Upacara adat perkawinan Horja Siriaon Upacara Adat Kematian horja siuluton Upacara Adat Berkarya Horja siulaon

33 mempertahankan kesadaran bermarga, selama itupula lah fungsi dalihan na tolu tetap dianggap baik untuk mengatur tata cara dan tata hidup masyarakatnya. Sistem kekerabatan memegang peranan penting dalam jalinan hubungan baik antara individu dengan individu atau individu dengan masyarakat lingkungan sekitarnya.

2.7.1 Upacara adat perkawinan Horja Siriaon

Dalam adat istiadat perkawinan di masyarakat Mandailing dikenal dengan nama perkawinan manjujur 7 Didalam adat istiadat Mandailing, seorang yang pada waktu perkawinannya dilaksanakan dengan upacara adat perkawinan, maka pada saat meninggalnya juga harus dilakukan dengan upacara adat kematian terutama dari garis keturunan Raja-Raja Mandailing. Seorang anak keturunan Raja, apabila ayahnya meninggal dunia wajib mengadati Horja Mambulungi. Jika belum mengadati seorang anak atau keluarganya tetap menjadi kewajiban utang adat bagi keluarga yang disebut mandali di paradaton dan jika ada yang akan menikah, tidak dibenarkan mengadakan pesta adat perkawinanan horja siriaon. , bersifat eksogami patriarchat; artinya dimana setelah perkawinan pihak wanita meninggalkan clannya dan masuk ke clan suaminya dan suaminya menjadi kepala keluarga dan anak-anak yang dilahirkan dari perkawinan itu akan mengikuti clan marga Bapaknya. Idealnya perkawinan adat masyarakat Mandailing adalah antara anak namboru dengan boru tulangnya.

2.7.2 Upacara Adat Kematian horja siuluton

7 ManJujur maksudnya untuk menjaga keseimbangan dari pihak keluarga wanita atas hilangnya seorang anggota keluarganya yang masuk menjadi anggota keluarga suami. 34

2.7.3 Upacara Adat Berkarya Horja siulaon

Horja Siulaon adalah upacara adat memulai suatu bekerja berkarya secara bersama-sama untuk menyelesaikan suatu perkerjaan, seperti: mendirikan rumah baru, membuka sawah,dan lain-lain. Horja Siulaon merupakan kearifan- kearifan lokal local genius pada dasarnya dapat dipandang sebagai landasan bagi pembentukan jati diri suku Bangsa secara nasional. Kearifan-kearifan lokal itulah yang membuat budaya lokal memiliki akar. Budaya etnik lokal seringkali berfungsi sebagai sumber atau acuan sebagai sumber atau acuan bagi penciptaan- penciptaan baru. Pada dasarnya kearifan lokal yang dapat dilihat dengan mata tangible, seperti obyek-obyek budaya, warisan budaya bersejarah dan kegiatan keagamaan dan kearifan lokal yang tidak dapat dilihat oleh mata intangible yang berupa nilai atau makna dari suatu obyek atau kegiatan budaya.

2.8 Sistem Bahasa