Non Medis  Instalasi Laundry

 Rekam Medik  Instalasi Kamar 3. Pelayanan Pelengkap

 Ambulance  Perpustakaan


(23)

BAB V ANALISA DATA

Bab ini penulis menyajikan data yang diperoleh dari hasil penelitian di lapangan melalui penyebaran kuesioner atau daftar pertanyaan. Kuesioner diisi oleh pasien Rawat Inap Tingkat Lanjutan sebagaimana yang telah dikemukakan pada Bab Metode Penelitian bahwa sampel yang diambil sebanyak 25 orang. Pasien Rawat Inap Tingkat Lanjutan yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah peserta BPJS Kesehatan penerima bantuan iuran. Pengambilan sampel ini adalah untuk mengetahui persepsi peserta BPJS Kesehatan terhadap pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Umum Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir. Dalam pengumpulan kembali kuesioner yang disebar kepada 25 orang semuanya terkumpul dan dijawab oleh responden.

5.1. Identitas/Karakteristik Responden Pasien Rawat Inap Tingkat Lanjutan (RITL)

5.1.1. Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin Tabel 5.1

Distribusi Menurut Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah (Orang) Presentase (%) 1

2

Laki-laki Perempuan

12 13

48 52

Jumlah 25 100

Sumber : Kuesioner 2014

Berdasarkan Tabel 2 jumlah responden yang berjenis kelamin sebanyak 12 orang atau 48 % sedangkan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 13 orang


(24)

atau 52 %. Adapun teknik penarikan sampel yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan teknik purposive sampling, yaitu teknik penarikan sampel yang digunakan dalam mencapai tujuan-tujuan tertentu.

5.1.2. Karakteristik Responden Menurut Kategori Umur Tabel 5.2

Distribusi Menurut Umur

No Kategori Umur (Tahun) Jumlah (Orang) Presentase (%) 1

2 3 4 5

20-30 31-40 41-50 51-60 61 ke atas

2 8 7 7 1

8 32 28 28 4 J U M L A H 25 100 Sumber : Kuesieoner 2014

Berdasarkan Tabel 3 jumlah responden menurut umur yang paling banyak adalah berkisar umur 31-40 tahun yaitu sebesar 8 orang atau 32 %, sedangkan jumlah responden yang paling sedikit adalah umur 61 tahun ke atas sebesar 1 orang atau 4 %. Penentuan sampel tidak memiliki kriteria umur, sampel ditentukan berdasarkan lama rawat di Rumah sakit. Pasien Rawat Inap Tingkat Lanjutan (RITL) yang menjadi responden adalah pasien yang dirawat minimal 3 hari di rumah sakit.


(25)

5.1.3. Karakteristik Responden Menurut Agama Tabel 5.3

Distribusi Menurut Agama

No Agama Jumlah (Orang) Presentase (%)

1 2 Kristen Katolik Kristen Protestan 13 12 52 48

J U M L A H 25 100

Sumber : Kuesioner 2014

Berdasarkan Tabel 4 jumlah responden yang menganut agama Kristen katolik sebanyak 13 orang atau 52 %, sedangkan yang menganut agama Kristen protestan sebanyak 12 orang atau 48 %. Lokasi penelitian penduduknya adalah mayoritas kristen sehingga seluruh sampel dalam penelitian ini adalah seluruhnya Kristen. Pasien dijadikan responden berdasarkan lama rawat di Rumah Sakit Umum Dr.Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir.

5.1.4. Karakteristik Responden Menurut Mata Pencaharian Tabel 5.4

Distribusi Menurut Mata Pencaharian

No Mata Pencaharian Jumlah (Orang) Presentase (%) 1 2 3 4 5 6 7 Petani Nelayan Tukang Becak Ibu Rumah Tangga

Wiraswasta Penenun Ulos Tukang Bangunan 13 2 1 2 3 2 2 52 8 4 8 12 8 8

J U M L A H 25 100


(26)

Berdasarkan tabel 5 jumlah responden menurut mata pencaharian atau pekerjaan yang paling banyak adalah petani dengan 13 orang responden atau 52 %, dan jumlah responden yang paling sedikit adalah tukang becak 1 orang atau 4 %. Hal ini dikarenakan di lokasi penelitian penduduk adalah mayoritas dengan mata pencaharian petani.

5.2. Pengetahuan Responden Tentang BPJS Kesehatan

5.2.1.Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Pengertian BPJS Kesehatan Tabel 5.5

Distribusi Jawaban Responden Tentang Pengertian BPJS Kesehatan

No Jawaban Jumlah (Orang) Presentase (%)

1 2

Tahu Kurang Tahu

3 22

12 88

J U M L A H 25 100

Sumber : Kuesioner 2014

Sebagaian besar responden dalam penelitian ini kurang tahu tentang pengertian BPJS Kesehatan. BPJS Kesehatan merupakan badan hukum publik yang bertanggungjawab kepada presiden dan berfungsi menyelenggarakan program jaminan kesehatan bagi seluruh penduduk Indonesia termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia. Selanjutnya peserta BPJS Kesehatan yang dimaksud adalah kelompok penerima bantuan iuran.

Berdasarkan tabel 6, pengetahuan responden tentang pengertian BPJS Kesehatan sebanyak 22 orang atau 88 %, menyatakan kurang mengetahui dan sebanyak 3 orang atau 12 %, dan menyatakan tahu tentang pengertian BPJS Kesehatan. Besarnya jumlah responden yang kurang mengetahui pengertian BPJS


(27)

Kesehatan dikarenakan minimnya sosialisasi yang dilakukan oleh pihak-pihak yang terkait dengan BPJS Kesehatan itu sendiri. Rendahnya pengetahuan responden tentang apa BPJS Kesehatan menurut responden seringkali menjadikan adanya kekeliruan.

5.2.2.Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Paket Manfaat BPJS Kesehatan

Tabel 5.6

Distribusi Jawaban Responden Tentang Paket Manfaat BPJS Kesehatan

No Jawaban Jumlah (Orang) Presentase (%)

1 2

Tahu Kurang Tahu

3 22

12 88

J U M L A H 25 100

Sumber : Kuesioner 2014

Berdasarkan tabel 7 sebagian besar dari responden yang diteliti kurang tahu tentang paket manfaat dari BPJS Kesehatan yang diterima oleh kelompok peserta penerima bantuan yaitu sebanyak 22 orang atau 88 % sedangkan responden yang tahu sebanyak 3 orang atau 12 %. Dari keseluruhan responden sebagian besar hanya mengetahui tujuan dari BPJS Kesehatan adalah untuk berobat gratis akan tetapi paket manfaat dari BPJS Kesehatan untuk kelompok penerima bantuan iuran secara umum tidak tahu. Berdasarkan jawaban responden yang menyatakan kurang tahu tentang paket manfaat yang diterima, mengatakan adanya kesalahpahaman dengan pihak rumah sakit dalam mekanisme mendapatkan pelayanan kesehatan.


(28)

5.2.3.Penilaian Responden Terhadap Adanya BPJS Kesehatan

Penilaian responden yang diteliti terhadap adanya BPJS Kesehatan keseluruhan responden menyetujui adanya BPJS Kesehatan. Dengan adanya BPJS Kesehatan responden sangat terbantu untuk berobat ke rumah sakit. Responden menyatakan dapat mengurangi biaya kesehatan jika harus berobat ke rumah sakit.

5.3. Pelayanan Kesehatan yang Diberikan Kepada Responden Rawat Inap 5.3.1.Lama Pasien Dirawat Inap

Tabel 5.7

Distribusi Jawaban Responden Tentang Lama Dirawat Inap

No Lama Dirawat Jumlah (Orang) Presentase 1

2 3

3 hari 4-6 hari

≥ 6 hari

9 8 7

36 32 28

J U M L A H 25 100

Sumber : Kuesioner 2014

Berdasarkan tabel 9 pasien Rawat Inap Tingkat Lanjutan yang menjadi responden yang dirawat 3 hari sebanyak 9 orang atau 36 %, yang dirawat 4-6 hari sebanyak 8 orang atau 32 %, dan yang dirawat ≥ 6 hari sebanyak 7 orang atau 28 %. Dalam penelitian ini teknik penarikan sampel yang digunakan adalah purposive sampling yaitu penarikan sampel dengan sengaja. Kriteria pasien yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah pasien dengan minimal dirawat 3 hari di rumah sakit. Dengan demikian pasien yang dirawat dibawah 3 hari di rumah sakit tidak dijadikan responden.


(29)

5.3.2. Penggunaan Kartu BPJS Kesehatan di Rumah Sakit Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir

Tabel 5.8

Distribusi Jawaban Responden Tentang Penggunaan Kartu BPJS Kesehatan di Rumah Sakit Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten

Samosir

No Jawaban Jumlah (Orang) Presentase

1 2 3

3 kali 4-6 kali ≥ 6 kali

22 2 1

88 8 4

J U M L A H 25 100

Sumber : Kuesioner 2014

Berdasarkan tabel 10 responden yang paling banyak menggunakan kartu BPJS Kesehatan di Rumah Sakit Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan adalah 3 kali sebanyak 22 orang atau 88 %, dan yang paling sedikit adalah ≥ 6 kali sebanyak 1 orang atau 4 %. Penggunaan kartu BPJS Kesehatan untuk berobat ke rumah sakit menunjukkan keyakinan responden terhadap asuransi kesehatan karena responden dapat terbantu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.

5.3.3. Yang Melakukan Pemeriksaan Kesehatan Responden

Keseluruhan responden menyatakan yang melakukan pemeriksaan kesehatan adalah dokter. Hal ini menunjukkan dokter sebagai sebuah profesi sesuai kode etik profesinya yang dapat menjalankan pemeriksaan kesehatan terhadap pasien. Dokter adalah yang berhak melakukan pemeriksaan dan memberikan resep kepada pasien.


(30)

5.3.4. Intensitas Dokter Melakukan Pemeriksaan Tiap Hari Tabel 5.9

Distribusi Jawaban Responden Tentang Intensitas Dokter Melakukan Pemeriksaan Tiap Hari

No Jawaban Jumlah (Orang) Presentase (%)

1 2

≤ 2 kali 3 – 4 kali

24 1

96 4

J U M L A H 25 100

Sumber : Kuesioner 2014

Berdasarkan tabel 12 responden yang menyatakan intensitas dokter melakukan pemeriksaan tiap hari ≤ 2 kali dalam sehari adalah sebanyak 24 orang atau 96 %, dan yang menyatakan pemeriksaan dilakukan 3 – 4 kali dalam sehari adalah sebanyak 1 orang atau 4 %. Kepuasan pasien dapat ditentukan dari intensitas dokter dalam melakukan pemeriksaan dalam satu hari. Penyakit pasien akan dapat dikontrol dengan baik untuk kesembuhan pasien.

5.3.5. Penilaian Responden Terhadap Ketepatan Waktu Dokter dalam Melakukan Pemeriksaan Kesehatan

Tabel 5.10

Distribusi Jawaban Responden Tentang ketepatan Waktu Dokter Dalam Melakukan Pemeriksaan

No Jawaban Jumlah (Orang) Presentase (%)

1 2 3

Tepat Waktu Kurang Tepat Waktu

Tidak Tepat Waktu

22 2 1 88 8 4

J U M L A H 25 100


(31)

Menurut Dr. Bob Woworutu salah satu kriteria pelayanan kesehatan dapat dikatakan memuaskan apabila dapat menyingkat waktu tunggu pasien (Noveaniawanata, 2008). Salah satu cara untuk dapat menyingkat waktu tunggu pasien adalah dengan cara dokter harus selalu datang tepat waktu (on time). Apabila dokter datang tepat waktu maka waktu tunggu yang dihabiskan pasien tidak akan lama, sehingga akan memberikan kepuasan terhadap pasien.

Berdasarkan tabel 13 responden yang menyatakan ketepatan waktu dokter dalam melakukan pemeriksaan, yang menyatakan tepat waktu sebanyak 22 orang atau 88 %, kurang tepat waktu sebanyak 2 orang atau 8 %, dan yang menyatakan tidak tepat waktu sebanyak 1 orang atau 4 %. Besarnya jumlah responden yang menyatakan dokter tepat waktu dalam melakukan pemeriksaan menujukkan tingkat kepuasan pasien dalam mendapatkan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Hadrianus Sinaga Pangururan.

5.3.6. Penilaian Responden Dokter atau Perawat Terhadap Kesigapan Tabel 5.11

Distribusi Jawaban Responden Tentang Kesigapan Dokter atau Perawat

No Jawaban Jumlah (Orang) Presentase (%)

1 2

Sigap Kurang Sigap

23 2

92 8

J U M L A H 25 100

Sumber : Kuesioner 2014

Berdasarkan tabel 14 penilaian responden terhadap kesigapan dokter atau perawat yang menyatakan sigap sebanyak 23 orang atau 92 %, dan yang


(32)

menyatakan kurang sigap adalah sebanyak 2 orang atau 8 %. Salah satu kriteria pelayanan kesehatan dapat dikatakan memuaskan apabila dapat memberikan pelayanan dengan baik dan salah satu contohnya dapat dilihat dari kesigapan dokter atau perawat dalam memberikan pelayanan terhadap pasien.

Menurut responden yang menjalani rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Hadrianus Sinaga dokter maupun perawat sigap dan tanggap jika pasien memerlukan bantuan. Hal ini dilihat dari misalnya ada infus yang bermasalah dan ketika diberitahu kepada perawat yang sedang jaga maka mereka akan langsung datang untuk segera mengecek infus tersebut. Dengan demikian pasien akan puas jika pelayanan kesehatan yang dilakukan dengan sigap dan tanggap.

5.3.7. Penilaian Responden Terhadap Kemampuan Dokter Dalam Menjelaskan Penyakit Responden

Tabel 5.12

Distribusi Jawaban Responden Tentang Kemampuan Dokter Dalam Menjelaskan Penyakit Responden

No Jawaban Jumlah (Orang) Presentase (%)

1 2

Mampu Kurang Mampu

20 5

80 20

J U M L A H 25 100

Sumber : Kuesioner 2014

Berdasarkan tabel 15 dari 25 orang pasien yang menjadi responden sebagian besar menyatakan bahwa dokter yang bekerja di rumah sakit


(33)

Dr.Hadrianus Sinaga mampu dalam menjelaskan penyakit yang diderita oleh responden. Hal ini terlihat dari jumlah responden yang menyatakan mampu menjelaskan penyakit responden sebanyak 20 orang atau 80 %, sedangkan yang menyatakan kurang mampu menjelaskan penyakit pasien adalah sebanyak 5 orang atau 20 %. Sebelum dokter melakukan pemeriksaan terlebih dahulu dokter menanyakan keluhan penyakit yang diderita oleh pasien. Apabila dokter belum bisa memastikan penyakit apa yang diderita oleh pasien, dokter menyarankan pasien untuk melakukan tes pemeriksaan lanjutan seperti tes darah, rontgen, scan, USG dan lain sebagainya. Apabila tes lanjutan sudah dilakukan, maka dokter bisa memastikan dan menjelaskan kepada pasien tentang penyakit tersebut kepada pasien.

5.3.8. Penilaian Responden Terhadap Sikap Dokter dan Perawat Tabel 5.13

Distribusi Jawaban Responden Tentang Sikap Dokter dan Perawat

No Jawaban Jumlah (Orang) Presentase (%)

1 2

Baik Kurang Baik

20 5

80 20

J U M L A H 25 100

Sumber : Kuesioner 2014

Salah satu kepuasan pasien yang mengacu hanya pada penerapan standar dan kode etik profesi adalah mengenai hubungan dokter – pasien (Azwar, 1995). Dalam hal ini akan terbinanya sebuah hubungan yang baik antara dokter – pasien sangat diperlukan. Contoh dari adanya hubungan yang baik antara dokter – pasien


(34)

dapat dilihat dari sikap para dokter maupun perawat dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien.

Berdasarkan tabel 16 sebanyak 20 orang atau 80 % menyatakan bahwa sikap dari dokter maupun perawat yang bekerja di Rumah Sakit Umum Dr.Hadrianus Sinaga adalah baik, sedangkan yang menyatakan kurang baik sebanyak 5 orang atau 20 %. Menurut jawaban responden yang menyatakan sikap dokter maupun perawat baik ditunjukkan jika pasien membutuhkan sesuatau ditanggapi dengan sikapa yang ramah tamah.

5.3.9. Penilaian Responden Terhadap Prosedur Administrasi Tabel 5.14

Distribusi Jawaban Responden Tentang Prosedur Administrasi

No Jawaban Jumlah (Orang) Presentase (%)

1 2 3

Mudah Tidak Terlalu Sulit

Sulit

9 14

2

36 56 8

J U M L A H 25 100

Sumber : Kuesioner 2014

Salah satu kriteria suatu pelayanan kesehatan dikatakan memuaskan menurut Dr.Bob Wowoerutu (Noveaniawanata, 2008) apabila tidak terbelit-belit. Contoh dari pelayanan yang tidak terbelit-belit ini dapat dilihat dari prosedur administrasi untuk masuk rumah sakit.

Prosedur administrasi untuk dapat mendapatkan pelayanan kesehatan di rumah sakit umum Dr.Hadrianus Sinaga dapat dilihat dari jawaban responden


(35)

yang menyatakan mudah sebanyak 9 orang atau 36 %, yang menyatakan tidak terlalu sulit sebanayak 14 orang atau 56 %, dan yang menyatakan sulit sebanyak 2 orang atau 8 %. Berdasarkan jawaban responden yang menyatakat tidak terlalu sulit adalah karena untuk dapat berobat di rumah sakit dengan menggunakan kartu BPJS Kesehatan diharuskan harus mendapatkan surat rujukan dari puskesmas. Salah satu responden mencontohkan jarak tempuh dari rumah responden ke puskesmas lebih jauh dibandingkan ke rumah sakit. Hal ini menurut responden menyulitkan jika ingin menggunakan kartu BPJS Kesehatan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Menurut responden hal ini merupakan salah satu kesulitan dalam penggunaan kartu BPJS Kesehatan.

5.3.10 Penilaian Responden Tentang Pihak Rumah Sakit yang Selalu Memberikan Petunjuk atau Informasi yang Sebenarnya Kepada Pasien

keseluruhan responden menyatakan bahwa pihak rumah sakit selalu memberikan petunjuk atau informasi yang sebenarnya kepada pasien. Berdasarkan jawaban responden pihak rumah sakit selalu membantu dalam memberikan petunjuk dan informasi jika responden membutuhkan, hal ini menjadikan pasien tidak mengalami kesulitan sewaktu ingin mendapatkan pelayanan kesehatan di rumah sakit.


(36)

5.3.11 Penilaian Responden Terhadap Pihak Rumah Sakit yang Lebih Mengutamakan Pasien yang Bukan Penerima Bantuan Iuran Daripada Penerima Bantuan Iuran

Tabel 5.15

Distribusi Jawaban Responden

No Jawaban Jumlah (Orang) Presentase (%)

1 2

Benar Tidak Benar

9 16

36 64

J U M L A H 25 100

Sumber : Kuesioner 2014

Salah satu unsur lain dalam dimensi kepuasan pasien yang mengacu pada penerapan standar dan kode etik profesi adalah kenyamanan pelayanan (Azwar, 1995). Kenyamanan pelayanan maksudnya tidak hanya menyangkut fasilitas yang disediakan, tetapi yang terpenting lagi adalah yang menyangkut sikap serta tindakan para pelaksana ketika menyelenggarakan pelayanan kesehatan.

Berdasarkan tabel 19 penilaian responden yang menyatakan bahwa benar pihak rumah sakit lebih mengutamakan pasien yang bukan penerima bantuan iuran daripada penerima bantuan iuran sebanyak 9 orang atau 36 %, dan yang menyatakan tidak benar sebanyak 16 orang atau 64 %. Besarnya frekuensi yang menyatakan pihak rumah sakit tidak mengutamakan peserta BPJS Kesehatan bukan penerima bantuan iuran daripada penerima bantuan menunjukkan adanya kesetaraan seluruh pasien jika ingin mendapatkan pelayanan kesehatan.


(37)

5.3.12 Penilaian Responden Terhadap Kondisi Kamar Inap Rumah Sakit Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir

Tabel 5.16

Distribusi Jawaban Responden Tentang Kondisi Kamar Inap

No Jawaban Jumlah (Orang) Presentase (%)

1 2 3

Nyaman Kurang Nyaman

Tidak Nyaman

23 1 1

92 4 4

J U M L A H 25 100

Sumber : Kuesioner 2014

Berdasarkan tabel 20 pasien Rawat Inap Tingkat Lanjutan (RITL) yang menjadi responden yang menyatakan kondisi kamar inap Rumah Sakit Dr.Hadrianus Sinaga Pangururan nyaman sebanyak 23 orang atau 92 %, menyatakan kurang nyaman 1 orang atau 4 %, dan yang menyatakan kurang nyaman 1 orang atau 4 %. Salah satu unsur vital dalam kenyamanan pasien dalam mendapatkan pelayanan kesehatan adalah kondisi kamar inap. Berdasarkan jawaban responden besarnya frekuensi yang menyatakan kondisi kamar inap Rumah Sakit Dr.Hadrianus Sinaga Pangururan adalah nyaman menunjukkan kepuasan responden dalam mendapatkan pelayanan kesehatan.


(38)

5.3.13 Penilaian Responden Terhadap Kebersihan Kamar Inap Rumah Sakit Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten SamosirTabel

5.17

Distribusi Jawaban Responden Tentang Kebersihan Kamar Inap

No Jawaban Jumlah (Orang) Presentase (%)

1 2 Bersih Kurang Bersih 23 2 92 8

J U M L A H 25 100

Sumber : Kuesioner 2014

Berdasarkan Tabel 20 responden yang menyatakan kebersihan kamar inap Rumah Sakit Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan adalah bersih sebanyak 23 orang atau 92 %, dan yang menyatakan kurang bersih sebanyak 2 orang atau 8 %. Selain kondisi kamar inap untuk pasien peserta BPJS Kesehatan penerima bantuan di kelas III adalah kebersihan kamar inap untuk pasien. Berdasarkan jawaban responden frekuensi jawaban responden yang menyatakan tingkat kebersihan kamar inap untuk pasien di kelas III adalah bersih menunjukkan keseriusan pihak rumah sakit dalam memberikan pelayanan kesehatan yang nyaman kepada pasien peserta BPJS Kesehatan.

5.3.14 Penilaian Responden Terhadap Kelengkapan Obat Tabel 5.18

Distribusi Jawabana Responden Tentang Kelengkapan Obat

No Jawaban Jumlah (Orang) Presentase (%)

1 2 3 Lengkap Kurang Lengkap Tidak Lengkap 4 16 5 16 64 20

J U M L A H 25 100


(39)

Salah satu unsur dalam dimensi kepuasan pasien yang mengacu pada penerapan standar dan kode etik profesi adalah kenyamanan pelayanan (Azwar, 1995). Salah satu contoh dari unsur kenyamanan pelayanan adalah tersedianya fasilitas dalam menunjang pelaksanaan pelayanan kesehatan. Salah satu fasilitas yang harus tersedia di rumah sakit adalah farmasi atau apotek untuk mendukung pelayanan kesehatan yang maksimal.

Berdasarkan Tabel 20 responden yang menyatakan kelengkapan obat di Rumah Sakit Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan adalah lengkap sebanyak 4 orang atau 16 %, mentakan kurang lengkap 16 orang atau 64 %, dan menyatakan tidak lengkap 5 orang atau 20 %. Dari jawaban responden yang menyatakan kelengkapan obat di rumah sakit adalah kurang lengkap dan tidak lengkap ditunjukan oleh adanya resep obat dari dokter yang tidak tersedia di bagian farmasi ataupun apotek rumah sakit. Hal ini menurut responden salah satu kesulitan dalam mendapatkan pelayanan di rumah sakit.

5.3.15 Penilaian Responden Terhadap Kualitas Obat yang Diberikan Pihak Rumah Sakit

Tabel 5.19

Distribusi Jawaban Responden Tentang Kualitas Obat

No Jawaban Jumlah (Orang) Presentase (%)

1 2 3

Berkualitas Kurang Berkualitas

Tidak Berkualitas

2 17

6

8 68 24

J U M L A H 25 100


(40)

Berdasarkan Tabel 23 pasien Rawat Inap Tingkat Lanjutan (RITL) yang menjadi responden yang menyatakan kualitas obat yang diberikan pihak rumah sakit adalah berkualitas sebanyak 2 orang atau 8 %, menyatakan kurang berkualitas sebanyak 17 orang atau 68 %, dan menyatakan tidak berkualitas sebanyak 6 orang atau 24 %. Kualitas obat berkaitan erat dengan lamanya pasien dirawat di rumah sakit, berdasarkan jawaban responden kualitas obat yang diberikan untuk pasien peserta BPJS Kesehatan penerima bantuan iuran frekuensi jawaban yang besar yang menyatakan kualitas obat yang diberikan oleh pihak rumah sakit adalah kurang berkualitas menunjukkan salah satu kelemahan dalam pelaksanaan BPJS Kesehatan.

Berdasarkan jawaban responden dalam pelaksanaan BPJS Kesehatan kualitas obat merupakan salah satu kelemahan. Kualitas obat yang diberikan yang kurang berkualitas, menurut responden adalah kurang seriusnya pemerintah dalam memberikan pelayanan kesehatan gratis kepada masyarakat miskin. Sebagai konsekwensinya responden harus mengeluarkan biaya dalam melengkapi resep yang telah diberikan oleh dokter.

Penilaian Responden Terhadap Peningkatan Mutu PelayananTabel 5.20 Distribusi Jawaban Responden Tentang Peningkatan Mutu Pelayanan

No Jawaban Jumlah

(Orang)

Presentase (%) 1

2

Ada peningkatan dari tahun sebelumnya

Tidak ada peningkatan pelayanan dari tahun sebelumnya

18

7

72

18


(41)

Berdasarkan Tabel 24 penilaian responden terhadap peningkatan mutu pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan yang menyatakan ada peningkatan pelayanan dari tahun sebelumnya sebanyak 18 orang atau 72 %, dan menyatakan tidak ada peningkatan pelayanan dari tahun sebelumnya sebanyak 7 orang atau 18 %. Menurut responden yang menyatakan adanya peningkatan mutu pelayanan dari tahun sebelumnya ditunjukkan oleh proses administrasi masuk rumah sakit, kenyamanan dan kebersihan kamar inap di rumah sakit, sikap dokter maupun perawat juga pihak rumah sakit yang ramah dalam memberikan pelayanan kesehatan.

5.3.16 Penilaian Responden Terhadap Kepuasan Pelayanan yang Diberikan Tabel 5.21

Distribusi Jawaban Responden Tentang Kepuasan Pelayanan Yang Diberikan

No Jawaban Jumlah (Orang) Presentase (%)

1 2 3

Puas Kurang Puas

Tidak Puas

18 5 2

72 20 8

J U M L A H 25 100

Sumber : Kuesioner 2014

Berdasarkan Tabel 25 responden yang menyatakan puas terhadap pelayanan kesehatan yang di berikan di Rumah Sakit Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan adalah sebanyak 18 orang atau 72 %, menyatakan kurang puas sebanyak 5 orang atau 20 %, dan menyatakan tidak puas sebanyak 2 orang atau 8 %. Berdasarkan jawaban responden tingkat kepuasan pelayanan yang didapatkan setelah berobat ke rumah sakit menunjukkan tingkat kepuasan responden adalah


(42)

maksimal dalam berobat di Rumah Sakit Umum Dr.Hadrianus Sinaga Pangururan hal ini karena responden mendapatkan kesembuhan penyakit yang diderita.

Menurut responden pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Umum Dr.Hadrianus Sinaga Pangururan sudah maksimal, namun ada beberapa hal yang masih harus ditingkatkan adalah seperti pelayanan obat dan pelayanan administrasi masuk ke rumah sakit. Pelayanan obat merupakan salah satu yang harus dibenahi oleh BPJS Kesehatan untuk penerima bantuan, melengkapi obat di bagian farmasi ataupun apotek juga meningkatkan kualitas obat yang diberikan kepada peserta BPJS Kesehatan penerima bantuan. Hal inilah menurut responden yang menggangu ketika ingin mendapatkan pelayanan kesehatan di rumah sakit. 5.3.17 Hal-Hal yang Mengganggu Kelancaran Ketika Ingin Mendapatkan

Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit Umum Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir

Berdasarkan jawaban dari responden menyatakan hal yang mengganggu ketika ingin mendapatkan pelayanan kesehatan adalah prosedur administrasi yang harus dilengkapi oleh responden. Salah satu responden mencontohkan jarak tempuh dari rumah responden ke puskesmas lebih jauh dibandingkan ke rumah sakit. Hal ini menurut responden menyulitkan jika ingin menggunakan kartu BPJS Kesehatan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Menurut responden hal ini merupakan salah satu kesulitan dalam penggunaan kartu BPJS Kesehatan. Untuk pasien peserta BPJS Kesehatan Penerima Bantuan Iuran Rawat Inap Tingkat Lanjutan harus melengkapi berkas untuk keperluan administrasi. Berkas-berkas yang harus dilengkapi adalah :


(43)

1. Kartu BPJS Kesehatan Penerima Bantuan Iuran 2. Surat rujukan dari puskesmas


(44)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data, maka dapat diambil kesimpulan bahwa persepsi peserta BPJS Kesehatan terhadap pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Umum Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan dilihat dari indikator :

1. Kebutuhan pasien yang dapat dipenuhi

Berdasarkan analisis data tentang tersedianya fasilitas kesehatan seperti kondisi kamar inap, kebersihan kamar inap, ketersediaan obat, dan kualitas obat yang diberikan, Persepsi Peserta BPJS Kesehatan Penerima Bantuan Iuran adalah positif untuk kondisi kamar inap dan kebersihan kamar inap, tingkat kepuasan responden negatif pada ketersediaan obat dan kualitas obat yang diberikan, hal ini dilihat dari frekuensi jawaban responden. 2. Mampu memberikan pelayanan yang baik

Berdasarkan analisis data tentang kesigapan dokter dan perawat, sikap dokter dan perawat dilihat dari frekuensi jawaban responden, Persepsi Peserta BPJS Kesehatan Penerima Bantuan Iuran adalah positif dan menunjukkan responden puas terhadap pelayanan yang diterima.

3. Tidak terbelit-belit

Berdasarkan analisis data tentang prosedur administrasi untuk dapat berobat di Rumah Sakit Dr.Hadrianus Sinaga, kemampuan dokter dalam menjelaskan penyakit responden, Persepsi Peserta BPJS Kesehatan Penerima Bantuan Iuran adalah positif dilihat dari frekuensi jawaban responden.


(45)

4. Menyingkat waktu tunggu pasien

Berdasarkan analisis data tentang responden yang dipermudah dan dipercepat dalam pengurusan administrasi serta pihak rumah sakit yang memberikan petunjuk dan informasi dilihat dari frekuensi jawaban responden Persepsi Peserta BPJS Kesehatan Penerima Bantuan Iuran adalah positif dan menunjukkan responden puas terhadap pelayanan yang diterima.

5. Dapat menguntungkan semua pihak

Berdasarkan analisis data tentang kesembuhan penyakit yang diderita pasien Rawat Inap Tingkat Lanjutan menunjukkan tingkat kepuasan pasien adalah positif, hal ini dilihat dari frekuensi jawaban responden.

6.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan, maka dapat dikemukakan beberapa saran yang kiranya dapat bermanfaat bagi semua, yaitu :

1. Bagi akademis kiranya dapat menjadi referensi untuk mengembangkan konsep dan teori tentang pelayanan kesehatan pada umumnya dan dalam ilmu kesejahteraan sosial pada khususnya.

2. Bagi pemerintah kiranya dapat menjadi pertimbangan dan referensi dalam mengembangkan pelayanan kesehatan terutama dalam pemecahan masalah pelayanan kesehatan yang di berikan oleh pihak rumah sakit kepada peserta BPJS Kesehatan.

3. Bagi rumah sakit kiranya dapat menjadi referensi, pedoman dan acuan dalam mengembangkan mutu pelayanan kesehatan.


(46)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Persepsi

2.1.1. Pengertian Persepsi

Persepsi merupakan suatu proses yang terjadi di dalam pengamatan seseorang terhadap orang lain. Persepsi terhadap suatu obyek yang ada disekitar manusia pada dasarnya berbeda dengan lainnya karena sebagai makhluk individu setiap manusia memiliki pandangan yang berbeda sesuai dengan tingkat pengetahuan dan pemahamannya. Semakin tinggi pengetahuan dan pemahaman seseorang terhadap suatu obyek yang dipersepsikan maka semakin baik bentuk persepsi orang tersebut terhadap obyek begitu pula sebaliknya.

Secara etimologis persepsi atau dalam bahasa Inggris perception berasal dari bahasa Latin perception; dari percipere, yang artinya menerima atau mengambil (sobur, 2003). Persepsi seseorang bisa diartikan sebagai proses, pemahaman terhadap sesuatu informasi yang disampaikan oleh orang lain yang saling berkomunikasi, berhubungan atau kerjasama. Jadi setiap orang tidak terlepas dari persepsi.

Persepsi menurut Morgan, King dan Robinson (Rukminto, 1994), persepsi menunjuk bagaimana kita melihat, mendengar, merasakan, mengecap, dan mencim dunia sekitar kita, dengan kata lain persepsi dapat pula didefenisikan sebagai segala sesuatu yang dialami oleh manusia. Sedangkan menurut Kimbal Young (Walgito, 1999), persepsi adalah sesuatu yang menunjukkan aktifitas, merasakan, mengidentifikasikan dan memahami objek baik fisik maupun sosial.


(47)

Defenisi ini menekankan bahwa persepsi akan timbul setelah seseorang atau sekelompok orang terlebih dahulu merasakan kehadiran suatu obyek dan setelah dirasakan akan menginterpretasikan obyek yang dirasakannya tersebut.

2.1.2. Proses Persepsi

Adapun proses persepsi menurut Udai Parek (Sobur, 2003) antara lain : 1. Proses menerima rangsangan

Proses pertama dalam persepsi adalah rangsangan atau data dari berbagai sumber. Kebanyakan data diterima melalui panca indera. Kita melihat sesuatu, mendengar, mencium, merasakan, atau menyentuhnya, sehingga kita mempelajari segi-segi lain dari sesuatu itu.

2. Proses menyeleksi ransangan

Setelah diterima, ransangan atau data diseleksi. Tidaklah mungkin untuk memperhatikan semua ransangan yang telah diterima. Demi menghemat perhatian yang digunakan, ransangan-ransangan itu disaring dan diseleksi untuk proses lanjut. Ada dua kumpulan faktor menentukan seleksi ransangan itu, yaitu:

a. Faktor- Faktor Intern

1) Kebutuhan psikologis

Kebutuhan seseorang mempengaruhi persepsinya. Kadang-kadang, ada hal yang “kelihatan” (yang sebenarnya tidak ada), karena kebutuhan psikologis. Misalnya, seseorang yang haus bisa melihat air di banyak tempat; fatamorgana seperti itu biasa sekali terjadi di padang pasir. Jika


(48)

seseorang kehilangan hal tertentu yang dibutuhkan, mereka lebih sering melihat barang itu.

2) Latar belakang

Latar belakang mempengaruhi hal-hal yang dipilih dalam persepsi. Orang-orang dengan latar belakang tertentu mencari orang-orang dengan latar belakang yang sama. 3) Pengalaman

Pengalaman mempersiapkan seseorang untuk mencari orang-orang, hal-hal, dan gejala-gejala yang mungkin seruoa dengan pengalaman pribadinya. Seseorang yang mempunyai pengalaman buruk dalam bekerja dengan jenis orang tertentu, mungkin akan menyeleksi orang-orang ini untuk jenis persepsi tertentu.

4) Kepribadian

Kepribadian juga mempengaruhi persepsi. Seorang yang introvert mungkin akan tertarik kepada orang-orang yang serupa atau sama sekali berbeda. Berbagai faktor dalam kepribadian kepribadian mempengaruhi seleksi dalam persepsi.

5) Sikap dan kepercayaan umum

Sikap dan kepercayaan umum juga mempengaruhi persepsi. Orang-orang yang mempunyai sikap tertentu terhadap karyawan wanita atau karyawan yang termasuk kelompok


(49)

bahasa tertentu, besar kemungkinan akan melihat berbagai hal kecil yang tidak diperhatikan oleh orang lain.

6) Penerimaan diri

Penerimaan diri merupakan sifat penting yang mempengaruhi persepsi. Beberapa telah menunjukkan bahwa mereka yang lebih ikhlas menerima kenyataan diri akan lebih tepat menyerap sesuatu daripada mereka yang kurang ikhlas menerima realitas dirinya. Untuk yang terakhir ini cenderung mengurangi kecermatan persepsi. Implikasi dari fakta ini ialah kecermatan persepsi dapat ditingkatkan dengan membantu orang-orang untuk lebih menerima diri mereka sendiri.

b. Faktor Ekstern 1. Intensitas

Pada umumnya,ransangan yang lebih intensif mendapatkan lebih banyak tanggapan daripada ransangan yang kurang intens.

2. Ukuran

Pada umumnya, benda-benda yang lebih besar lebih menarik perhatian. Barang yang lebih besar lebih cepat dilihat.

3. Kontras

Hal-hal lain dari biasa kita lihat akan cepat menarik perhatian. Jika orang biasa mendengar suara tertentu dan


(50)

sekonyong-sekonyongnya ada perubahan dalam suara itu, hal itu akan menarik perhatian. Banyak orang secara sadar atau tidak, melakukan hal-hal yang aneh untuk menarik perhatian. Perilaku yang luar biasa menarik perhatian karena prinsip-prinsip perbedaan itu.

4. Gerakan

Hal-hal yang bergerak lebih menarik perhatian daripada hal-hal yang diam.

5. Ulangan

Biasanya hal-hal yang terulang dapat menarik perhatian. Akan tetapi, ulangan yang terlalu sering dapat menghasilkan kejenuhan semantic dan dapat kehilangan arti perseptif.

6. Keakraban

Hal-hal yang akrab atau dikenal lebih menarik perhatian. Hal ini terutama jika hal tertentu tidak diharapkan dalam rangka tertentu.

7. Sesuatu yang baru

Faktor ini kedengarannya bertentangan dengan faktor keakraban. Akan tatapi, hal-hal baru juga menarik perhatian. Jika orang sudah biasa dengan kerangka yang sudah dikenal, sesuatu yang baru menarik perhatian.


(51)

3. Proses Pengorganisasian

Ransangan yang diterima selanjutnya diorganisasikan dalam suatu bentuk. Ada tiga dimensi utama dalam pengorganisasian ransangan, yaitu:

a. Pengelompokan

Berbagai ransangan yang telah diterima dikelompokkan dalam suatu bentuk. Beberapa faktor digunakan untuk mengelompokkan ransangan itu, antara lain:

1) Kesamaan, ransangan-ransangan yang mirip dijadikan satu kelompok.

2) Kedekatan, hal-hal yang lebih dekat antara satu dan yang lain juga dikelompokkan menjadi satu.

3) Ada suatu kecenderungan untuk melengkapi hal-hal yang dianggap belum lengkap.

b. Bentuk timbul dan latar

Prinsip lain dari dalam mengatur ransangan disebut bentuk timbul dan latar. Hal ini merupakan salah satu proses persepsi yang paling menarik dan paling pokok. Dalam melihat ransangan atau gejala ada kecenderungan untuk memusatkan perhatian pada gejala-gejala tertentu yang timbul menonjol, sedangkan ransangan atau gejala lainnya berasa di latar belakang.

c. Kemampuan persepsi

Ada suatu kecenderungan untuk menstabilkan persepsi, dan perubahan-perubahan konteks tidak mempengaruhinya. Dunia persepsi diatur menurut prinsip kemantapan. Dalam persepsi dunia


(52)

tiga dimensional, faktor ketetapan memainkan peranan yang penting.

4. Proses penafsiran

Setelah ransangan atau data diterima dan diatur, sipenerima lalu menafsirkan data itu dengan berbagai cara. Dikatakan bahwa telah terjadi persepsi setelah data itu ditafsirkan. Persepsi pada pokoknya memberikan arti pada berbagai data dan informasi yang diterima.

5. Proses pengecekan

Sesudah data diterima dan ditafsirkan, sipenerima mengambil beberapa tindakan untuk mengecek apakah penafsirannya benar atau salah. Proses pengecekan ini mengklaim terlalu cepat dilakukan dari waktu ke waktu untuk menegaskan apakah penafsiran atau persepsi dibenarkan atau data baru. Data atau kesan-kesan itu dicek dengan menanyakan kepada orang-orang lain menegenai persepsi mereka.

6. Proses reaksi

Tahap terakhir dari proses perceptual ialah bertindak sehubungan dengan apa yang telah diserap. Hal ini biasanya dilakukan jika seseorang berbuat suatu sehubungan dengan persepsinya. Misalnya, seseorang bertindak sehubungan dengan persepsi yang baik atau yang buruk yang telah dibentuknya. Lingkaran persepsi itu belum sempurna sebelum menimbulkan suatu tindakan. Lingkaran persepsi ini bisa tersembunyi dan bisa pula terbuka. Tindakan tersembunyi berupa pembentukan pendapat atau sikap, sedangkan tindak yang terbuka berupa tindakan nyata


(53)

sehubungan dengan persepsi itu. Satu gejala yang telah menarik perhatan sehubungan dengan tindakan tersembunyi ialah “pembentukan kesan”. Pembentukan kesan ialah cara seorang pencerap membentuk kesan tertentu atas suatu obyek atau atas seseorang menurut cirri-ciri yang diserapnya, atau data yang ia terima dari berbagai sumber.

2.2. Kemiskinan

Kemiskinan merupakan suatu kondisi yang tidak menguntungkan dari ketidakmampuan seseorang dalam mengakses dan memanfaatkan sumberdaya yang berada di sekitarnnya. Kemiskinan dapat didefenisikan dengan pengertian yang berbeda dengan perspektif yang beragam tergantung dari sudut pandang mana kemiskinan dimaknakan.

Kemiskinan merupakan bagian dari masalah sosial, apabila studi masalah sosial dianggap suatu proses maka penanganan kemiskinan sebagai salah satu bentuk masalah sosial selalu terkait dengan pemahaman terhadap latar belakang atau faktor-faktor yang dianggap sebagai sumber masalah. Strategi dan pendekatan dalam menangani masalah akan sangat ditentukan oleh pendekatan yang digunakan dalam memahami latar belakang masalahnya. Treatment dalam menangani kemiskinan akan sangat ditentukan oleh diagnosis yang dilakukan (Soetomo: 326).

Mengacu pada Bank dunia (2000) kemiskinan menurut Haughton and Khandker didefenisikan sebagai suatu kondisi kurang sejahtera. Pandangan konvensional yang berkaitan dengan kesejahteraan terutama kepemilikan atas komoditas, jadi orang miskin adalah mereka yang tidak memiliki cukup


(54)

pendapatan atau konsumsi untuk menempatkan mereka diatas beberapa batas minimum yang memadai.

Ditinjau dari segi sosial kemiskinan penduduk dapat juga disebutkan sebagai suatu kondisi sosial yang sangat rendah, seperti penyediaan fasilitas kesehatan yang tidak mencukupi dan penerangan yang minim. Kondisi sosial lain dari penduduk miskin biasanya dicirikan oleh keadaan rumah tangga dimana jumlah anggota keluarga banyak, tingkat pendidikan kepala rumah tangga dan anggota rumah tangga rendah, dan umumnya rumah tersebut berada di pedesaan. Dari segi ekonomi, rumah tangga miskin dicirikan oleh jenis mata pencaharian pada sektor informal di pedesaan maupun diperkotaan, sering berpindah-pindah mata pencaharian dari produktivitas yang rendah sehingga menyebabkan pendapatan yang rendah. Karakteristik lain dari rumah tangga miskin adalah kecenderungan untuk menyediakan sebagian besar dari anggaran rumah untuk memenuhi kebutuhan pangan. Alokasi pendapatan yang cenderung hanya untuk memenuhi kebutuhan pangan merupakan cerminan adanya kemiskinan rumah tangga.

Defenisi yang dikemukakan oleh para ahli menunjukkan bahwa kemiskinan merupakan suatu kondisi ketidakmampuan atau tidak terpenuhinya hak-hak dasar seseorang atau suatu keluarga dipengaruhi oleh cara hidup dan mengalami deprevasi dalam memenuhi kebutuhan hidupnya serta tidak memiliki aksebilitas terhadap sistem sumber yang ada di sekitar lingkungan sosialnya dikarenakan adanya tindakan diskriminasi dan keterasingan sosial. Hal tersebut dicirikan dengan rendahnya partisipasi keluarga miskin dalam proses pengambilan keputusan dan dalam kehidupan sipil, sosial, ekonomi, dan budaya.


(55)

Dengan menggunakan perspektif yang lebih luas, dalam menerangkan kemiskinan memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar (pangan, sandang, dan papan).

2. Ketiadaan akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya (kesehatan, pendidikan, sanitasi, air bersih, dan transfortasi).

3. Ketiadaan jaminan masa depan.

4. Kerentanan terhadap goncangan yang bersifat individual maupun missal. 5. Rendahnya kualitas sumber daya manusia.

6. Keterlibatan dalam kegiatan sosial masyarakat.

7. Ketiadaan akses terhadap lapangan pekerjaaan dan mata pencaharian berkesinambungan.

8. Ketidakmampuan berusaha karena cacat fisik maupun mental.

9. Ketidakmampuan dan ketidakberuntungan sosial (Soeharto, 2009: 32).

2.3. Kesehatan

2.3.2. Pengertian Kesehatan

Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam Undang-Undang No 36 Tahun 2009 pasal 1 mendefenisikan kesehatan sebagai keadaan sehat, baik secar fisik, mental,


(56)

spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

2.3.2. Upaya Kesehatan

Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, dan pemulihan oleh pemerintah dan/atau masyarakat. Pengembangan upaya kesehatan, yang mencakup upaya kesehatan masyarakat dan kesehatan perorangan diselenggarakan sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dan dilaksanakan secara terpadu, berkelanjutan, merata, terjangkau, berjenjang, professional, dan bermutu.

Upaya-upaya kesehatan antara lain sebagai berikut: a) Upaya pemeliharaan kesehatan

• Kuratif: tindakan pengobatan

• Rehabilitatif: upaya pemeliharaan kesehatan atau pemulihan kesehatan agar penyakitnya tidak semakin terpuruk dengan mengkonsumsi makanan yang menunjang untuk kesembuhan penyakitnya.

b) Upaya peningkatan kesehatan

• Preventif: upaya pencegahan terhadap suatu penyakit • Promotif: upaya peningkatan kesehatan


(57)

2.4. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

2.4.1. Pengertian Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

Badan penyelenggara jaminan sosial (BPJS) merupakan lembaga penyelenggara jaminan sosial, sehingga dengan adanya jaminan sosial resiko keuangan yang dihadapi oleh seseorang, baik itu karena memasuki usia tidak produktif, mengalami sakit, mengalami kecelakaan bahkan kematian, akan diambil alih oleh lembaga yang menyelenggarakan jaminan sosial. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, secara tegas menyatakan bahwa BPJS yang dibentuk dengan UU BPJS adalah badan hukum publik. BPJS yang dibentuk dengan UU BPJS adalah BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan.

2.4.2. Tugas Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) a. Melakukan dan menerima pendaftaran peserta

b. Memungut dan mengumpulkan iuran dari peserta dan pemberi kerja c. Menerima bantuan dari pemerintah

d. Mengelola dana jaminan sosial untuk kepentingan peserta

e. Mengumpulkan dan mengelola data peserta program jaminan sosial

f. Membayarkan manfaat dan/atau membiayai pelayanan kesehatan sesuai dengan ketentuan program jaminan sosial

g. Memberikan informasi mengenai penyelenggaraan program jaminan sosial kepada peserta dan masyarakat.


(58)

2.4.3. Wewenang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Dalam melaksanakan tugasnya BPJS berwenang untuk :

a. Menagih pembayaran iuran

b. Menempatkan dana jaminan sosial untuk investasi jangka pendek dan jangka panjang dengan mempertimbangkan aspek likuiditas, solvabilitas, kehati-hatian, keamanan dana dan hasil yang memadai

c. Melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas kepatuhan peserta dan pemberi kerja dalam memenuhi kewajibannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan jaminan sosial nasional

d. Membuat kesepakatan dengan fasilitas kesehatan mengenai besar pembayaran fasilitas kesehatan yang mengacu pada standar tarif yang ditetapkan oleh pemerintah

e. Membuat dan menghentikan kontrak kerja dengan fasilitas kesehatan f. Mengenakan sanksi administratif kepada peserta atau pemberi kerja yang

tidak memenuhi kewajibannya

g. Melaporkan pemberi kerja kepada instansi yang berwenang mengenai ketidakpatuhannya dalam membayar iuran atau dalam memenuhi kewajiban lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan h. Melakukan kerjasama dengan pihak lain dalam rangka penyelenggaraan


(59)

2.5. BPJS Kesehatan

2.5.1. Pengertian BPJS Kesehatan

Badan penyelenggara jaminan kesehatan (BPJS Kesehatan) adalah badan hukum publik yang bertanggungjawab kepada presiden dan berfungsi menyelenggarakan program jaminan kesehatan bagi seluruh penduduk Indonesia termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6(enam) bulan di Indonesia.

2.5.2. Manfaat dan Sasaran BPJS Kesehatan 1. Manfaat BPJS Kesehatan

Manfaat jaminan kesehatan nasional (JKN) BPJS Kesehatan meliputi : 1. Pelayanan kesehatan tingkat pertama, yaitu pelayanan kesehatan non

spesialistik mencakup :

1) Administrasi pelayanan

2) Pelayanan promotif dan preventif

3) Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi medis

4) Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif

5) Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai 6) Transfusi darah sesuai kebutuhan medis

7) Pemeriksaan penunjang diagnosis laboratorium tingkat pertama

8) Rawat inap tingkat pertama sesuai indikasi.

2. Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan, yaitu pelayanan kesehatan mencakup:


(60)

1) Rawat jalan, meliput i:

a) Administrasi pelayanan

b) Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi spesialistik oleh dokter spesialis dan sub spesialis

c) Tindakan medis spesialistik sesuai dengan indikasi medis d) Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai

e) Pelayanan alat kesehatan implant

f) Pelayanan penunjang diagnostic lanjutan sesuai dengan indikasi medis

g) Rehabilitasi medis h) Pelayanan darah

i) Pelayanan kedokteran forensik

j) Pelayanan jenazah di fasilitas kesehatan. 2) Rawat inap meliputi:

a) Perawatan inap non intensif b) Perawatan inap di ruang intensif


(61)

2. Sasaran BPJS Kesehatan

Tabel 2.1 No

.

2014 2019

1 Tersusunnya seluruh peraturan pelaksanaan yang diperlukan;

BPJS Kesehatan telah mendapat kepercayaan penuh publik

2. Beroperasinya BPJS

Kesehatan sesuai UU No.24/2011

Seluruh penduduk (diperkirakan 257,5 juta) telah terjamin

3. Paling sedikit 121,6 juta

penduduk dijamin melalui BPJS Kesehatan

Paket manfaat medis dan non medis sudah sama untuk seluruh peserta

4. Manfaat medis JKN yang dikelola oleh BPJS sama untuk seluruh peserta sedangkan untuk manfaat non medis masih ada perbedaan;

Fasilitas kesehatan telah tersebar memadai;

5. Disusunnya rencana aksi pengembangan fasilitas

kesehatan dan implementasinya secara

bertahap;

Peraturan perundangan disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan waktu itu;

6. Paling sedikit 75 % peserta puas dengan BPJS Kesehatan;

Paling sedikit 85 % peserta puas dengan pelayanan yang diterima dari BPJS Kesehatan;

7. Paling sedikit 75 % fasilitas kesehatan puas;

Paling sedikit 80 % fasilitas kesehatan puas dengan pelayanan yang diterima dari BPJS Kesehatan;

8. Pengelolaan keuangan BPJS Kesehatan terlaksana secara transparan, efisien, dan akuntabel.

Pengelolaan keuangan BPJS Kesehatan sudah mencapai tingkat transparansi, efisiensi, dan akuntabilitas optimal.


(62)

2.5.3. Ketentuan Umun Paket Manfaat BPJS Kesehatan 1. Pelayanan Konferehensif

JKN memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara konferehensif sesuai dengan kebutuhan medis peserta. Artinya, upaya pelayanan yang diberikan kepada peserta meliputi:

a) Promotif (peningkatan status kesehatan); b) Preventif (pencegahan penyakit);

c) Kuratif (pengobatan);

d) Rehabilitatif (pengembalian bekas penderita ke masyarakat). 2. Pelayanan Berjenjang

JKN menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara berjenjang sesuai kebutuhan medis peserta. Pelayanan kesehatan terdiri atas:

a) Pelayanan kesehatan tingkat pertama di puskesmas, klinik, praktek dokter, atau rumah sakit kelas D pratama).

b) Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan di klinik spesialis, rumah sakit umum, rumah sakit khusus.

3. Aspek perluasan peserta

Perluasan kepesertaan yang akan dikelola BPJS Kesehatan dan penyetaraan paket layanan yang dijamin dilakukan dengan tahapan sebagai berikut (Situmorang, 2013: 254-256):

a) Peserta Askes PNS dan pensiunan PNS akan berganti nama menjadi peserta JKN, karena sebelumnya secara sik sudah dikelola oleh PT. Askes (Persero) berubah menjadi BPJS Kesehatan.


(63)

b) Penduduk miskin dan tidak mampu (peserta JAMKESMAS) yang mendapat bantuan iuran dari pemerintah yang sebelumnya dikelola oleh kementrian kesehatan akan dikelola oleh BPJS Kesehatan. Peserta tidak membayar iuran, tetapi mendapat bantuan iuran dari pemerintah yang dibayarkan kepada BPJS.

c) Seluruh pegawai negeri anggota TNI dan POLRI yang sebelumnya dikelola oleh dinas kesehatan masing-masing angkatan akan dikelola oleh BPJS Kesehatan.

d) Pemberi kerja swasta yang sebelumnya mendaftarkan diri dan pekerjanya ke PT (Persero) Jamsostek, mulai Januari 2014 mendaftarkan ke BPJS Kesehatan.

e) Penegakan hukum bagi pemberi kerja agar menjamin kesehatan pekerjanya (beserta anggota keluarga) akan dilakukan secara bertahap sampai tahun 2019. Dalam periode ini akan terjadi penambahan peserta yang dikelola oleh BPJS Kesehatan dengan tahapan sebagai berikut:

1) Peserta Jamkesda (baik yang sebelumnya dikelola oleh PT. Askes dengan nama Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Umum (PJKMU) ataupun yang dikelola dengan skema lain harus bergabung menjadi peserta BPJS Kesehatan paling lambat tahun 2016).

2) Penegakan hukum (dengan sanksi administratif dan sanksi layanan publik) akan dilakukan secara bertahap. Penegakan hukum ditujukan terlebih dahulu kepada pemberi kerja


(64)

dengan jumlah karyawan besar yang belum menjamin karyawan (pekerjanya). Sementara pemberi kerja yang sebelumnya telah menyediakan jaminan kesehatan melalui asuransi komersial atau menjamin sendiri (self-insured) mendapat masa tunggu (wait and see) sampai awal tahun 2019. Pemberi kerja ini dapat mendaftarkan pekerjanya kapan saja selama tahun 2014-2019. Penegakan hukum dilakukan secara sistematik mulai dari pemberi kerja dengan jumlah pekerja lebih dari 100 orang, menyusul pemberi kerja dengan jumlah pekerja 50-100 orang dan seterusnya sampai pemberi kerja dengan pekerja satu orang (termasuk rumah tangga) mendaftarkan pekerjanya kepada BPJS Kesehatan di tahun 2019.

3) Pekerja mandiri (bukan penerima upah) yang mendapatkan penghasilan dari usaha sendiri mendaftarkan diri kapan saja selama tahun 2014-2019.

4) Di tahun 2019, tidak boleh lagi ada pekerja yang tidak terdaftar dalam BPJS Kesehatan.

4. Aspek paket manfaat dan iuran

Paket manfaat yang dijamin adalah semua layanan yang berindikasi medis. Artinya, jika dokter mendiagnosis ada penyakit yang harus diobati, maka pengobatan itu dijamin. Namun karena pemerintah membayar iuran bagi penduduk miskin dan tidak mampu masih berbeda


(65)

dengan rata-rata besaran iuran untuk pekerja penerima upah, untuk tahap awal kelas perawatan masih berbeda.

Penerima bantuan iuran (PBI, penduduk miskin dan tidak mampu) berhak mendapat perawatan di kelas III Rumah sakit pemerintah maupun swasta yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan. Sedangkan yang membayar iuran berhak dirawat di kelas II atau kelas I, tergantung besaran upah atau golongan pangkat pegawai negeri. Ketika pemerintah sudah membayar iuran sebesar rata-rata iuran per orang pekerja penerima upah dan rumah sakit sudah siap memberikan layanan standar, maka kelas perawatan akan disamakan untuk semua.

Pemerintah pusat dan pemerintah daerah tidak perlu lagi menyediakan dana operasional bagi puskesmas dan rumah sakit milik pemerintah. Jadi kewajiban pemerintah dialihkan dari penyediaan langsung layanan ke pembayaran iuran bagi penduduk miskin dan tidak mampu (diperkirakan dicapai 2019).

Tim ahli Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN), Universitas Indonesia, Universitas lain, BANK Dunia, Tim ASKES, Tim JAMSOSTEK dan tim Nasional Percepatan dan penangulangan kemiskinan (TNP2K) mengusulkan besaran iuran sementara yang harus dibayar oleh pemerintah untuk penduduk miskin dan tidak mampu adalah Rp.27.000 per orang/bulan. Besaran iuran ini masih mempertimbangkan RS milik pemerintah masih mendapat dana APBN/APBD. Sedangkan besaran iuran untuk pekerja penerima upah berkisar antara 5-6% dari upah. Porsi iuran pekerja dan pemberi kerja diusulkan antara 2-3% pekerja dan


(66)

3-4% pemeberi kerja. Dengan kontribusi iuran oleh pekerja, maka diharapkan pekerja memiliki daya kontrol kepada BPJS.

Besaran iuran nominal bagi pekerja bukan penerima upah diperhitungkan sama dengan rata-rata besaran iuran per orang per bulan yang diterima 5-6% upah sebulan. Besaran iuran tambahan per orang bagi pekerja yang memiliki anak lebih dari tiga orang atau ingin menjamin orang tua adalah 1% dari upah per orang per bulan. Besaran iuran bagi pekerja penerima upah diperkirakan sebesar 100% rata-rata iuran per orang per bulan. Selama masa transisi dua besaran iuran yaitu setara 100% penerima upah untuk perawatan kelas II dan 125% untuk perawatan di kelas I.

Dengan demikian terjadi sistem yang berkeadilan dimana semua penduduk bertanggungjawab atas dirinya dengan mengiur yang porsinya terhadap penghasilan yang relatif sama. Yang berpenghasilan rendah mengiur dengan nilai nominal lebih kecil dan yang berpenghasilan tinggi mengiur dengan nominal yang lebih besar, tetapi presentasi upah/penghasilan relatif sama. Dengan demikian terjadi subsidi silang atau kegotong royongan nasional antara mereka yang lebih kaya kepada yang lebih miskin, yang muda kepada yang tua, dan yang sehat kepada yang sakit.


(67)

5. Prosedur Pelayanan Kesehatan Bagan 2.1 PROSEDUR UMUM Peserta Fasilitas kesehatan tingkat pertama Puskesmas Klinik

Praktek dokter umum / gigi RS kelas D Pratama

Membawa kartu peserta BPJS Kesehatan

Fasilitas kesehatan tingkat kedua

Rujuk balik Klinik spesialis RS umum/khusus

Membawa: - kartu peserta BPJS

kesehatan - rujukan dari Faskes tingkat

pertama

Gawat Darurat (diperbolehkan langsung ke Feskes

tingkar lanjutan) Bagan 2.2

PROSEDUR PELAYANAN RAWAT JALAN DI FASKES TINGKAT PERTAMA Peserta Membawa kartu BPJS Kesehatan Klinik/ Puskesmas/ Praktek Dokter -Faskes memberikan pelayanan kesehatan - Peserta/keluarga menandatangani surat bukti pelayanan Pulang

Surat rujukan ke Faskes tingkat lanjut


(68)

Bagan 2.3

PROSEDUR PELAYANAN KESEHATAN DI FASKES RUJUKAN TINGKAT LANJUTAN

Peserta

- Membawa kartu BPJS Kesehatan

- Surat rujukan dari faskes tingkat

pertama

BPJS Kesehatan Centre di Faskes Tingkat Lanjut BPJS Kesehatan Centre menerbitkan Surat Jaminan Pelayanan (SJP) Pulang

Rujuk Balik ke Faskes Tingkat Pertama Klinik Spesialis/ RS Umum/RS Khusus - Pelayanan Kesehatan - Peserta/ Keluarga menandatangani Surat Bukti Pelayanan Bagan 2.4

PROSEDUR PELAYANAN OBAT • Faskes Tingkat Pertama

Puskesmas/klinik

Dokter memberikan resep

Apotik Puskesmas/Klinik/ Jejaring

-Pengkajian resep, menyiapkan dan menyerahkan obat kepada

Peserta

- Peserta menandatangani bukti penerimaan obat


(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

Nama : Nopen Simbolon

Nim : 100902047

Dosen Pembimbing : Agus Suriadi S.Sos, M.si

ABSTRAK

Persepsi Peserta BPJS Kesehatan Terhadap Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit Umum Dr.Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir

Pemerintah bertanggungjawab merencanakan, mengatur, meyelenggarakan, membina dan mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan yang terjangkau oleh masyarakat. BPJS Kesehatan sebagai badan yang bertugas menyelenggarakan jaminan kesehatan nasional salah satunya untuk kelompok peserta penduduk miskin dan tidak mampu (JAMKESMAS), sebagai kelompok peserta BPJS Kesehatan yang tidak membayar iuran, tetapi mendapat bantuan iuran dari pemerintah yang dibayarkan kepada BPJS atau disebut sebagai kelompok peserta BPJS Kesehatan penerima bantuan iuran. Rumah Sakit Umum Dr.Hadrianus Sinaga merupakan salah satu fasilitas kesehatan (FASKES) BPJS Kesehatan. Pelayanan kesehatan yang diberikan Rumah Sakit antara lain pelayanan Rawat Inap Tingkat Lanjutan (RITL) dan pelayanan Rawat Jalan Tingkat Lanjutan (RJTL) yang mencakup pelayanan obat, penunjang diagnosik, pelayanan darah serta pelayanan lainnya.

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Dr.Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir. Populasi penelitian ini adalah 248 orang Pasien Rawat Inap Tingkat Lanjutan (RITL) Peserta BPJS kesehatan Penerima Bantuan Iuran dan yang menjadi sampel adalah sebanyak 25 orang. Teknik pengumpulan data dengan library research atau studi kepustakaan dan studi lapangan dengan observasi dan kuesioner (angket). Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat diambil kesimpulan bahwa persepsi peserta BPJS Kesehatan terhadap pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Umum Dr.Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir adalah positif. Hal ini dilihat dari indikator pelayanan kesehatan.


(2)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR BAGAN ... vii

BAB I : PENDAHULUAN 1.1 ... Latar Belakang ... 1

1.2 ... Perum usan Masalah ... 8

1.3 ... Tujuan Penelitian ... 8

1.4 ... Manfaa t Penelitian ... 8

1.5 ... Sistem atika Penulisan ... 9 .

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi ... 10

2.2 Kemiskinan ... 17

2.3 Kesehatan ... 19

2.4 Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) ... 21

2.5 Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan ... 23


(3)

3.2 LokasiPenelitian ... 48

3.3 Populasi dan Sampel ... 48

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 50

3.5 Teknik Analisis Data ... 51

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI 4.1 Sejarah Singkat ... 53

4.2 Struktur Organisasi Rumah Sakit Umum Dr.Hadrianus Sinaga Pangururan ... 57

4.3 Informasi Pelayanan RSUD Dr.Hadrianus Sinaga Pangururan ... 63

BAB V : ANALISA DATA 5.1 Identitas/Karakteristik Responden ... 68

5.2 Pengetahuan dan Pemahaman Responden Tentang BPJS Kesehatan ... 71

5.3 Pelayanan Kesehatan yang Diberikan Kepada Responden ... 73

BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 89

6.2 Saran ... 90

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN


(4)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Sasaran BPJS Kesehatan ... 25

Tabel 2.2 Jenis-Jenis Pelayanan Kesehatan ... 33

Tabel 3.1 Jumlah Pasien Peserta BPJS Kesehatan Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan di RSUD Dr.Hadrianus Sinaga Pangururan ... 49

Tabel 4.1 Kondisi Sumber Daya Manusia ... 58

Tabel 4.2 Berdasarkan Klasifikasi Pendidikan ... 59

Tabel 5.1 Distribusi Menurut Jenis Kelamin ... 68

Tabel 5.2 Distribusi Menurut Umur ... 69

Tabel 5.3 Distribusi Menurut Agama ... 70

Tabel 5.4 Distribusi Menurut Mata Pencaharian ... 70

Tabel 5.5 Tingkat Pengetahuan Responden tentang Pengertian BPJS Kesehatan ... 71

Tabel 5.6 Tingkat Pengetahuan Responden tentang Paket Manfaat BPJS Kesehatan ... 72

Tabel 5.7 Lama Pasien Dirawat Inap ... 73 Tabel 5.8 Penggunaan Kartu BPJS Kesehatan di Rumah Sakit


(5)

Perawat ... 76 Tabel 5.12 Penilaian Responden Terhadap Kemampuan Dokter Dalam

Menjelaskan Penyakit Responden ... 77 Tabel 5.13 Penilaian Responden Terhadap Sikap Dokter dan Perawat ... 78 Tabel 5.14 Penilaian Responden Terhadap Prosedur Administrasi ... 79 Tabel 5.15 Penilaian Responden Terhadap Pihak RS yang Lebih

Mengutamakan Pasien yang Bukan Penerima Bantuan Iuran

Daripada Penerima Bantuan Iuran ... 81 Tabel 5.16 Penilaian Responden Terhadap Kondisi Kamar Inap

RS. Dr. Hadrianus Pangururan Kabupaten Samosir ... 82 Tabel 5.17 Penilaian Responden Terhadap Kebersihan Kamar Inap

RS. Dr. Hadrianus Pangururan Kabupaten Samosir ... 83

Tabel 5.18 Penilaian Responden Terhadap Kelengkapan Obat ... 83 Tabel 5.19 Penilaian Responden Terhadap Kualitas Obat yang

Diberikan Pihak Rumah Sakit ... 84 Tabel 5.20 Penilaian Responden Terhadap Peningkatan Mutu Pelayanan

Kesehatan ... 85 Tabel 5.21 Penilaian Responden terhadap Kepuasan Pelayanan yang


(6)

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Prosedur Umum Pelayanan Kesehatan ... 31 Bagan 2.2 Prosedur Pelayanan Rawat Jalan di Faskes Tingkat Pertama ... 31 Bagan 2.3 Prosedur Pelayanan Rawat Jalan di Faskes Tingkat Lanjutan .... 32 Bagan 2.4 Prosedur Pelayanan Obat ... 32 Bagan 2.5 Bagan Alir Pikir ... 43