Hutan Adat TINJAUAN PUSTAKA

20 uang untuk memenuhi kebutuhan keluarganya sedangkan pihak penyewa membutuhkan lahan untuk memperluas lahan pertaniannya. Konsep ini digunakan dalam penelitian ini untuk mengindentifikasi hubungan yang terjadi antara petani dengan toke. Apakah hubungan petani dengan kemenyan yang terjalin diantaranya hanya berdasarkan keuntungan saja atau mencari jaminan perlindungan dan subsistensi akibat sedikitnya bantuan yang diperoleh dari saudara mereka sendiri seperti yang dikatakan Scott 1994 dalam moral ekonomi petani.

2.4 Hutan Adat

Hutan adat adalah kawasan hutan yang dijadikan hutan larangan melalui keputusan masyarakat atas dasar kesepakatan bersama Alfitri,2010. Pengawasan kawasan ini dilakukan oleh ketua adat, kelompok marga sertakepala desa. Hutan adat dijadikan sebagai aset perekonomian yang bisa dimanfaatkan oeh masyarakat untuk melakukan kegiatan berladang guna memenuhi kepentingan ekonomi keluarga berupa kebutuhan hidup sehari-hari. Oleh sebab itu masyarakat yang ingin memanfaatkan hutan adat yang bukan berasal dari desa menikah dengan masyarakat adat di desa tersebut, terlebih dahulu harus melapor dan mendapat izin dari Ketua adat sebagai kepala pemerintahan marga. Hutan adat pada prinsipnya dikelola oleh pemerintahan marga dengan aturan sebagai berikut: 1. Semua keluarga yang ingin membuka hutan marga berhak atas pengelolaan lahan seluas kemampuan membabat hutan. Jika suatu keluarga mampu membuka lahan seluas dua hektar, tetap diizinkan oleh ketua adat. Universitas Sumatera Utara 21 2. Keluarga yang membuka hutan tidak boleh menanam tanaman keras dengan alasan bahwa tanaman tersebut berumur pendek, sehingga bisa dilakukan penggiliran bagi keluarga lain. 3. Hasil dari tanaman dimanfaatkan untuk kebutuhan hidup sehari-hari, bukan untuk dijual atau memperoleh keuntungan ekonomi. 4. Hutan adat yang sudah beberapa tahun empat sampai lima tahun berturut-turut ditanam oleh masyarakat harus dihutankan kembali dibiarkan menjadi hutan agar tanah hutan menjadi subur kembali 5. Keluarga yang menggunakan hutan adat diwajibkan membayar pajak marga dalam satu tahun, jika ingin melanjutkan kembali diharuskan mengajukan pengusulan ulang kepada Ketua adat. 6. Keluarga yang melanggar aturan adat dapat dikenakan sanksi adat sesuai dengan hukum adat yang ditetapkan oleh rapat dewan marga. Dari keenam prinsip tersebut dapat dijelaskan bahwa pengelolaan hutan adat masih memiliki kearifan lokal dalam pengelolaan sumber daya alam. Sistem-sistem lokal ini berbeda satu sama lain yang berkembang dan berubah secara evolusioner sesuai kondisi sosial budaya dan tipe ekosistem setempat. Walaupun sistem-sistem lokal ini berbeda satu sama lain namun secara umum bisa terlihat beberapa prinsip-prinsip kearifan adat yang masih dihormati dan dipraktekkan oleh sekelompok masyarakat adat, yaitu antara lain : a. Masih hidup selaras alam dengan mentaati mekanisme ekosistem di mana manusia merupakan bagian dari ekosistem yang luas dan dijaga keseimbangannya. Universitas Sumatera Utara 22 b. Adanya hak penguasaan atau kepemilikan bersama komunitas atas suatu kawasan hutan adat masih bersifat eksklusif sehingga mengikat semua warga untuk menjaga dan mengamankannya dari kerusakan. c. Adanya sistem pengetahuan dan struktur kelembagaan adat yang memberikan kemampuan bagi komunitas untuk memecahkan secara bersama masalah- masalah yang mereka hadapi dalam pemanfaatan sumber daya hutan. d. Adanya sistem pembagian kerja dan penegakan hutan adat untuk mengamankan sumber daya milik bersama dari penggunaan berlebihan baik oleh masyarakat sendiri maupun oleh orang luar. e. Ada mekanisme pemerataan distribusi hasil panen-panen sumber daya alam milik bersama yang bisa meredam kecemburuan sosial di tengah masyarakat Alfitri,2010. Menurut hasil penelitian Silaya 2008 menyatakan : 1 Masyarakat Desa Walakone masih dalam bentuk paguyuban rechtsgemeens-chap karena memiliki ikatan-ikatan kekeluargaan seperti marga, mata rumah, soa, dll.2 Masyarakat desa ini memiliki kelembagaan dalam bentuk perangkat penguasaan adat,memiliki wilayah hukum adat yang jelas, pranata serta perangkat hukum, khususnyaperadilan adat, yang masih ditaati. Selain itu masyarakatnya masih mengadakan pemungutan hasil hutan di wilayah hutan sekitarnya untuk pemenuhan kebutuhanhidup sehari-hari. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Zoraya 2002 menyatakan: 1 Hutan Tana Toa diakui sebagai hutan adat yang berfungsi sebagai pengatur tata air, tempat pelaksanaan upacara adat fungsi sosial dan 2 menanam dua jenis pohon hingga tumbuh dengan baik untuk dimanfaatkan oleh masyarakat adat. Universitas Sumatera Utara 23 Kelestarian hutan dapat terjaga karena adanya patang yang mengatur berbagai aspek kehidupan masyarakat keamatoaan, adanya tokoh Amma Toa, ketegakan hukum, keteguhan dan ketaatan dalam melaksanakan ajaran pasang. Dengan demikian keberadaan hutan adat merupakan warisan secara turun- temurun dari leluhur marga mereka. Para leluhur, mewariskan hutan tersebut untuk dimanfaatkan sebagai sumber pendapatan demi memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari para generasi mereka. Ketergantungan yang sangat tinggi terhadap ketersediaan sumber daya alam membuat masyarakat lokal sangat mematuhi aturan-aturan marga mereka terutama dalam hal pemanfaatan pepohonan Wulandari dan Kolega,2010. Universitas Sumatera Utara 24

BAB III METODE PENELITIAN