Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum,
2007. USU Repository © 2009
akhir tahun 1995 jumlahnya meningkat menjadi 165 bank dengan jumlah kantor operasionalnya sebanyak 3458 kantor. Sejak saat itu jumlah bank swasta
mengalami penurunan karena merger dan likuidasi yang dilakukan pemerintah pada 1 November 1997. Sementara jumlah bank asing dan campuran sebelum
Pakto’88 hanya sebelas bank dan jumlah kantor operasionalnya 22 bank. Jumlah ini meningkat menjadi masing-masing 44 bank dengan 100 kantor, pada tahun
1997. Jumlah itu berlahan mengalami penurunan hingga tahun 2005 mencapai 29 bank dengan 132 kantor operasionalnya.
Sejak tahun 1997 tidak ada penambahan jumlah bank baru yang mencolok. Menurut beberapa kalangan pada saat itu bank-bank pemerintah sebaiknya
digabung menjadi bank yang kuat. Alasan penggabungan ini agar bank-bank pemerintah mampu menghadapi persaingan global yang sudah mulai terasa pada
tahun 1997.
4.3 Perkembangan Suku Bunga Deposito Berjangka
Suku bunga perbankan sudah menjadi masalah serius sejak diluncurkannya Deregulasi 1 Juni 1983. Sebab, dalam masa sebelum kebijakan 1
Juni 1983 itu, suku bunga hanya mengikuti tabel yang dikeluarkan Bank Indonesia berdasarkan Instruksi Presiden No. 28 tahun 1968. Namun, sejak
Deregulasi itu, bank-bank mulai menetapkan suku bunganya sendiri. Dalam masa itu, hingga Oktober 1988 dapat dilihat belum terjadi gejolak yang cukup berarti,
Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum,
2007. USU Repository © 2009
sebab selama itu bank-bank pemerintah masih sangat dominan mempengaruhi pasar.
Pada masa-masa awal Pakto’88 bahkan sampai sekarang, senjata yang selalu digunakan kalangan perbankan adalah suku bunga. Sejumlah bank dan
bahkan sebagian besar bank menggunakan suku bunga sebagai strategi untuk mengumpulkan dana dari masyarakat. Jadi, penurunan suku bunga tidak bisa
dilihat sebagai efesiensi suatu bank, tetapi karena pengaruh bank-bank pesaing. Setiap penurunan suku bunga selalu mengakibatkan perpindahan dana ke bank-
bank lain yang menetapkan suku bunga yang lebih tinggi. Dalam situasi normal, kondisi seperti ini tidaklah menjadi masalah, namun
dalam situasi rentan likuiditas perilaku ”perang bunga” sangat berpengaruh. Diketahui pula, sejumlah bank menetapkan ”premi rate” terhadap nasabah-
nasabah tertentu dengan jumlah dana tertentu pula. Ada bank yang selalu likuid dan ada bank yang kesulitan likuiditasnya. Kondisi ini menyebabkan bank-bank
dalam suasana penuh gejolak suku bunga. Pada tahun 1991 pemerintah mengambil kebijakan uang ketat, yang
sekaligus menaikkan suku bunga ke tingkat yang tidak wajar. Seluruh aktivitas ekonomi terhenti akibat kenaikan suku bunga, tidak terkecuali dunia perbankan
sendiri. Pada saat itu suku bunga melambung sampai 30 untuk simpanan dana dan 37 untuk suku bunga kredit.
Kebijakan uang ketat dikeluarkan untuk mendinginkan mesin ekonomi setelah ekonomi nasional yang semakin panas akibat pengaruh tingkat inflasi.
Tingginya tingkat inflasi itu jugalah yang menyebabkan bank-bank umum
Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum,
2007. USU Repository © 2009
terpaksa menaikkan suku bunga kredit dan suku bunga simpanan, seperti deposito berjangka. Pengaruh tingginya tingkat inflasi dan dengan adanya suku bunga yang
rendah akan mengakibatkan rendahnya minat pemilik uang untuk menanamkan uangnya ke bank. Jadi untuk mengimbangi inflasi, suku bunga bank menjadi
pengaman agar dana-dana bisa masuk dan tidak lari keluar dari perbankan. Kebijakan uang ketat terus berlanjut hingga akhir tahun 1992, walaupun
saat itu suku bunga SBI sudah mengalami penurunan. Dengan dimotori oleh suku bunga pada bank pemerintah, suku bunga berlahan turun kendati pada saat yang
bersamaan sejumlah bank-bank swasta masih mempertahankan suku bunga yang tinggi. Pada tahun 1993 hingga awal 1994 kondisi suku bunga benar-benar turun.
Tabel 4.2 Suku Bunga SBI dan Suku Bunga Rata-Rata
Deposito Berjangka pada Bank Umum
Tahun Suku bunga SBI 3 bulan
Suku bunga deposito berjangka 3 bulan 1994
11,59 14,27
1995 13.30
17,15 1996
13.10 17,03
1997 17.38
23,92 1998
37,84 49,23
1999 12,64
12,95 2000
14,31 13,84
2001 17,63
17,24 2002
13,12 13,63
Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum,
2007. USU Repository © 2009
2003 8,34
7,14 2004
7,29 6,71
2005 12,83
13,05
Sumber : Bank Indonesia Medan Pergerakan suku bunga pada bank-bank umum menjadi mulai normal,
terutama setelah tahun 1994. Dapat dikatakan pergerakan arahnya mengikuti perilaku pergerakan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia SBI. Hal ini
memudahkan bank-bank umum mengikuti arah pergerakan suku bunga untuk jenis suku bunga kredit dan suku bunga simpanan seperti simpanan deposito
berjangka. Berdasarkan tabel di atas tabel 4.2 diketahui bahwa pergerakan
perubahan suku bunga SBI cenderung diikuti oleh pergerakan suku bunga deposito berjangka pada rata-rata bank umum.
Pada tahun 2005, suku bunga hasil lelang SBI baik untuk 1 bulan dan 3 bulan mengalami kenaikan dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun 2005 Bank
Indonesia mengambil kebijakan moneter yang cenderung ketat,seperti yang tercermin dari kenaikan suku bunga BI rate, yang diperkuat pula dengan kenaikan
beberapa indikator suku bunga, seperti suku bunga SBI. Suku bunga SBI meningkat menjadi 12,83, sedangkan pada tahun 2004 suku bunga SBI sebesar
7,29. Kenaikan suku bunga SBI mulai diikuti oleh perubahan suku bunga deposito berjangka, yaitu pada tahun 2004 tingkat suku bunganya sebesar 6,71
dan pada tahun 2005 tingkat suku bunganya sebesar 13,05. Kebijakan kenaikan suku bunga instrumen moneter SBI pada tahun 2005
menjadi 12,83 dipengaruhi oleh peningkatan laju inflasi akibat pasca kenaikan
Yustina Tambunan : Analisis Pengaruh Suku Bunga Libor, Suku Bunga Sbi, Dan Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum,
2007. USU Repository © 2009
harga Bahan Bakar Minyak BBM ini mengakibatkan kenaikan harga-harga. Akibatnya jumlah uang beredar mengalami peningkatan, dimana peningkatan itu
tidak sesuai dengan yang ditargetkan.
4.4 Perkembangan Jumlah Dana Deposito Berjangka pada Bank Umum