Persamaan dan Perbedaan Zakat, Infaq, Shadaqah.

f Menjembatani jurang pemisah antara yang kaya dengan yang miskin dalam suatu masyarakat. g Mengembangkan rasa tanggung jawab sosial pada diri seseorang, terutama pada mereka yang punya harta. h Mendidik manusia untuk berdisiplin menunaikan kewajiban dan menyerahkan hak orang lain yang ada padanya. i Sarana pemerataan pendapatan untuk mencapai keadilan sosial.

7. Mustahik Zakat

Seperti yang tertera dalam Al- quran surat at-taubah ayat 60 mustahik zakat terbagi menjadi delapan golongan, yang berhak atas hasil zakat terbagi menjadi dua bagian, diantaranya: a Golongan yang mengambil hak zakat untuk memenuhi kebutuhan mereka, seperti: fakir, miskin, hamba sahaya dan ibn sabil. b Golongan yangmengambilhak zakat untuk memanfaatkan harta tersebut, seperti pegawai zakat amil, nuallaf, orangyang mempunyai banyak hutang untuk kepentingan yang berpiutang dan orang yangberperang di jalan allah. 33

8. Pendayagunaan Dana ZIS sebagai Dana sosial

Pembicaraan tentang system pemberdayaan zakat berarti membicarakan beberapa usaha atau kegiatan yang saling berkaitan dalam menciptakan tujuan tertentu dari penggunaan hasil zakat secara baik, tepat terarah sesuai dengan tujuan zakat itu. Dalam pemdekatan fikih, pendayagunaan zakat umumnya didasarkan pada surah At-Taubah ayat 60 sebagai berikut: 33 Dr. Abdul Al-Hamid Mahmud Al- Ba‟ly, ekonomi zakat, Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada 2006,h. 68.                          “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya, untuk memerdekakan budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lag i Maha Bijaksana”. Ayat ini menjelaskan tentang peruntukan kepada siapa zakat itu diberikan. Para ahli tafsir menguraikan kedudukan ayat tersebut dalam uraian yang beragam, baik terhadap kualitas, kuantitas dan priotas. Misalnya penafsiran kata fi sabilillah dan ibn sabil, secara priodik dan kondisional selalu berkembang sesuai kondisi. Pada waktu perang fisabilillah yang secara harfiah berarti jalan allah adalah berperang melawan orang kafir, definisi tersebut sekarang sudah berarti tidak hanya itu, karena keadaan sudah berubah dan jauh lebih kompleks. Penyelengaraan system pemerintah atau kenegaraan yang mengabdi kepada kepentingan rakyat: melindungi keamanan warga Negara dari kekuatan-kekuatan destruktif yang bertentangan dengan hak- hak anusia, merupakan bagian dari maksud fi sabilillah. Begitupun dengan pengertian ibn sabil, yang secara bahasa berarti anak jalanan atau musafir yang kehabisan bekal, untuk selanjutnya juga mengalami perkembangan makna. Kata ibn sabil dapat diartikan bukan saja untuk keperluan musafir yang kehabisan bekal , tetapi juga untuk keperluan pengungsi, bencana alam, termasuk beasiswa dan sebagainya. 34 34 Masdar F. Mas‟udi, Reinterpretasi Pendayagunaan ZIS, Jakarta: Piramedia, 2004 h. 8