Ruang LingkupPembahasan Metode Penulisan

novel ini. Konflik-konflik yang ada sangat menggambarkan Jepang terutama kehidupan persaingan serta kesetiaan para samurai terhadap tuan dan klannya. Penulis novel ini yang bernama Lian Hearn adalah seorang yang berkebangsaan Inggris namun berdomisisli di Australia serta mempunyai latar belakang kehidupan dan budaya barat yang sangat berbeda dengan kebudayaan Jepang atau budaya timur. Berdasarkan uraian yang sudah disebutkan di atas, beberapa permasalahan yang akan dibahas adalah sebagai berikut: ”Bagaimana pandangan atau pemikiran Lian Hearn dalam hal kehidupan para samurai yang digambarkan dalam novel “ Across The Nightingale Floor “ .

1.3. Ruang LingkupPembahasan

Dalam penulisan ini, penulis akan membahas sekaligus menganalisis kehidupan para samurai serta faktok-faktor yang mempengaruhi kehidupan para samurai yang digambarkan melalui novel “Across The Nightingale Floor” ini sehingga akan menuju satu konsep kesetiaan yang melatarbelakangi berbagai konflik yang terjadi di dalam novel ini. Baik kesetiaan terhadap klannya ataupun kepada tuannya. Sekaligus ingin memperlihatkan kehidupan spiritual yang sudah tampak di dalam novel ini, yang pada akhirnya akan menjadi salah satu hal yan membawa warna tersendiri di dalam kehidupan para samurai itu sendiri. Untuk memperjelas pemikiran Lian Hearn mengenai kehidupan samurai dalam novel “Across The Nightingale Floor” ini, maka penulis akan membahas pemikiran Lian Hearn tentang samurai dilihat dari latar belakang historis, budaya, religi, dan konsep samurai itu sendiri, ditinjau dari keadaan kehidupan samurai pada Universitas Sumatera Utara awal abad 17 sampai akhir abad 18.Kemudian penulis akan turut membahas biografi Lian Hearn, dimana latar belakang Lian Hearn itu sendiri akan memberi gambaran pemikirannya yang tertuang dalam novel “Across The Nightingale Floor” ini. 1.4. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori 1.4.1 Tinjauan Pustaka Sastra yang bermutu adalah jenis sastra yang dapat menggambarkan atau menafsirkan kehidupan yang terjadi di antara manusia yang notabene adalah subyekpelaku kehidupan ke dalam bentuk karya cipta sastra. Sebuah karya cipta sastra dihargai karena karya sastra itu dapat atau mampu menunjukkan segi-segi baru dari kehidupan yang kita jalani sehari-hari. Kehidupan sehari-hari ditinjau oleh pengarang dan dimaknai sehingga di kemudian hari pembacanya dapat menambah wawasan atau wacananya akan kehidupan yang dapat ia lihat dari hasil pembacaan karya sastra tersebut sehingga kelak nilai positif dari karya sastra tersebut dapat diaplikasikan oleh pembaca di dalam kehidupannya. Karya sastra sejatinya merupakan perpanjangan nilai-nilai ajaran baik yang ingin disebarkan pengarang kepada pembaca karya sastra yang ia hasilkan. Karya sastra juga dapat dijadikan sebagai sebuah cara yang tepat dalam pengembangan semua unsur kepribadian secara terpadu. Efek inilah yang ingin ditularkan dari sebuah penciptaan karya sastra. Menurut De Bonald dalam Welleck dan Austin 1995:110-113 mengatakan bahwa sastra merupakan ungkapan perasaan masyarakat. Seorang sastrawan hidup dari, oleh, dan untuk sesamanya yakni masyarakat. Oleh sebab itu, dia harus peduli Universitas Sumatera Utara terhadap kondisi masyarakatnya. Sastra adalah sebuah pemikiran yang dituangkan ke dalam bentuk karya cipta imajinasi. Melalui karya sastra, seorang pengarang dapat menyampaikan penilaiannya terhadap kenyataan sosial yang terjadi dan berlangsung di dalam masyarakat. Nilai- nilai ideal yang dipegangnya dipertentangkan dengan nilai-nilai yang terjadi di tengah-tengah masyarakat yang berinteraksi di sekelilingnya. Sehingga melalui proses perbandingan ini seorang sastrawan dapat menggambarkan kenyataan sosial dan gambaran ideal yang dipercayai pengarangnya sendiri. Berdasarkan keterangan di atas maka dapat disimpulkan bahwa ada maksud atau pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembaca sebagai penikmat karya sastra tersebut. Tidak mungkin seorang pengarang merangkai sebuah cerita yang dibuat tanpa arah maupun pesan yang hendak disampaikan melalui karya sastra yang ia ciptakan tersebut. Pembaca pun sudah selayaknya mendapatkan nilai atau pengetahuan yang selama ini belum ia ketahui atau ia sadari sebelum membaca karya sastra tersebut. Di pihak lain William Hudson dalam Hardjana 1994:10 menyimpulkan bahwa sastra dapat diibaratkan sebagai ungkapan baku dari apa yang telah disaksikan oleh seseorang di dalam kehidupannya, tentang apa yang telah dipermenungkan dan dirasakan orang mengenai segi-segi kehidupan yang paling menarik minat secara langsung juga kuat pada hakekatnya adalah suatu pengungkapan kehidupan lewat bentuk bahasa. Sehingga yang mendorong lahirnya sastra adalah keinginan dasar manusia untuk mengungkapkan diri, untuk menaruh minat pada sesama manusia, untuk menaruh minat pada dunia realitas tempat hidupnya dan pada dunia angan- Universitas Sumatera Utara angan yang dikhayalkan sebagai dunia nyata dan keinginan dasar untuk mencintai bentuk sebagai bentuk. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa karya sastra adalah segala tulisan yang walaupun fiktif dan imajinatif, namun tetap merupakan bagian dari masyarakat karena karya sastra tersebut lahir dari masyarakat itu sendiri dan diciptakan untuk mengungkapkan keadaan masyarakat serta kehidupan sosial maupun budayanya. Menurut Simanjuntak 1997:11, kata budaya atau kebudayaaan berasal dari bahasa latin yakni colera, yang mengandung arti mengolah, mengerjakan, menyuburkan dan mengembangkan tanah bertani. Kemudian pengertian ini berkembang dalam arti culture, yaitu sebagai segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam. Selain itu kebudayaan juga mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: budaya dimiliki bersama oleh suatu kelompok masyarakat budaya sebagai isi dan masyarakat sebagai wadahnya: budaya cenderung bertahan atau berubah sesuai dengan situasi yang dialami masyarakat yang bersangkutan; budaya juga berfungsi untuk membantu manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup kebutuhan biologi, sosial dan psikologis sebagai hasil adaptasi dan upaya manusia memanfaatkan lingkungan. Budaya juga diperoleh melalui proses belajar dalam masyarakat dan lingkungan hidup manusia. Ditilik dari hal yang telah diuraikan di atas, maka sama halnya dengan yang digambarkan di dalam novel ini. Novel ini ditulis oleh seorang penulis yang berkebangsaan asing atau di luar Jepang itu sendiri. Pengarang tidak lahir dan tumbuh serta hadir di tengah-tengah budaya Jepang, namun melalui proses pengumpulan dan Universitas Sumatera Utara identifikasi data atau bahan yang ia kumpulkan dalam proses pembuatan novel ini, maka ia mampu menggambarkan kondisi dan kehidupan masyarakat pada saat itu, khususnya kehidupan para samurai yang sejatinya adalah bagian dari kebudayaan Jepang itu sendiri.

1.4.2 Kerangka Teori

Untuk dapat menganalisis suatu karya sastra diperlukan satu atau lebih teori pendekatan yang sesuai dengan objek dan tujuan penulisan. Dalam hal ini, penulis menggunakan beberapa pendekatan, yakni pendekatan historis, pendekatan semiotika dan pendekatan biografi. Sehingga melalui ketiga teori pendekatan ini maka hal-hal yang menjadi tujuan penulisan dapat dengan mudah dipahami. Pendekatan historis menurut Aminuddin 2000:46, adalah suatu pendekatan yang menekankan pada pemahaman tentang biografi pengarang, latar belakang peristiwa kesejarahan yang melatarbelakangi masa-masa terwujudnya karya sastra yang dibaca, serta tentang bagaimana perkembangan kehidupan penciptaan maupun kehidupan sastra itu sendiri pada umunya dari zaman ke zaman. Beberapa masalah yang menjadi objek sasaran pendekatan historis, diantaranya, sebagai berikut : 1 perubahan karya sastra dengan bahasanya sebagai akibat proses penerbitan ulang; 2 fungsi dan tujuan karya sastra pada saat diterbitkan; 3 kedudukan pengarang pada saat menulis; dan 4 karya sastra sebagai wakil tradisi zamannya. Penulis menggunakan teori pendekatan historis ini karena penulis ingin meneliti keadaan dan kondisi kehidupan yang digambarkan di dalam novel “Across Universitas Sumatera Utara The Nightingale Floor” yang dilatarbelakangi keadaan kondisi zaman di Jepang pada awal abad 17-18. Sehingga kita dapat melihat lebih jauh kehidupan para samurai yang terjadi pada masa-masa ini. Selain pendekatan historis, penulis juga menggunakan pendekatan semiotika. Menurut Paul Lobley dan Litza Tanz dalam Kutha Ratna 2004:7, mengatakan bahwa secara definitif semiotika berasal dari kata seme yang dalam bahasa Yunani berarti penafsir tanda. Ada juga yang menjelaskan bahwa semiotika berasal dari kata semeion yang berarti tanda. Menurut Hoed dalam Nurgiyantoro 1995:40, dalam pengertian yang lebih luas, sebagai teori, semiotika berarti studi sistematis mengenai produksi dan interpretasi tanda, bagaimana cara kerjanya dan apa manfaatnya terhadap kehidupan manusia. Sebagai pendekatan terakhir yang juga penulis gunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan biografis. Menurut Kutha ratna 2004:56, dalam pendekatan biografis dapat dipelajari kehidupan pengarang termasuk keadaan moral, mental dan intelektualnya, juga menerangkan dan menjelaskan proses penciptaan karya sastra yang sebenarnya. Dalam kaitannya dengan aktivitas kreatif dibedakan pengarang ke dalam tiga bagian, yaitu : 1 pengarang yang mengarang berdasarkan pengalaman langsung, 2 pengarang yang mengarang berdasarkan keterampilan dalam penyusunan kembali unsur-unsur penceritaan, dan 3 pengarang yang mengarang berdasarkan kekuatan imajinasi. Dalam hal ini, penulis memasukkan jenis pengarang ini ke dalam jenis yang kedua dan ketiga. Penulis dapat menyimpulkan hal ini dikarenakan dalam proses penulisan ini penulis meyakini bahwa pengarang tidak turut hadir dalam Universitas Sumatera Utara zaman atau saat berlangsungnya kejadian seperti yang tergambar di dalam novel tersebut, melainkan hasil dari pengumpulan bahan-bahan dan data-data yang konkrit yang kemudian dituangkan ke dalam karya ciptaannya. Dengan menggunakan pendekatan biografis ini maka penulis dapat merasakan juga alur kehidupan dari pengarang novel ini yaitu Lian Hearn yang mempunyai nama asli Gillian Rubinstein serta keadaan moral, mental dan intelektualnya pada saat menulis novel “ Across The Nightingale Floor ”. Penulis juga secara tidak langsung dapat mengetahui alasan, tujuan serta proses yang telah ditempuh Lian hearn dalam penulisan novel ini. 1.5. Tujuan dan Manfaat Penulisan 1.5.1 Tujuan Penulisan Adapun yang menjadi tujuan penulisan penelitian ini adalah: ”Untuk mendeskripsikan dan menggambarkan pemikiran serta tanggapan Lian Hearn tentang kehidupan samurai dalam novel hasil karyanya tersebut.”

1.5.2 Manfaat Penulisan

Adapun yang menjadi harapan penulis mengenai manfaat penulisan penelitian ini adalah: 1.Menambah pengetahuan penulis dan pembaca penelitian ini tentang awal kemunculan serta kondisi kehidupan samurai di zamannya. 2.Merupakan bahan acuan dalam penelitian yang lebih lanjut. Universitas Sumatera Utara 3.Menambah pengetahuan penulis dan pembaca penelitian ini mengenai tanggapan terhadap kehidupan para samurai yang digambarkan orang asing di luar Jepang melalui karya ciptanya.

1.6. Metode Penulisan

Dalam penulisan skripsi maka diperlukan metode penelitian yang memudahkan proses penelitian itu sendiri. Ada penulis yang menggunakan satu metode saja, namun di lain pihak seorang penulis penelitian dapat menyertakan beberapa metode penulisan dalam satu langkah pengerjaan penelitian. Dalam hal penulisan penelitian ini saya meyertakan dua metode penelitian yang saya anggap akan memudahkan saya dalam penulisan penelitian ini. Dalam penulis penelitian ini, penulis meggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif ini digunakan untuk mengukur dengan cermat fenomena sosial tertentu yang terjadi atau berlangsung di tengah-tengah masyarakat. Penelitian menggunakan metode penghimpunan data dan fakta, tetapi tidak melakukan hipotesa Singarimbun,dkk;1989:4-5. Sedangkan di lain pihak Koentjaraningrat 1976;30, mengatakan bahwa penelitian yang berdasarkan atau bersikap deskriptif dapat memberikan gambaran secermat mungkin mengenai suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu. Metode deskriptif ini juga merupakan suatu metode yang menggambarkan keadaan atau objek penelitian yang dilakukan pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya dan dipakai untuk memecahkan masalah dengan cara mengumpulkan, menyusun, mengklasifikasikan, mengkaji dan menginterpretasikan data atau bahan yang telah dikumpulkan Universitas Sumatera Utara sebelumnya dalam proses penelitian tersebut. Dengan menempuh metode ini maka penulis diharapkan mampu menjelaskan masalah-masalah yang menjadi latar belakang penelitian tersebut. Selain metode yang sudah disebutkan diatas, penulis juga menggunakan metode penulisan studi dokumenter atau yang lazim kita dengar sebagai studi kepustakaan. Studi kepustakaan merupakan suatu metode penulisan penelitian yang mengumpulkan data dengan atau melalui peninggalan tertulis, terutama berupa arsip- arsip, termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah pencarian dan pengumpulan data yang diperlukan dalam proses penulisan penelitian tersebut Nawawi 1991:133. Penulis mengharapkan melalui metode-metode ini maka proses penelitian yang saya lakukan akan semakin mudah dan lancar sehingga tujuan akhir dari penelitian ini dapat terlaksana. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP KESETIAAN JEPANG, DEFINISI NOVEL

DAN SETTING DALAM NOVEL “ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR” 2.1. Sejarah Samurai di Jepang 2.1.1 Sengoku Jidai Samurai dikenal juga sebagai bushi adalah golongan bangsawan militer Jepang, dan mereka mengalami masa kejayaan pada Zaman Pertempuran, atau Periode Perang Antarnegeri dalam bahasa Jepang disebut Sengoku Jidai. Periode ini, yang sering dikatakan berlangsung pada kurun waktu 1550-1600, berkisar antara runtuhnya Keshogunan Ashikaga dan terbentuknya Keshogunan Tokugawa. Sampai paruh kedua Zaman Pertempuran, seseorang yang tak terlahir dalam golongan samurai masih berpeluang menjadi samurai. Itu dapat terjadi bila ia bergabung dalam bala tentara sebagai prajurit infanteri, lalu memperoleh perhatian kepala marga atau para pembantunya, sehingga diberi tugas tetap. Namun seperti kebanyakan orang, golongan samurai hanya dapat dimasuki melalui kelahiran atau pengangkatan sebagai anak berdasarkan hukum. Meskipun samurai berstatus sosial tinggi, secara internal golongan samurai terbagi lagi dalam berbagai jenjang. Jenjang teratas ditempati oleh para Daimyo beserta keluarga mereka, yang menikmati semua hak istimewa yang menyertai kedudukan itu. Pijakan yang paling bawah pada tangga yang panjang itu menjadi tempat orang-orang berhasrat menjadi samurai yaitu kaum ashigaru berikut keluarga. Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Analisis Psikologi Tokoh Utama Dalam Novel Klan Otori: Across The Nightingale Floor Karya Lian Hearn

1 64 77

Shakaigakuteki Ni Yoru Inggrid J. Parker No Sakuhin No Rashomon Gate No Shousetsu Ni Okeru Shujinkou No Seikatsu No Bunseki

1 47 65

Analisis Ijime Dalam Komik Life Karya Keiko Suenobu.Keiko Suenobu No Sakuhin No “Life” Manga No Ijime No Bunseki Ni Tsuite

4 75 76

Analisis Konsep Zen dalam Novel “The Harsh Cry of The Heron” Karya Lian Hearn ( Lian Hearn no sakuhin no “The Harsh Cry of The Heron” No Shosetsu Ni Okeru Zen No Gainen No Bunseki).

0 50 73

Analisis Konsep Kazoku Dalam Novel “Kitchen” Karya Banana Yoshimoto (Banana Yoshimoto No Sakuhin Daidokoro No To Iu Shosetsu Ni Okeru Kazoku Ni Gainen No Bunseki)

7 71 54

5 CM No Shousetsu Ni Tsuite No Bunseki

0 18 24

Analisis Sosiologis Terhadap Novel Musashi Karya Eiji Yoshikawa = Eiji Yoshikawa No Sakuhin No “Musashi No Shousetsu” Ni Taishite No Shakai Gaku Teki No Bunseki Ni Tsuite

2 75 101

Analisis Aspek Sosiologis Tokoh Gals Dalam Komik “Gals!” Karya Mihona Fuji = Mihona Fuji No Sakuhin No “Gals!” To Iu Manga Ni Okeru Gyaru No Shujinkou No Shakaigakuteki No Bunseki Ni Tsuite

0 59 62

Analisis Peran Tokoh Ninja Dalam Komik Naruto Karya, Masashi Kishimoto Masashi Kishimoto No Sakuhin No “Naruto No Manga” Ni Okeru Ninja No Shujinkou No Yakusha No Bunseki Ni Tsuite

3 59 89

Shigeru`s motivation in adopting Takeo as seen in Lian Hearn`s Across the Nightingale Floor.

0 0 87