Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

14

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ritel modern pertama kali hadir di Indonesia saat Toserba Sarinah didirikan pada 1962. Pada era 1970 sd 1980-an, format bisnis ini terus berkembang. Awal dekade 1990-an merupakan tonggak sejarah masuknya ritel asing di Indonesia. Ini ditandai dengan beroperasinya ritel terbesar Jepang ‘Sogo’ di Indonesia. Ritel modern kemudian berkembang begitu pesat saat pemerintah, berdasarkan Keppres no. 99 tahun 1998, mengeluarkan bisnis ritel dari negative list bagi Penanaman Modal Asing. Sebelum Keppres no. 99 tahun 1998 diterbitkan, jumlah peritel asing di Indonesia sangat dibatasi. 1 Saat ini, jenis-jenis ritel modern di Indonesia sangat banyak meliputi Pasar Modern, Pasar Swalayan, Department Store, Boutique, Factory Outlet, Specialty Store, Trade Centre, dan Mall Supermall Plaza. Format-format ritel modern ini akan terus berkembang sesuai perkembangan perekonomian, teknologi, dan gaya hidup masyarakat. 2 1 Peta Persaingan Bisnis Ritel di Indonesia , Jakarta: Media Data, 2009, hal. 63. 2 Peta Persaingan Bisnis Ritel di Indonesia, Jakarta: Media Data, 2009, hal. 90 – 95. 1 15 Meningkatnya persaingan telah mendorong kemunculan supermarket di kota- kota lebih kecil dalam rangka mencari pelanggan baru dan terjadinya perang harga. Akibatnya, bila supermarket Indonesia hanya melayani masyarakat kelas menengah- atas pada era 1980-an dan awal 1990-an CPIS 1994, penjamuran supermarket hingga ke kota-kota kecil dan adanya praktek pemangsaan melalui strategi pemangkasan harga memungkinkan konsumen kelas menengah-bawah untuk mengakses supermarket. 3 Dalam rencana tata kota Tangerang Selatan disebutkan tujuh kecamatan yang ada, yaitu Ciputat, Ciputat Timur, Pamulang, Pondok Aren, Serpong, Serpong Utara, dan Setu. Dari setiap kecamatan tersebut masing-masing memiliki pasar ritel baik tradisional maupun modern supermarket, kecuali Kecamatan Pamulang yang tidak memiliki pasar tradisional dan Kecamatan Setu yang tidak memiliki pasar tradisional maupun modern supermarket. 4 Kendati persaingan antar supermarket secara teoritis menguntungkan konsumen, dan mungkin perekonomian secara keseluruhan, relatif sedikit yang diketahui mengenai dampaknya pada pasar tradisional. Mengukur dampak amat 3 Lisa Hadiz, Dampak Supermarket terhadap Pasar dan Pedagang Ritel Tradisional di Daerah Perkotaan di Indonesia, Jakarta: Lembaga Penelitian SMERU, 2008, hal. 1-2. 4 Edwin Qodrianto, Data Jumlah Pasar Tradisional Toko Moderen dan Pusat Perbelanjaan Di Kota Tangerang Selatan, Kepala Seksi Pengelola Informasi dan Analisa Pasar, Wawancara Pribadi, Kantor Dinas Perindag, 23 Februari 2011. 2 16 penting mengingat supermarket yang saat ini secara langsung bersaing dengan pasar tradisional, tidak hanya melayani segmen pasar tertentu. 5 Berbagai implikasi muncul sebagai akibat dari semakin runcingnya persaingan antarperitel ini. Dari sisi konsumen, persaingan ini berdampak pada semakin terjangkaunya harga barang dan meningkatnya mutu barang yang dijual. Dampak ini terutama bermanfaat bagi keluarga yang kurang mampu karena sekarang mereka bisa mengkonsumsi barang yang berkualitas dengan harga yang lebih terjangkau. Meski berdampak positif terhadap konsumen, ada kemungkinan bahwa persaingan antar peritel modern berdampak negatif terhadap peritel tradisional, yang berdagang di pasar-pasar tradisional dan umumnya berskala kecil. Penelitian ini menganalisis dampak supermarket pada pasar dan pedagang ritel tradisional di Kota Tangerang Selatan. Dalam penelitian ini, responden hanya terbatas pada pedagang di pasar-pasar tradisional yang merupakan mayoritas pedagang tradisional di Tangerang Selatan. Terlebih lagi, karena produk yang umumnya diperdagangkan para pedagang ini juga tersedia di supermarket, maka pasar modern menjadi pesaing utama mereka. Oleh karena itu, penelitian ini menstudi 5 Lisa Hadiz, Dampak Supermarket terhadap Pasar dan Pedagang Ritel Tradisional di Daerah Perkotaan di Indonesia, Jakarta: Lembaga Penelitian SMERU, 2008, hal. 2. 3 17 “Dampak Pasar Ritel Modern Terhadap Pasar dan Pedagang Ritel Tradisional di Kota Tangerang Selatan dan Upaya Penanggulangannya”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah